(Panjimas.com) – Dalam menjalankan kehidupan ini kita sebagai manusia terkadang merasa cukup untuk berbuat kebaikan. Seakan -seakan tidak ada lagi tanggung jawab yang di embannya, padahal Allah SWT menciptakan kita adalah untuk menjadi pemimpin yang senantiasa menyampaikan kebenaran dan menyampaikan risalah islamiyah ke penjuru dunia ini.
Berbicara tentang pemimpin berarti ada tanggung jawab disana baik itu kepada Allah SWT maupun kepada sesama manusia. Dalam Islam sendiri suatu hal yang perlu di jaga bersama dalam Kepemimpinan adalah ketaatan, baik secara vertikal taat kepada Allah SWT, maupun taat kepada pemimpin, taat selama hal itu masih dalam jalur kebaikan yang tidak memerintahkan untuk berbuat kemaksiatan.
Allah SWT. berfirman dalam Al-Qur’an yang artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan)) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (Q.S. an-Nisa/4: 59).
Ummat manusia kadang kehilangan ketaatan dalam hidupnya. Mereka lebih mengedepankan kepentingan pribadi daripada bersama. Mereka merasa sudah cukup untuk berkarya dan beramar ma’ruf. Padahal hidup ini adalah ladang untuk beramal shaleh, ketika sudah tiada nanti maka amal shaleh itulah yang akan terus mengalir.
Oleh karena itu jika mau banyak berkarya di dunia ini maka perbanyaklah ketaatan. Sebab ketaatan adalah karya hidup yang terasa keabadiannya.
Ada 3 landasan utama manusia melakukan suatu perintah, hal Inilah yang menjadi tolak ukur komitmennya dalam ketaatan.
Pertama: kekuatan materi. Inilah yang membuat sebagian orang terpengaruh karenanya. Jika ada materi yang menjanjikan maka akan munculnya semangat dalam jiwanya, namun jika tidak maka ia kehilangan ketaatan dan menjadi orang-orang pembangkang.
Kedua: kekuatan hati. hal ini juga kadang menjadi pilihan sebagian orang. Jika ia dalam keadaan lapang maka hal itu akan melahirkan ketaatan dalam hidupnya, jika ia dalam keadaan senang hati maka dengan spontan ia menerima amanah yang di berikan, namun jika sebaliknya ia dalam keadaan sempit, dalam keadaan lalai, niscaya akan hilang semangat dan gairah dalam jiwanya untuk melakukan kebaikan.
Yang ketiga: kekuatan karena Allah swt. Inilah landasan yang seharusnya menjadi pegangan setiap manusia. Melakukan ketaatan dan amar ma’ruf semata mata karena Allah swt. Tidak terpengaruh oleh bisikan manusia dan tak pernah menyerah sampai darah penghabisan.
Jika demikian mari kita bermuhasabah bersama, apa yang menjadi landasan kita selama ini dalam menjalani kehidupan.Jangan sampai kita kehilangan ketaatan kepada Allah swt, maupun kepada manusia. Jangan hanya banyak berbicara kebaikan namun tidak ada ketaatan tertanam dalam relung jiwa paling dalam. Semoga Allah swt memberikan kekuatan dan meluruskan niat kita dalam menjalankan amanah dan ketaatan mengabdi pada Allah swt. Ingatlah bahwa karya terbaik adalah membangun ketaatan dalam hidup ini. Wallahua’lam. [RN]
Penulis, M Hamka Syaifudin
Mahasiswa STIT Hidayatullah Batam