GARUT (Panjimas.com) – Pengetahuan masyarakat terhadap bencana meningkat signifikan sejak tsunami Aceh 2004. Namun pengetahuan itu belum meningkat menjadi sikap dan perilaku sehari-hari. Hal inilah yang seringkali menyebabkan korban bencana masih tinggi. Budaya sadar bencana harus terus disosialisasikan.
Masyarakat memang harus mempunyai semacam saving self atau penyelamatan terhadap dirinya sendiri. Kesadaran terhadap kondisi real sebagai negara rawan gempa, setidaknya dapat menanamkan kesiapan mental pada diri masyarakat untuk menghadapinya.
Menumbuhkan budaya sadar bencana ini penting karena menjadi bagian dalam mewujudkan masyarakat yang tangguh bencana. Budaya dalam masyarakat merupakan sebuah sistem kultural yang secara otomatis terus-menerus ditanam dan diwariskan.
Salah satu bentuk sosialisasi budaya sadar bencana adalah melalui edukasi “BNPB Mengajar” dan pendekatan kearifan lokal dengan gelar kesenian rakyat. Budaya sadar bencana masyarakat Garut masih cukup rendah. Disisi lain Garut adalah daerah rawan multibencana yang lengkap seperti banjir, longsor, gempa, tsunami, erupsi gunung api, kekeringan, kebakaran hutan dan puting beliung. Luasnya wilayah Garut, disparitas yang tinggi dan masih banyaknya kemiskinan menyebabkan risiko bencana tinggi.
BNPB Mengajar digelar di SDN Giriawas 03, Kampung Babakan Jolok, Desa Giriawas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut, Jawa Barat (20/5). Materi yang diberikan antara lain yang berkaitan dengan potensi bencana di daerah Garut dalam bentuk film animasi dan dongeng yang mudah diterima, diingat dan membuat anak-anak tertarik.
Pada malam harinya BNPB menggelar kesenian tradisional wayang golek, dengan Dalang Opik Sunandar Sunarya Giriharja 3 di Alun-alun Bayongbong, Garut. Sosialisasi budaya sadar bencana diselipkan dalam cerita wayang golek. Ribuan masyarakat Garut hadir dan larut dalam sosialisasi ini. Kesenian tradisional merupakan media yang efektif dalam sosialisasi masyarakat di pedesaan. Masyarakat mudah menerima pesan kebencanaan.
Bupati Garut, Rudi Gunawan dalam sambutan mengatakan, “Pemda dan masyarakat Garut menyampaikan terima kasih atas perhatian dan bantuan BNPB. Saat banjir bandang Garut pada 30/9/2016 yang menyebabkan 36 orang meninggal, 17 orang hilang dan ribuan rumah rusak telah menyadarkan kita pentingnya mitigasi bencana. Masyarakat harus terus diberi sosialisasi bencana.”
Sutopo Purwo Nugroho selaku Kepala Pusat Data Informasi dan Humas mengatakan Garut merupakan daerah yang memiliki potensi bencana lengkap, mulai dari bencana banjir, longsor, gunungapi, gempabumi, kebakaran hutan dan sebagainya.
“Maka dari itu kita harus meningkatkan kesiapsiagaan dan menumbuhkan kesadaran bencana. Melalui kesenian tradisional, dengan mudah masyarakat mendapatkan hiburan sekaligus edukasi bencana” ucap Sutopo dalam sambutannya.
Pendekatan seni dan kearifan lokal untuk meningkatkan Budaya Sadar Bencana, disesuaikan dengan kesenian daerahnya masing-masing dan sekaligus menggerakan ekonomi lokal seperti halnya pedagang. “Kegiatan ini merupakan kegiatan rutin BNPB setiap tahunnya. Tahun ini kami akan menyelenggarakan di empat tempat, pertama di Garut ini, kemudian Blora, Purworejo dan Trenggalek” katanya.
Diharapkan dengan sosialisasi ini budaya sadar bencana meningkat di masyarakat. Kita masih sering mengabaikan aspek risiko bencana dalam kehidupan sehari-hari. [edys]