KALBAR (Panjimas.com) – Tak hanya menghafal Al Qur’an, limabelas santri tahfidz itu juga belajar membuat tempe tahu, budidaya ikan lele organik, kelistrikan, dan pengolahan air minum, serta rukyah syar’iyah. Itulah santri Pondok Tahfidz Khadijah Dewan Dakwah Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat.
Pondok Tahfidz Khadijah mulai berjalan sejak Senin, 17 Juli 2017. Lokasinya di kantor sekretariat Dewan Dakwah Kubu Raya, yang berdampingan dengan kediaman Ketua Dewan Dakwah Kubu Raya, Haji Darmin, di Jalan Wonodadi 2, sekitar 2 km dari Bandara Supadio.
Para santri yang merupakan hasil seleksi tersebut, dalam kesehariannya dibimbing beberapa musyrif. Salah satunya Ustadz Muhtarom, alumni Akademi Dakwah Indonesia (ADI) Kabupaten Sambas dan STID (Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah) Mohammad Natsir, Jakarta.
Ketua Bidang Pendidikan Dewan Dakwah, Ustadz Imam Zamrodji, mengatakan, Pondok Tahfidz Khadijah merupakan ini merupakan pondok tahfidz ketiga di lingkungan Dewan Dakwah. Dua pondok yang sudah berjalan sebelumnya dioperasikan Dewan Dakwah Provinsi Lampung.
Sedangkan di Dewan Dakwah Pusat, kegiatan tahfidz Qur’an menjadi program Lembaga Tahsin dan Tahfidz Al Qur’an, di bawah naungan Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) STID Mohammad Natsir.
Haji Darmin mengungkapkan, santri-santri Pondok Tahfidz Khadijah merupakan anak yatim piatu dari keluarga dhuafa. Karena itu, selain ilmu agama dan hafalan Qur’an, mereka juga dibekali ketrampilan hidup (lifeskill). ‘’Agar kelak mereka bisa mandiri secara ekonomi, menjadi pengusaha sukses dan donatur dakwah,’’ tutur Darmin yang naik haji dengan ongkos dari usaha peternakan lele.
Untuk membiayai Pondok Tahfidz Khadijah, Haji Darmin menyisihkan sebagian keuntungan usahanya. Dewan Dakwah Kubu Raya juga memberi kesempatan bagi donatur yang ingin berinfak.
Masyarakat dapat menjadi donatur Pondok Tahfidz Khafidzah dengan berlangganan Air Hexaqua sebanyak 4 galon/bulan senilai Rp 50.000. ‘’Insya Allah keuntungannya disedekahkan untuk operasional Pondok Tahfidz Khadijah,’’ tandas Haji Darmin. (bowo)