MEDAN, (Panjimas.com) – ‘’Eh, jangan tidur di sini, jijik ah,’’ seru Ustadz M Rhodi kepada relawan Dewan Dakwah asal Aceh yang hendak berbaring di kasur Hotel L, Medan, Ahad, (24/9) sore.
Rodhi mengungkapkan, hotel-hotel di sepanjang Jalan JG Kelurahan Medan Tuntungan, terkenal sebagai tempat maksiat. Termasuk Hotel L yang ternyata penginapan ‘’salah-booking’’ ini.
Walau tampak lungkrah lesu, relawan tersebut mengurungkan niatnya untuk tidur dengan nyaman. Padahal, ia bersama Ustadz Asraf Abdu, baru saja menempuh 16 jam perjalanan darat dari Banda Aceh menuju Medan. Bergantian menyetiri mobil ambulan LAZNAS (Lembaga Amil Zakat Nasional) Dewan Dakwah dari Ahad (24/9) dini hari hingga sore harinya jelang maghrib.
Relawan gagah itu adalah Daniel Rinanda. Ia vokalis Kelompok Nasyid ‘Skala’ yang populer di Tanah Rencong. Selain rekaman dan ditanggap di dalam negeri, Skala juga beberapa kali tampil di manca negara, seperti di Thailand.
Selama dua hari, 25-26 September 2017, Daniel tampak menikmati kebersamaannya dengan Tim Dewan Dakwah dalam membantu ratusan pengungsi Rohingya dari Negara Bagian Arakan, Myanmar (Burma), di Medan.
Tim yang terdiri dari personil Dewan Dakwah Sumatera Utara, Aceh, dan LAZNAS Dewan Dakwah Pusat, menggelar kompetisi futsal, penyuluhan kesehatan, pembagian sembako dan bingkisan, serta pengadaan sarana ibadah.
Pertandingan futsal pada Senin pagi hingga siang, diikuti 36 peserta dari Kamp Pelangi dan Beraspati. Kedua kamp berada di Jalan Jamin Ginting, Kelurahan Simpang Selayang, Medan Tuntungan. Laga olahraga dilaksanakan di lapangan futsal sewaan di dekat kamp yang biasa mereka gunakan.
Tanpa bisa mengelak, Daniel harus mau jadi salah satu wasit laga futsal. Padahal, jangankan jadi juri, bermain futsal saja dia tidak hobby.
Alhamdulillah, kepemimpinan Daniel cukup adil. Tidak sampai menimbulkan keributan antar-pemain seperti terjadi di lapangan lain yang dipimpin M Rodhi.
Kakak kandung Sonia Ristanti, perempuan bercadar yang pernikahannya dengan Muzammil Hasballah Al Hafidz (imam shalat tarawih Masjid Salman Institut Teknologi Bandung) pada 7 Juli lalu menggemparkan jagat maya, ini juga tak sungkan diminta mengerjakan apa saja. Sejak nyetir mobil, angkat barang, membentang spanduk, mengambil foto, sampai membagikan bingkisan untuk pengungsi.
Ia juga menikmati makan yang hampir selalu telat waktu, dengan variasi menu Padang, Jawa, dan Medan. Dari Ustadz Rodhi yang tinggal di Medan dia baru tahu, ada menu Padang manis dan pedas. ‘’Yang Padang manis harganya lebih mahal,’’ terang Rodhi.
Vokalis yang ternyata cukup pendiam itu hanya sekali mengeluh sakit perut pada Senin pagi. Akibatnya, ia ketinggalan shalat subuh berjamaah di Masjid Raya Medan.
Selama berkunjung ke kamp pengungsi Pelangi, Beraspati, Pasar 3, dan Top Inn, Daniel kalem-kalem saja. Tidak merasa ‘’sok artis’’. Sesekali ia minta difoto wefie dengan anak-anak pengungsi.
Daniel Rinanda sempat menguji hafalan surat pendek anak-anak pengungsi Rohingya di Kamp Beraspati. ‘’Bagus, luar biasa,’’ katanya setelah menyimak suara para bocah. Tak hanya hafal konten surat, mereka juga hafal jenis surat Makkiyah atau Madaniyah, dan jumlah ayat masing-masing.
Vokalis Skala tak menolak jika diajak ke Bangladesh untuk membantu pengungsi Rohingya di sana. Masalahnya, belakangan ini visa ke Bangladesh kian susah diperoleh untuk relawan kemanusiaan. [RN]