(Panjimas.com) – Alhamdulilah kita masih diberinya kesempatan oleh Allah SWT untuk bertemu dengan hari besar Islam, hari yang sangat bersejarah bagi umat Islam yaitu Idul qurban (hari raya Qurban). Sebuah hari yang sangat berharga bagi umat Islam. Rasulullah SAW bersabda”Barang siapa yang mendapati dirinya dalam keadaan lapan, lalu dia tidak berqurban, maka janganlah ia mendekati tempat shalat kami”. Dalam hadist ini Rasulullah sangat menganjurkan dan menekankan bagi umatnya yang di beri kemampua oleh Allah SWT untuk berqurban dan sekaligus ancaman bagi umatnya yang tidak mau mengeluarkan hartanya untuk berqurban. Karena qurban ini adalah sunah yang selalu dikerjakan oleh nabi Ibrahim AS yang selalu mengorbankan binatang ternak yang ia miliki. Pernah suatu ketika ia berqurban seribu ekor kambing, tigaratus ekor sapi, dan seratus ekor unta. Lalu masyarakat di sekitarnya pun memujinya dan Ibrahim pun berkata “ Ini belum seberapa anak pun akan saya qurbankan jikalau Allah perintahkan” karena pada saat itu nabi Ibrahim belum di karuniai anak.
Lalu, atas izin Allah SWT Nabi Ibrahim pun di karuniai seorang anak laki-laki dari Hajar, ia pun memberi nama Isma’il. Tentu kehadiran putra ini sangat diidamkan oleh Nabi Ibrahim sehingga ia lupa dengan ucapnya bahwa ia rela megorbankan anaknya jikalau Allah mau. Allah SWT pun menguji Nabi Ibrahim AS dengan menyuruh menyembelih anaknya Ismail yang saat itu sedang beranjak remaja lewat mimpinya, mulanya Nabi Ibrahim tidak percaya namun setelah mimpinya berulang-ulang ia pun yakin bahwa mimpinya itu benar-benar wahyu dari Allah SWT. Lalu ia pun meminta persetujuan anak nya Isma’il bahwa ia bermimpi untuk menyembelih anaknya satu-satunya itu.
Di sana jiwa keshalehan Isma’il pun di uji Oleh Allah SWT untuk berbakti kepada Allah SWT dalam kondisi apapun, Isma’il pun menurutinya. Tatkala pisau tajam yang dipersiapkan Nabi Ibrahim telah menyentuh leher Ismai’l Allah pun mengganti Isma’il dengan seekor gibas yang sangat besar dan Isma’il selamat dari proses penyembelihan itu. Lalu apa hikmah dari proses penyembelihan ini?
Pertama, Taat. artinya bahwa seorang yang beriman kepada Allah SWT selalu sami’na waa,to’na (dengar dan taat) apa yang di perintahkan oleh Allah SWT walaupun perintah itu bertentangan dengan kesenangan dunia, artinya bahwa kecintaan kepada Allah jauh lebih besar terhadap kecintaan dunia walaupun kita harus megorbankan jiwa, harta, anak, istri dan apapun demi perintah Allah SWT.
Kedua, Berjiwa sosial untuk berbagi dengan sesama. Dengan syariat qurban ini melatih kita untuk peduli dengan saudara-saudara kita yang membutuhkan. Dengan ini akan melatih diri kita untuk peka dengan keadaan di sekitar kita.
Ketiga. Menguji tingkat keimanan. Dengan adanya perintah qurban ini akan mengetahui derajat ketakwaan kita serta keimanan kita kepada Allah SWT, dengan tidak segan-segan dalam melaksanakan perintah Allah SWT dalam berqurban.
Kesimpulanya bahwa qurban itu adalah ibadah yang mempunyai nilai-nilai ketauhidan yang sangat kental, di mana Nabi Ibrahim AS rela mengorbankan anaknya satu-satunya yang amat dicintainya, ini mengajarkan kepada kita bahwasanya itu adalah tauhid yang sesungguhnya yang selalu mengedepankan perintah Allah daripada kesenangan hawa nafsu dunia. Beliau membebaskan dirinya dari penghambaan kepada materi menuju penghambaan kepada Allah SWT semata. Jika seorang telah terbiasa melaksanakan ibadah qurban dan mengetahui makna sebenarnya maka hatinya akan merasa lebih tentram dan nikmat dalam menjalankanya. Mudahan kita semua di berikan kesempatan oleh Allah SWT untuk selalu menjalankan ibadah qurban dengan ikhlas semata-mata karena Allah SWT. Waallahua’lam. [RN]
Penulis, M. Fibra Wijaya
Mahasiswa STIT Hidayatullah Batam