(Panjimas.com) – 72 tahun sudah negeri ini merdeka. Gegap gempita perayaan kemerdekaan Indonesia begitu luar biasa. Tak terhitung berapa biaya dari berbagai macam kreasi yang dibuatnya. Ibarat usia manusia, umur negeri ini sudahlah sangat tua. Usia yang tua ini justru Indonesia tidak berdaya di hadapan kekuatan kapitalisme global dari Barat dan Timur. Jikalau begitu, bagaimanakah mewujudkan kerja nyata untuk sebenar-benarnya merdeka?
Kemerdekaan berasal dari kata dasar merdeka yang artinya bebas (dari jajahan orang lain). Artinya bangsa ini sudah merasa terbebaskan dari penjajahan fisik bangsa lain. Tanpa disadari justru kita saat ini berada dalam gegaman penjajah yang dengan seenaknya menguasai seluruh aset kekayaan negeri ini. Jika kita sibuk tarik tambang dengan tali, maka wujudkan tarik semua aset tambang untuk dikelola secara berdikari. Mengapa tidak?
Ketidak berdayaan Indonesia kini bisa kita lihat dari berbagai peristiwa yang sudah begitu kasat mata. Meikarta yang dibangun di tanah Indonesia layaknya seperti kota Shenzhen di China yang sangat eksklusif dan luar biasa bahkan telah mendapatkan penghargaan dari MURI ternyata belum ada ijinnya. Tanpa ijin Lippo Grup dari china sudah bisa membangun dan bahkan sudah terjual 16.800 unit. Lantas dimana kewibawaan negeri ini ?
Reklamasi 17 pulau di Jakarta, kini sudah berjalan dengan bangunan-bangunan yang luar biasa serta dipasarkan di China, juga belum ada ijinnya. Pendirian pabrik semen di Bolaang Mongondow yang didirikan dari investor china juga tidak ada ijinnya sehingga ditutup oleh Bupati, dan akhirnya Bupatinya jadi tersangka.
Pembangunan patung dewa perang Kwan Sing Tee Koen setinggi 30,4 meter di Tuban Jawa Timur yang sempat juga dapat penghargaan dari MURI dan menelan dana Rp. 2,5 milliar, ternyata juga belum ada ijinnya. Sampai hari ini pun belum ada keputusan. Hampir semua proyek negeri ini diberikan kepada China. Tidak hanya proyeknya saja, bahkan tenaga kerjanya pun di impor dari negeri China.
Pengaruh hutanglah yang membuat Indonesia tak berdaya. Total utang Indonesia ke China saja dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang luar biasa. Bahkan kini tercatat pada bulan mei 2017 mencapai 15,491 milliar dollar AS (Rapublika.co.id). Dari jerat inilah akhirnya Indonesia dalam kondisi labil dan tersandera. Kondisi jebakan hutang ternyata sesuai dengan apa yang disampaikan oleh seorang peneliti dari Jepang Masako Kuranishi dari Universitas Tsurumi dan Universitas Seigakuin yang sudah jauh-jauh hari memperingatkan indonesia. (Jurnalmuslim.com)
Masako Kuranishi telah mengingatkan Indonesia agar sangat hati-hati terhadap gerakan China di Asia terutama di Indonesia. Ia sampaikan “ China punya rencana atau konsep besar sejak Oktober 2013 terhadap Asia, yaitu Maritime Silk Road atau sering dijuluki One Belt One Road (OBOR), yang dilemparkan ide ini oleh Xi Jinping. Secara kasar bisa dikatakan munculnya hegomoni china terhadapa Negara-negara di kawasan Asia “. Artinya, China sengaja membuat berbagai kemanisan terutama hutang yang tinggi saat ini kepada Indonesia, dengan tujuan supaya Indonesia akan mengalami kesulitan dalam pengembalian sehingga terikat semakin kuat kepada china. Inilah penguasaan China terhadap Indonesia.
Ironi sekali apa yang di alami negeri ini. Ternyata negeri Indonesia yang besar dan subur ini terkungkung dan tidak berdaya di hadapan asing dan aseng. Bahkan ketergantungan negeri ini sangatlah luar biasa. Negeri ini sudah tak mampu mandiri atau berdiri sendiri. Ketergantungan itu kian terasa dan begitu membebani kaum pribumi. Fakta menunjukkan hampir semua komoditi pertanian justru diimpor dari luar negeri. Seolah penguasa negeri ini sudah merasa tak mampu mencukupi kebutuhan dalam negeri. Lihat apa yang tidak impor hari ini. Gula impor, bawang putih impor, tebu impor, singkong impor, beras impor, sapi impor, cabai impor, garam impor, bahkan cangkul pun impor dari china. Lalu dimana wibawa negeri ini?
Buah dari ini semua, Indonesia kini menjadi Negara terbuka. Semua bebas mengeruk kekayaan di Indonesia. Untuk itu semua kini Indonesia terapkan bebas visa untuk semua orang asing, dan kini warga asing boleh memiliki property di Indonesia, boleh kuasai 100% industri gula dan karet, bebas kuasai 100% saham restoran dan perusahaan jalan, boleh kuasai 100% saham di pemangkit listrik dan lain sebagainya. Bebas membangun walau tanpa ijin. Inikah yang di maksud kemerdekaan ?
Sebagai anak bangsa, kita ingin kemerdekaan dengan sebenar-benarnya. Kemerdekaan sejati akan bisa diraih hanya dengan menerapkan islam secara total dan menyeluruh. Hanya dengan inilah keadilan dan kesejahteraan bisa terwujud. Merdeka sejati berarti tunduk pada Ilahi dan membebaskan negeri ini dari cengkraman penjajah berwujud neoliberalisme dan neo-imprealisme. [RN]
Penulis, AB Latif
Direktur Indopolitik Watch