JAKARTA, (Panjimas.com) – Aksi Bela Islam tanggal 2 Desember 2016, yang dikenal dengan sebutan Aksi 212, adalah peristiwa yang takkan terlupakan dan telah menjadi bagian dari tonggak sejarah umat Islam di Indonesia.
Pada hari itu jutaan umat memenuhi kawasan Monumen Nasional (Monas) dan sekitarnya, menyatakan sikap dan kecintaan mereka kepada Allah dan Al Quran.
Mereka datang dari berbagai wilayah di Indonesia, dengan berbagai cara dan melewati berbagai rintangan, untuk turut hadir menyatakan pembelaan mereka terhadap Al Quran, dan pada hari itu aksi berjalan dengan sangat damai dan santun.
Peristiwa menggetarkan ini diangkat oleh rumah produksi Warna Pictures lewat film layar lebar perdananya yang berjudul : “212, The Power of Love”.
Warna Pictures telah berdiri sejak tahun 2010 dengan spesialisasi memproduksi film-Film dokumenter. Sejak tahun 2016, rumah produksi ini mulai membuat film cerita.
Film 212 The Power of Love ini di produseri dan disutradarai oleh Jastis Arimba, yang selama ini lebih dikenal luas dalam karya film dokumenter, dengan konsultan Producer Ustad Erick Yusuf.
Skenario ditulis oleh Ali Eounia, Jastis Arimba dan di supervisi oleh sastrawan dan penulis terkemuka Helvy Tiana Rosa.
“Cerita ini sendiri mengadaptasi kisah nyata perjalanan seseorang yang awalnya skeptis terhadap Islam namun harus terjebak dalam sebuah perjalanan menuju aksi 212 di Monas,” ujar Jastis Arimba sang Sutradara dan penulis skenario.
Film ini mengisahkan pergulatan batin Rahmat, seorang jurnalis di sebuah media terkemuka, pada suatu hari ia mendapat kabar bahwa Ibunya meninggal dan membuat Rahmat harus pulang kekampung halamannya.
Selama hidupnya Rahmat sering bersitegang dengan Ayahnya, seorang tokoh agama desa yang dianggapnya keras dan konservatif. Tiba-tiba Ayah Rahmat yang sudah tua renta tersebut memutuskan untuk melakukan longmarch bersama para kaum muslimin dari desanya menuju Jakarta untuk berpartisipasi dalam 212 dengan tujuan membela Alquran yang di cintainya.
Berbeda dengan ayahnya, Rahmat menganggap aksi 212 dan aksi-aksi sebelumnya adalah gerakan politik yang menunggangi umat Islam untuk kepentingan kekuasaan. Namun, melihat kondisi ayahnya yang sudah tua akhirnya Rahmat memutuskan untuk menemani ayahnya untuk melakukan perjalanan jauh tersebut. Perjalanan akhirnya berubah menjadi sebuah kisah yang bernilai bagi Rahmat.
Film ini bukan tentang gerakan politik, atau kisah cinta biasa, melainkan tentang hubungan antar manusia dan cinta manusia dengan Tuhannya yang terangkai dalam momen 212.
“Seperti halnya juga aksi 212 yang merupakan aksi damai, film ini juga membawa pesan perdamaian dari umat Islam Indonesia, ke seluruh penjuru” ungkap Jastis Arimba.
Selain akan diangkat ke layar lebar, 212 The Power of Love juga akan dibuatkan Novelnya, dan akan ditulis langsung oleh novelis handal Benny Arnas dan Helvi Tiana Rosa.
Aktor senior Fauzi Baadila dipercaya menjadi pemeran utama, didampingi Adhin Abdul Hakim, Hammas Syahid, Asma Nadia, Meyda Sefira, Ustadz Erick Yusuf, dan lain sebagainya.
Film ini akan mulai ditargetkan untuk ditayangkan di bioskop pada akhir bulan Januari 2018. Semoga dengan adanya film ini bisa memberikan inspirasi dan semangat kebangkitan Umat Islam. [ES]