BOYOLALI (Panjimas.com) — Majelis Pendidikan Kader Pimpinan Daerah Muhammadiyah (MPK PDM ) Boyolali bersama Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) Boyolali menggelar Perkaderan Baitul Arqam dengan tema “Membentuk Karakter Kader Muhammadiyah yang berkemajuan” selama dua hari (28-29/5), bertempat di Wisma Armina Donohudan Ngemplak Boyolali.
Ketua Panitia Joko Triyanto,S.Kom.,M.Pd.I. dalam sambutannya mengatakan, “Kegiatan ini adalah sejarah yang fenomenal dan tak terlupakan bagaikan cinta pertama yang selalu di kenang”.
Turut hadir Ketua MPK PDM Boyolali Pujiono,Ssi,MM dan Ketua Umum PDM Boyolali Drs. Jindar Wahyudi, M.Ag. Adapun Pemateri dalam kegiatan tersebut diantaranya: Drs.H.A. Dahlan Rais, M.Hum (Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah ), Drs. Tafsir, M.Ag. ( Ketua PW Muhammadiyah Jawa Tengah), Dr. H. Sofyan Anif, M.Si (Rektor UMS), Drs. H. Ali Muhson, M.Ag (Wakil Ketua PWMuhammadiyah Jawa Tengah ), Muslih, M.Ag. ( Ketua PDM Boyolali , Pembina MPK PDMuhammadiyah Boyolali) dan Drs. Jumari ( Ketua PDM Magelang).
Dalam sambutannya, Ketua Umum PDM Boyolali Drs. Jindar Wahyudi, M.Ag mengatakan, “Setiap pemuda ialah kader umat dan bangsa, maka harus siap sedia membela agama, bangsa dan negara’.
Rektor UMS Sofyan anif mengatakan, “Amal Usaha Muhammadiyah berkembang begitu pesat, maka membutuhkan kader-kader potensial seperti peserta baitul aarqam di Boyolali ini untuk mengelolanya”.
Sementara itu dikatakan Drs. Tafsir, M.Ag. ( Ketua PW Muhammadiyah Jawa Tengah), perlu kreatifitas dalam berdakwah, mengusung tema berkemajuan harus bisa menggunakan segala cara berdakwah, dan bisa menjangkau semua orang. “Dakwah perlu kreatifitas, jangan monoton hanya ceramah, dakwah juga harus bisa menjangkau semua orang,” terangnya.
Tafsir mengambil perumpamaan bunga teratai yang selalu mekar dengan indah walau berada di tempat yang kotor, seperti itulah kader Muhammadiyah seharusnya, dimana pun tempatnya selalu bisa berdakwah memberi manfaat untuk lingkungan sekitar. Dakwah melalui pemberdayaan tidak terlepas dari pembahasan, bahwa pemberdayaan itu penting, terutama di kantong-kantong kemiskinan yang rawan kristenisasi.
Pemberdayaan bisa dilakukan dibidang ekonomi maupun bidang lainnya “Dakwah tak melulu dengan ayat-ayat, tapi bisa dengan bantuan modal usaha” tuturnya. Dakwah,lanjutnya, harus berani masuk ke ‘lorong gelap’,ke kelompok marjinal, “dakwah harus siap masuk ke lorong gelap, jangan hanya berdakwah di masjid, namun harus mau mendatangi orang-orang marjinal” tambahnya. (Joko Triyanto)