JAKARTA (Panjimas.com) – Banyak yang mengira, Imam Besar FPI Habib Rizieq Shihab hadir dalam Reuni 212 di Silang Monas, Jakarta, Ahad (2/12) lalu. Dari suaranya, aksen dan gaya orasinya, sangat menyerupai Habib Rizieq. Setelah dicermati, ternyata bukan. Pemuda itu adalah Habib Muhammad Hanif Alatas, menantu dari Habib Rizieq.
Habib Hanif lahir di jakarta pada tanggal 20 Rojab 1413 Hijriyah. Ayahnya Habib Abdurrahman Alatas dan Ibundanya Syarifah Fadhilah binti Ahmadun Alatas. Keduanya asli orang Petamburan, namun kini tinggal di Kampung Baru, Jakarta Barat.
Habib Muhammad Hanif Alatas adalah putra pertama dari empat bersaudara. Ia kerap diajak Safari Dakwah oleh Imam Besar FPI, Habib Muhammad Rizieq Bin Husein Syihab dan sering diperintahkan olehnya untuk membaca Qasidah di sela-sela Acara Tabligh Akbar. Qasidah ciptaannya yang Masyhur ialah Qashidah Ciri ciri Aswaja yang disaring dari Materi Taklim Pondok Pesantren Romadhon di Markaz Syariah Megamendung yang dipimpin langsung oleh Habib Rizieq.
Berikut nasabnya, Muhammad Hanif bin Abdurahman bin Umar bin Idrus bin sholeh Bin Muhammad bin Abdullah bib Abdulqodir bin Syeikhon bin Abdurahman bin Shohiburrotib Guthbil Anfas al-Habib Umar bin Abdurahman Alathos.
Habib Hanif menempuh bangku sekolah SD dan SMP di Alfalah Kampung Baru, Kebun Jeruk , Jakarta Barat. Sejak remaja, ia selalu diajak oleh Ayahnya ke Majlis Imam Besar FPI. Setelah lulus SMP beliau melanjutkan Pendidikannya di Pondok Pesantren Darulughoh Wadda’wah Raci Bangil yang di asuh oleh Abuya Al-Habib Zein Bin Habib Hasan Baharun.
Di awal ia masuk Pesantren, ia sangat suka dengan Ilmu Bahasa Arab dari ilmu Insya’, Nahwu , Shorof sampai Balaghoh. Saking sukanya dengan ilmu tersebut, setiap membaca wiridan, yang ia perhatikan justru hukum -hukum Nahwu yang ada dalam susunan wiridan tersebut.
Kesukaannya dengan ilmu Bahasa Arab membuat dirinya menjadi utusan sebagai Delegasi resmi Ponpes Dalwa atau Kabupaten Pasuruan dan Provinsi Jawa Timur dalam berbagai Event perlombaan Bahasa tingkat Jawa Timur atau Nasional. Lulus dari Aliyah, ia sempat Kuliah di Institut Islam Dalwa (INI DALWA) jurusan Bahasa Arab sampai empat semester, kemudian mendapat Beasiswa ke Universitas Al-ahgaff Yaman Fakultas Syariah dan Hukum.
Saat ini ia lebih suka dengan Ilmu Ushul Fiqih dan Ushuluddin. Disamping itu beliau sempatkan waktu senggangnya untuk duduk hadir di Majlis majlisnya Ulama besar Tarim, seperti Majlisnya Habib Salim As-Syathiri pimpinan Rubat Tarim, Majlis Habib Umar bin Hafidz Darul Musthofa, Habib Zaid bin Yahya, dll.
Habib Hanif pun memiliki prestasi. Selain menjadi delegasi resmi Ponpes dalwa atau kabupaten pasuruan dan provinsi Jatim dalam berbagai event perlombaam bahasa baik tingkat Jawa Timur atau Nasional, ia sudah lebih 20 kali juara dalam kontes perlombaan bahasa arab, diantaranya Juara I lomba pidato bahasa arab antar MA tingkat Nasional di event Porseni 2009.
Kemudian, Juara I Pidato Bahasa Arab antar ponpes tingkat Nasional di event Pospenas 2010. Juara I debat bahasa arab Antar ponpes tingkat Nasional di event MQK Nasional yg diselenggarakan di Lombok 2011; Juara I debat bahasa arab antar Universitas se Indonesia di Universitas negri Malang (UM) 2011, mewakili Institut Islam Dalwa (INI Dalwa).
Kemudian Juara III Debat bahasa arab antar Universitas tingkat Internasional yang diselenggarakan di Pasca Sarjana UIN Malang 2011, – Juara I Lomba pidato antar universitas se-Indonesia dalam event FTT (festival timur tengah) yang diselenggarakan di UI depok, dan masih banyak Event perlombaan yang ia juarai.
Semangat perjuangan Sang Ayah Habib Abdurrahman Alatas yang sempat menjabat sebagai komandan Laskar Khusus, menular kepada anaknya, Habib Hanif. Pada saat Habib Hanif berada di Yaman, ia mendirikan dan menjabat sebagai ketua FMI Yaman.
Sepulangnya ke Indonesia beliau diangkat menjadi Waketum DPP FMI (front mahasiswa islam) anak Cabang Organisasi Front Pembela Islam. Harapan Beliau di FMI ialah Semoga FMI betul betul menjadi wadah pencetak Laskar Intelektual Ahlusunnah wal jamaah.
Habib Hanif Alatas mengingatkan para pemuda untuk bangkit dan berjuang. ” Presiden Soekarno pernah berkata : Berikan aku 10 pemuda, dengan mereka aku akan mengguncangkan Dunia. “Sudah saatnya pemuda-pemuda aswaja bangkit… karena kebangkitan islam Ahlusunnah wal Jamaah di mulai dari kebangkitan pemudanya, kalau bukan pemuda siapa lagi ??”
(des/sumber: https://mrommy.wordpress.com)