DEPOK, (Panjimas.com) – Gerimis yang menderai di Ahad (28/01) pagi, tak mengurangi kemeriahan di Rumah Asuh Yatim-Dhuafa Depok, Jawa Barat. Rahmat Hidayat, shohibul bayt, juga tampak ceria walau sedang tidak fit.
‘’Maaf ya, saya lagi kurang enak badan nih,’’ kata ‘’bapak’’ dari sebelas anak yatim-dhuafa penghuni Rumah Asuh Yasmin di Desa Pengasinan, Kec Sawangan, Depok, itu.
Ia berusaha terjaga menjamu puluhan tamu yang diundangnya dari Majlis Taklim dan TPQ Al Azmi Kampung Pondokmiri, Desa Rawakalong, Kec Gunungsindur, Kab Bogor. Rombongan tamu dipimpin Ustadz Ojo Sujono.
‘’Ini acara temu kangen dan syukuran. Kita bersyukur karena pernah belajar di TPQ Al Azmi sehingga ilmunya terpakai di sini. Bersyukur perjalanan Rumah Asuh yang kami kelola masih berjalan lancar dengan segenap suka-dukanya,’’ tutur Rahmat dalam sambutannya.
Ustadz Ojo dalam taushiyah-nya mengatakan antara lain, kita harus menjalin silaturahim. ‘’Silaturahim memperpanjang umur dan menambah rejeki,’’ pesan ustadz asal Pangandaran, Jawa Barat, itu.
Pengurus DKM Masjid Al Barkah Pondokmiri itu juga memotivasi anak-anak Yasmin untuk mendalami agama dan tampil sebagai tokoh umat. ‘’Belajar di sekolah umum itu penting, tapi yang pokok adalah belajar agama kita,’’ tandasnya.
Terakhir, Ustadz Ojo mengajak peserta mendoakan yang terbaik bagi perjalanan Yasmin dan Keluarga Rahmat.
Sebelum memegang Yasmin, Rahmat Hidayat yang asli dari Kampung Pondokmiri, pernah mengelola amal serupa di bawah yayasan lain.
Rahmat sebelumnya lagi seorang sales. Pekerjaannya cukup berhasil meng-cover area pemasaran Tangerang Selatan. Namun passion-nya lebih kepada menjadi seorang pekerja sosial.
‘’Mengurus anak yatim-dhuafa jauh lebih melelahkan ketimbang jadi sales. Tapi, saya lebh bahagia dengan pekerjaan sosial ini,’’ kata suami Dwi Irianti dan bapak tiga anak tersebut.
Morivasi Rahmat dan istrinya, sangat beralasan. Islam amat perhatian kepada anak yatim. Allah SWT menyebut yatim tak kurang dari 22 kali dalam Al Qur’an. Di berbagai surat, Allah mewajibkan kepedulian pada anak yatim dan memberi petunjuk bagaimana caranya. Dan di surat al Maa’uun, secara keras menyebut penelantaran anak yatim sebagai perbuatan mendustakan agama.
Penyantun (kafil) anak yatim, dijanjikan baginya surga dan tempat tinggal yang dekat dengan Nabi Muhammad SAW. Dari Sahal bin Sa’id radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah berkata: “Aku akan bersama orang-orang yang mengurusi anak yatim dalam surga, seperti ini.” Beliau memberi isyarat dengan jari telunjuk dan jari tengah lalu beliau merenggangkan keduanya’’ (HR Bukhari no 4892).
Dari hadist tersebut para ulama menjelaskan, anak yatim adalah anak kecil yang belum baligh, tetapi ayahnya sudah meninggal dunia.
Kafil Yatim adalah orang yang mengurusi segala keperluan anak yatim. Sebagaimana disebut di dalam Kitab Ad-Dibaj ‘ala Muslim (6/290): “Yang dimaksud dengan (Kafil Yatim) adalah orang yang mengurusi segala keperluan anak yatim, seperti nafkah, pakaian, bimbingan dan pendidikan dan lain-lainnya.’’
Dari keterangan di atas, diketahui bahwa kafil yatim bukanlah terbatas pada memberikan materi kepadanya, tetapi yang lebih pentig dari itu adalah dengan membimbing dan mendidiknya dalam urusan dunia dan akherat, mengarahkan kepada jalan yang benar.
Diantara keutamaan memelihara anak yatim sebagai berikut: Pertama, Mendapatkan manfaat dan pahala di dunia dan akherat; Kedua, Ikut serta di dalam membangun masyarakat yang bersih dari dendam dan kebencian; Ketiga, Menjaga keturunan anak yatim; Keempat, Menunjukkan kecintaannya kepada Rasululullah shallallahu ‘alaihi wa sallam; Kelima, Menemani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di syurga; Keenam, Menunjukkan jiwa yang sehat dan fitrah yang bersih; Ketujuh, Melembutkan hati yang keras dan jiwa yang kasar; Kedelapan, Membersihkan harta; Kesembilan, Menambah rizqi kafil. [RN]