(Panjimas.com) – Sepanjang tahun 2017 – 2018 telah terjadi sekitar 6 kasus bunuh diri yang dilakukan oleh super star dunia, diantaranya adalah Chester Bennington (AS), Jonghyun SHINee (korea), Lil Peep (AS), Butch Trucks (AS), Yama Buddha (Nepal), dan Mark Salling dengan kasus terbaru di tahun 2018. Diduga Mark depresi akibat kasus pornografi anak yang menjeratnya. (Viva News.com, 1/2).
“Secara global, WHO menyatakan ada 800.000 orang lebih di wilayah seluruh dunia yang meninggal akibat bunuh diri setiap tahunnya. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) di Amerika Serikat menyebut setiap tahunnya 10.000 orang Amerika Serikat meninggal akibat bunuh diri. Bunuh diri adalah penyebab kematian terbesar ketiga bagi anak-anak muda yang berusia antara 10 hingga 24 tahun di sana. Kurang lebih ada serkitar 4.600 anak muda yang meninggal akibat bunuh diri setiap tahunnya.
Sedangkan berdasarkan data statistik, rata-rata dalam sehari setidaknya ada dua hingga tiga orang yang melakukan bunuh diri di Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ada sekitar 812 kasus bunuh diri di seluruh wilayah Indonesia pada tahun 2015. Angka tersebut adalah yang tercatat di kepolisian. Angka riil di lapangan bisa jadi lebih tinggi lagi.
Mengapa orang bunuh diri?
Dr. John Campo, ketua bidang psikiatri dan perilaku kesehatan di The Ohio State University Wexner Medical Center, mengatakan: ”Untuk alasan-alasan yang tak sepenuhnya kita pahami, beberapa orang mencapai keputusasaan dan rasa sakit yang dalam sehingga mereka mulai mempercayai bahwa mereka lebih baik mati saja.”
Komentar:
Di tengah arus kapitalis ini berbagai problematika umat datang silih berganti. Dehumanisasi semakin hari semakin tak terelakkan lagi. Manusia menganggap kebahagiaan hanyalah bernilai materi. Dengan pandangan bahwa, orang yang sukses adalah mereka yang paling banyak hartanya, paling tinggi pangkatnya, paling cantik/keren, paling banyak gelar di belakang nama, dll, yang semuanya bernilai materi semata. Indahnya kehidupan hanya tampak di luarnya saja akan tetapi terdapat kebobrokan di dalamnya.
Idola yang muncul pun bukanlah idola sejati yang lahir berdasarkan tuntunan syariah semisal; Rasulullah Muhammad saw, Muhammad Al Fatih, Khalid bin Walid, Sholahudin, dls. Cara pandang kapitalis inilah yang menjadi musababnya. Standar yang digunakan adalah sesuatu yang fana, semu dan mudah sekali rusak dimakan waktu.
“Dan kehidupan dunia ini hanya senda gurau dan permainan. Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, sekiranya mereka mengetahui.” (QS. Al-‘Ankabut : Ayat 64).
Oleh sebab itu di dalam Islam tidak akan kita temui aktivitas-aktivitas yang menghantarkan pada kemaksiatan, semacam dunia hiburan saat ini yang hanya mengandalkan fisik maupun seksualitas. Dimana pada akhirnya akan melahirkan kehidupan glamor, hura-hura, serba bebas dan materialistis.
Disamping itu pula Islam akan memutus mata rantai kehidupan yang serba individualistis, mementingkan diri sendiri dan berpikiran sempit. Yang pada akhirnya akan melahirkan manusia labil dalam mengambil keputusan. Hidup hanya ditutupi topeng ketenaran. Tampak di luar begitu keren tetapi sesungguhnya ia rapuh di dalam. Sehingga jika dihadapkan dengan permasalahan kehidupan yang menurutnya cukup berat, maka tak segan-segan pula ia mengambil jalan pintas dengan bunuh diri. Baginya dengan bunuh diri semua masalah selesai.
Walaupun berbagai solusi telah ditawarkan. Tetapi tak satu jua yang memberikan hasil yang berarti. Malah semakin hari angka bunuh diri di kalangan masyarakat semakin bertambah. Karena itu tiada cara lain yang dapat dijadikan solusi jitu, kecuali dengan kembali pada aturanNya.
“Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu.” (QS. Al-Ma’idah : Ayat 3). Wallahu’alam bis showab. [RN]
Kaimana, 2 Februari 2018
Penulis, Rahmiani. Tiflen, Skep
Voice Of Muslimah Papua Barat, Anggota Akademi Menulis Kreatif (AMK)