JAKARTA (Panjimas.com) – Tokoh Islam kembali mendapat perlakuan intoleran, rasis dan menyulut SARA. Hal itu dialami oleh Jon Riah Ukur Ginting atau yang akrab disapa Jonru. Ia dikabarkan diusir di pelabuhan Lorens Say, Kabupaten Sikka, Flores, Nusa Tenggara Timur, pada Jum’at (26/5/2017).
Ada banyak keganjilan di balik peristiwa pengusiran tersebut. Diantaranya menurut Jonru, jumlah wartawan saat itu ternyata lebih banyak dari pelaku pengusiran. Hal itu dituangkan Jonru melalui media sosial, pada Sabtu (27/5/2017), berikut ini selengkapnya.
KULTWIT MAUMERE TERCINTA
Oleh: @jonruginting
Ada kesamaan antara pengusiran saya dgn pak @fahrihamzah. Kami sama2 dituduh ingin membuka cabang FPI. Padahal kami bukan orang FPI.
Bedanya, pak @fahrihamzah diusir ketika datang. Saya diusir ketika emang mau pulang. Pengusiran yg useless.
Saat insiden pengusiran, jumlah wartawan jauh lebih banyak ketimbang jumlah pengusir. Jadi paham kan ke mana arahnya?
Banyaknya wartawan yg hadir saat pengusiran, menjadi indikasi kuat bahwa insiden tsb memang sengaja direkayasa utk membuat FRAMING tertentu.
Dan orang2 yang mengusir tsb hanyalah rakyat lugu yang tanpa sadar bahwa mereka disetir oleh provokator dari luar Maumere.
Rakyat Maumere sangat cinta damai, toleran dan tidak mudah terprovokasi. Jadi yg mengusir saya pasti bukan orang Maumere.
Jadi insiden pengusiran tsb adalah rekayasa dari AKTOR INTELEKTUAL dari luar Maumere, yg bertujuan utk membunuh karakter saya.
Dan mereka sebenarnya hanya cari sensasi. Sebab secara logika, saya tak perlu diusir karena emang sudah mau pulang.
Dan INSIDEN KECIL tsb sama sekali tidak mengganggu kondisi Maumere yg aman damai. Itu hanya riak kecil, dibuat oleh provokator dari luar.
Intinya si provokator ini menghendaki NKRI ricuh, membuat rakyat makin saling curiga dan saling memusuhi.
Maumere adalah bagian dari NKRI, dan saya mencintai semua daerah di NKRI, termasuk Maumere.
Setelah insiden pengusiran, rasa cinta saya thd Maumere makin besar, karena saya yakin provokatornya orang luar.
Walau mungkin banyak warga Maumere yg tidak suka pd saya, itu tidak masalah. Mereka hanya salah persepsi karena belum kenal saya.
Komentar seorang teman:
“Itu pesanan bang, gak perlu penjelasan panjang lebar. Orang yang tahu tentang abang faham betul keadaan dan situasi itu.”
Saya adalah korban pengusiran. Namun target utama si provokator adalah ingin melihat NKRI rusuh.
Karena itu, mari terus waspada, merawat kebhinnekaan kita, menjaga NKRI agar tidak sampai hancur gara-gara provokator dari luar.
Pesan utk si provokator: Maaf jika Anda harus kecewa. Provokasi Anda TIDAK BERHASIL membuat saya benci pada Maumere. Justru saya makin cinta.
Jakarta, 27 Mei 2017
Jonru Ginting
[AW]