CIREBON (Panjimas.com) – Selama dua hari, Sabtu – Minggu (21-22 Oktober 2017), Komunitas Betawi Kita melakukan ekspedisi ke Kota Cirebon. Bertajuk “Spirit Budaya Nusantara”, komunitas yang dipimpin Roni Adi Tenabang ini mengajak para anggotanya untuk wisata sejarah sekaligus silaturahim dengan Sultan Abdul Gani Natadiningrat dari Keraton Kacirebonan.
Turut ikut dalam ekspedisi budaya ini diantaranya, Bang JJ Rizal (Pemerhati sejarah Betawi), Bang GJ. Nawi (pemerhati silat Betawi), Bang Yahya Andi Saputra (Budayawan Betawi), Bang Davi Kemayoran, Bang Lantur dan anggota Betawi Kita lainnya.
Sesampai di Cirebon pas dengan masuknya adzan Zuhur. Menurut rencana kami akan berkunjung ke tiga keraton: Kanoman, Keprabonan dan Kasepuhan. Tapi karena waktunya terbatas, kami hanya singgah ke Keraton Kacirebonan.
Sebelum ke Keraton Kacirebonan untuk bertemu Sultan Abdul Gani Natadiningrat, kami menuju rumah makan dengan bangunan yang artistik untuk bertemu Wawan Hermawan (budayawan dan sutradara film Macan Ali). Disela-sela Isoma, kami berbincang-bincang tentang sejarah Macan Ali.
Sebagai catatan, Macan Ali adalah simbol perjuangan orang Cirebon. Dijadikannya Macan Ali sebagai lambang kebesaran Kesultanan Cirebon untuk membuktikan tekad dan eksistensi Cirebon dalam menyiarkan Agama Islam di Bumi Nusantara.
Bendera Macan Ali pernah berkibar, mengiringi keperkasaan Pasukan Kesultanan Cirebon dalam beberapa perang besar melawan penjajahan. Seperti perang melawan tentara Portugis (1512-1526) yang diprakarsai oleh Kesultanan Demak di bawah pimpinan Raden Patah.
Dalam perang tersebut bala tentara Cirebon turut bertempur bersama bala tentara Demak dalam melawan Portugis. Bendera Macan Ali juga pernah berkibar dalam perang Kedongdong (1793-1808), yaitu perang yang dipicu oleh pemberontakkan para santri Melawan tentara Belanda yang diperkuat oleh bala tentara Portugis.
Kami pun melihat kaligrafi Arab bertuliskan kalimat syahadat berbentuk seekor macan. Itu adalah Singha Barwang atau biasa disebut Macan Ali, lambang kebesaran Kerajaan atau Kasultanan Cirebon, merujuk kepada kepahlawanan Sayidina Ali dalam memperjuangkan agama Islam.
Menurut kisah, kebesaran dan keberanian pasukan Cirebon saat itu, dipengaruhi juga oleh kharisma Bendera Macan Ali yang juga dijadikan sebagai panji perang Kasultanan Cirebon.
Dalam Bendera Macan Ali Banyak terkandung nilai-nilai filosofis, seperti: tulisan Basmallah dan Asmaul Husna yang melambangkan kebesaran Allah. Dua bintang bersisi delapan yang melambangkan Nabi Muhammad dan Fatimah.
Kemudian Singa Kecil dan besar serta dua buah pedang yang menyilang, melambangkan Pedang Zulfikar milik Imam Ali. Ada pula Asadullah, yaitu Singa besar atau singa Allah yang disebut sebagai Macan Ali. Saat ini, walaupun kasultanan atau keraton-keraton di Cirebon sudah tidak lagi berada dalam masa keemasannya, Macan Ali masih menjadi lambang kebesaran yang sangat dihargai oleh masyarakatnya.
Bertemu Sultan
Ba’da Asyar, kami bergerak menuju Keraton Kacirebonan untuk bertemu dengan Sultan Abdul Gani Natadiningrat. Kami pun berbincang-bincang dengan Muhammad Mukhtar Zaedin (Sejarawan dan Budayawan Cirebon) dan Prabu Diaz (budayawan dan Ketua Laskar Macan Ali).
Dalam pertemuan dengan Sultan Abdul Ghani, beliau mengapresiasi kunjungan Betawi Kita yang telah melestarikan kebudayaan Nusantara, khususnya Betawi. “Dialog kebudayaan ini harus berkelanjutan. Diharapkan, silaturahim ini dapat mempererat hubungan antara orang Betawi dengan orang Cirebon,” kata Sultan.
Sementara itu Yahya Andi Saputra (Budayawan Betawi) mengatakan, silaturahim ini ke depan akan mengeksplor lagi kebudayaan Betawi – Cirebon, dan kerjasama perihal sejarah, kesenian, dan kebudayaan.
“Kita cari persamaan dan penyatuan, bukan perbedaan. Dengan penyatuan ini, kita akan hidup secara berdampingan, membina persaudaraan Nusantara, bahkan Dunia,” ungkap Bang Yahya.
Sebelum Ekspedisi Budaya ke Kota Cirebon berakhir, komunitas Betawi Kita menyerahkan sumbangan buku sebanyak lima kardus kepada Robby bin Marsiti, pegiat Pedati Pustaka yang selama ini berkeliling ke 26 desa di Cirebon. (desastian)