(PANJIMAS.COM) – Ditengah hilangnya marwah dan wibawa Presiden Jokowi pasca kelalahan Ahok-Djarot, dengan politisasi agama yang diikuti aksi massa jutaan umat Islam, Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki memerintahkan Deputi V Kepala Staf Kepresidenan Jaleswari Pramodhawardani, untuk mengundang sejumlah kalangan intelektual kampus dari UGM, UIN Syarif Hidayatullah, UIN Sunan Kalijaga, Universitas Indonesia, Ormas GP Ansor, dan Lembaga Survei Indonesa Burhanuddin Mustadi, untuk menghadiri rapat atau kerennya FGD (Focus Group Discussion) pada Hari Kamis, 4 Mei 2017, Pukul 9:00-11:30 WIB di Ruang Rapat Utama, Gedung Bina Graha, Jalan Veteran No.16, Jakarta.
Aneh bin ajaib, undangan rapat bersama akademisi, termasuk Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar ini akan mencari rumusan tentang bagaimana upaya penanganan politisasi agama dalam politik, termasuk pengarus utamaan kepemimpinan Muslim.
Lalu apa jadinya kepemimpinan Presiden Jokowi dikelilingi orang-orang sekelas Teten Masduki dan Jaleswari yang kini baru mulai mencari rumus dari kalangan akademisi, untuk menghadapi arus politisasi agama yang sudah berlangsung lama, bahkan sebagai post factum atau fakta yang sudah berlalu.
Jelas ini membuktikan ketidakmampuan Kantor Staf Presiden (KSP) melakukan kerja politik untuk membantu Presiden, karena semakin hari justru makin membebani Jokowi, apalagi Teten Masduki mengusir semua jajaran TNI-Polri dengan memasukkan konco-konconya dari kalangan LSM.
Pantas Ahok-Djarot yang full didukung Presiden Jokowi kalah telak, Bagaimana tidak, orang Istana di Kantor Staf Presiden rupanya hanya bisa ngibul tanpa kerja politik yang nyata dan berakibat Presiden Jokowi menanggung malu di panggung politik nasional dan Internasional.
Bukti lain yang lebih mengejutkan, cibiran sinis Ekonom Jake Van Der Kamp di kolom bisnis media terkemuka South China Morning Post (SCMP) terkait pernyataan Presiden Jokowi atas pertumbuhan ekonomi Indonesia menduduki peringkat tiga dunia, padahal menurut fakta yang dibeberkan Jake untuk Asia saja, Indonesia hanya di urutan 13 di bawah Timor Leste.
Pernyataan Presiden Jokowi tentu saja bukan hanya bahan olok-olok dan dipermalukan dunia internasional karena dianggap hanya mengarang cerita, namun hal mendasar yang kini dihadapi Presiden tidak adanya informasi akurat, kredibel dan terpercaya dari para pembantunya, khususnya Kantor Staf Presiden (KSP) di bawah nakhoda Teten Masduki yang memang sangat tidak kompeten, atau jangan-jangan ada komplotan dengan sengaja menjebloskan dan mempermalukan Presiden Jokowi sebagai pemimpin nasional, sekaligus menimbulkan hilangnya wibawa Indonesia sebagai bangsa.
*Waketum Partai Gerindra