PONOROGO (Panjimas.com)– Kesaksian warga Banaran, Pulung, Ponorogo, mengaku sudah diperingatkan pihak Kelurahan. Retakan tanah yang setiap hari terus bergerak mengharuskan setiap malam mengungsi ke tempat aman.
Sujarno (43), warga Banaranmengaku aneh kejadian longsor tersebut. Dia mengisahkan bila hari sabtu (1/4) pagi sekitar pukul 7:30 WIB warga beranjak aktivitas biasa. Bahkan beberapa orang memanen hasil tanaman jahe.
“Sudah, sudah diperingatkan mas. Tiap malam itu warga juga mengungsi, karena tanah itu sudah bergerak segini, trus sampai sabtu kemarin itu malah sekitar hampir jam delapan, cuaca cerah terus meletus. Tanah itu cepat sekali longsornya sekitar 4 detik, menggulung gitu mas,” ujarnya pada Panjimas.com, Sabtu (8/4/2017).
Sujarno mengenang bahwa kerabatnya yang bertugas sebagai kaur di kelurahan Banaran, Mukhlas juga ikut menjadi korban.
Sedang tetangga lainnya yakni Tolu, Mitun, Pujianto, Siyamdan Suyono yang asik memanen tanaman jahe juga ikut menjadi korban.
“Pakde Mukhlas itu kan petugas dari desa mau ngambil gambar. Kan tiap hari perkembangan ini kan harus dilaporkan, tahu-tahu pak Jokoboyo (petugas Lurah bagian keamanan) bisa lepas, pakde saya itu gak lepas. Sama beberapa orang yang panen jahe itu,” keluhnya.
“Nggak nyangka kalau sampai separah ini. Warga nggak ada yang menyangka mas,” imbuhnya lirih.
Sementara itu, Katenijuga membenarkan bahwa kejadian longsor tersebut sangat aneh. Dia menceritakan bila daerah puncak seperti di desa Ngebel dan Talun yang lebih dulu terjadi retakan, namun sampai hari ini tidak terjadi longsor.
“Coba didaerah sana itu warga kalau hujan mesti langsung mengungsi. Dengan kejadian ini semakin takut, Ngebel, Talun, itu kan dari puncak yang satu jalur. Dan justru sana itu sudah ada retakan, duluan sana. Ini rawan titik paling parah sini Banaran, Begiring, sama Talun,” katanya. (SY)