(Panjimas.com) – Seperti biasa, jika ada fenomena yang dinilai Metro TV tidak sesuai atau bertentangan dengan nilai nilai pemilik kebijakan di Metro TV, maka Metro TV pun memberi stigma. Menjelang aksi 212-2017, dalam propagandanya, Metro TV dalam siaran tanggal 1 Desember 2017, menampilkan aksi 212-2016 dan menyatakan aksi tersebut sebagai intoleran.
Padahal aksi 212 di tahun 2016 dihadiri oleh Presiden RI beserta Wapres RI, Kapolri, dan juga unsur pimpinan lembaga negara. Jika Metro TV menyebutkan aksi 212 itu sebagai intoleran, artinya Metro TV telah melecehkan keberadaan kehadiran para pemimpin negara. Mereka hadir karena keinginan dan kemauan mereka, sementara Metro TV menstigma acara tersebut sebagai acara intoleran.
Berulang kali Metro TV menyuarakan kepentingan pemilik Metro TV. Surya Paloh sebagai Ketum NASDEM sekaligus pemilik Metro TV tentu menggunakan Metro TV menyuarakan kepentingan NASDEM. Sekalipun dalam diri NASDEM ada berbagai permasalahan, METRO TV tidak akan membongkar kejelekan oknum-oknum NASDEM dalam pemberitaan Metro TV.
Viktor Laiskodat, Ketua fraksi NASDEM di DPR begitu jelas di NTT mengungkapkan ujaran kebencian kepada umat Islam, namun Metro TV tidak meliput ujaran kebencian tersebut. Sebaliknya, aksi umat Islam yang justru kemudian dinyatakan Metro TV sebagai aksi intoleran.
Ketidakadilan pemberitaan Metro TV saat ini mendapat penolakan oleh umat Islam. Kekuatan media sosial digunakan oleh umat Islam untuk melakukan perlawanan. Sebelum media sosial berkembang, Metro TV atau “TV NASDEM bisa leluasa menyuarakan propaganda- propagandanya. Media bisa mengatur dengan menafsirkan berbagai fenomena yang disesuaikan dengan kepentingan pemilik Metro TV. Mediacracy (media sebagai pengatur masyarakat) telah banyak merekayasa wacana dengan merugikan berbagai pihak sembari menguntungkan sebagian pihak.
Saat ini perkembangan media sosial begitu fantastis. Indonesia menjadi termasuk pengguna instagram, WA, FB, dan Twitter yang terbesar di dunia.
Pemberitaan Metro TV yang seringkali menyudutkan umat Islam tentu akan terus mendapatkan perlawanan. Dengan Media Sosial yang saat ini dimiliki oleh umat Islam, propaganda Metro TV tentu tidak akan dibiarkan saja oleh Umat Islam. Banyak bermunculan kritikan kritikan kepada Metro TV.
Mediacracy sedang beralih menjadi Sosmedcracy. Umat juga akan mengeluarkan perasaannya melalui media sosial untuk mengungkapkan kekecewaannya kepada Metro TV. Apakah sikap Metro TV akan berimbas kepada pilihan umat Islam kepada NASDEM dalam pemilihan legislatif di tahun 2019? Waktu yang akan menjawabnya. [RN]
Penulis, Adnin Armas
Ketua Muslim Cinta Jakarta