MATARAM, (Panjimas.com) – Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) akan menggelar Muktamar ke XIII di kota Mataram Nusa Tenggara Barat pada tanggal 26 – 30 November 2017 yang akan dihadiri ribuan kader GPII, baik itu pengurus wilayah GPII, pengurus daerah dan kader – kader GPII se Indonesia.
Kegiatan Muktamar ini sendiri rencananya akan di hadiri oleh Ketua MPR RI Zulkfili Hasan, Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah, Kapolri Jenderal (Pol) Prof. H. Muhamad Tito Karnavian MA. Phd, Menpora Imam Nahrowi, Gubernur NTB TGB Zainul Majdi, Wali Kota Mataram Ahyar Abduh dan undangan lainnya. Dari informasi yang di himpun redaksi, Presiden Jokowi sendiri juga di agendakan namun belum terkonfirmasi terkait jadwal.
Sekretaris Jendral Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) Muh Rojak ditemui di kantornya menyampaikan kepada seluruh kader – kader GPII yang akan menghadiri kegiatan Muktamar untuk bergembira mengikuti kegiatan tersebut, “Saya mengajak seluruh kader yang hadir untuk bergembira mengikuti Muktamar XIII GPII di Lombok, Nusa Tenggara Barat,” ujar rozak.
Forum Muktamar bukan hanya digunakan untuk prosesi pergantian kepemimpinan, namun Muktamar harus dijadikan momentum untuk merumuskan kebijakan – kebijakan strategis organisasi untuk turut serta memberikan kontribusi bagi pembangunan bangsa dan negara pada priode mendatang, sambung rozak.
Rozak yang juga merupakan Kandidat Ketua Umum Pimpinan Pusat GPII periode 2017 – 2020 ini juga menambahkan bahwa “ GPII siap berada di barisan terdepan bersama pemerintah untuk ikut memberikan kontribusi bagi pembangunan bangsa dan negara,”.
Tema besar yang di usung dalam Muktamar XIII GPII yakni Revitalisasi Peran ke Islaman dan ke Indonesiaan Gerakan Pemuda Islam Indonesia Menuju Indonesia Gemilang 2045 merupakan bentuk penegasan bahwa bagi GPII, NKRI dan Pancasila adalah harga mati yang tidak bisa ditawar tawar lagi, Pancasila dalam kedudukannya merupakan Dasar Filsafat atau Dasar Falsafah Negara.
Menurut Ir. Soekarno, Pancasila adalah isi jiwa bangsa Indonesia yang turun-temurun sekian abad lamanya terpendam bisu oleh kebudayaan Barat. Dengan demikian, Pancasila tidak saja falsafah negara, tetapi lebih luas lagi, yakni falsafah bangsa Indonesia. [RN]