DAIRI, SUMUT (Panjimas.com) – ‘’Ise kin si ngatakenca banci penangkih lau e?’’ Omong kosong yang mau menaikkan air!
Demikian sinisme sejumlah tokoh warga saat Azzam Pinem mengutarakan rencana LAZIS Dewan Dakwah menaikkan air dari Sungai Lae Renun ke Desa Rambah Serit, Kec Tigalingga, Kab Dairi, Sumatera Utara.
Azzam, mantan teknisi air pada Pemda DKI Jakarta, kalem saja menanggapinya. Ia maklum, warga setempat bertahun-tahun hidup susah air sehingga apatis. Buat mereka, mustahil menaklukkan kontur alam untuk mendapatkan air secara lebih mudah.
Sungai Lae Renun yang mengular melewati Kecamatan Tigalingga dan Tanah Pinem, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara, memiliki tebing yang dalam dan curam. Sungai yang menjadi wahana wisata arung jeram ini berhulu di gunung dan bermuara ke Danau Toba.
Di tepian sungai inilah, warga Desa Rambah Serit, sehari-hari mandi, mencuci, dan buang air, dan mengambil air bersih untuk keperluan dapur.
Lantaran sudah menjalani bertahun-tahun, warga tak lagi jeri naik-turun sungai melalui jalan setapak di tebing yang curam dan dalam. Tiap hari mereka harus berjalan sejauh 3 km pulang-pergi demi memenuhi hajat akan air bersih ini.
Dan karena sudah terbiasa pula, kaum lelaki dan wanita tak lagi risih mandi berdekatan di pancuran-pancuran air yang mengalir dari mata air di tebing sungai.
Tak adanya air wudhu pula yang turut membuat Masjid Al Mukarramah Rambah Serit kurang makmur. Padahal, masjid ini terletak di tengah dusun berpenduduk 80 keluarga (320 jiwa) yang hampir semuanya beragama Islam (99%).
‘’Selama ini air wudhu di Masjid Al Mukarramah berasal dari tandon air hujan saja. Jika musim kemarau, tandon kering sehingga warga semakin malas ke masjid,’’ tutur Dai Dewan Dakwah di Dairi, Surya Dharma Pelawi, yang didampingi dai senior Tanah Karo, Ustadz Mohd Ilyas Tarigan, Jumat, 3 Februari lalu.
Kedua tokoh dakwah inilah yang menyampaikan kepada LAZIS Dewan Dakwah perihal kondisi tempat ibadah di desa-desa di Tigalingga yang kesulitan air karena faktor alam yang sama.
‘’Kita memerlukan pipanisasi air dari mata air ke penampungan di masjid. Sehingga, masjid menjadi sentra sumber air bagi warga untuk wudhu dan kebutuhan sehari-hari. Dengan demikian, masjid menjadi lebih makmur,’’ tutur Ilyas Tarigan yang juga Koordinator Lembaga Dakwah Raudhatul Hasanah Medan.
Alhamdulillah, aspirasi tersebut direspon baik oleh para donatur. LAZIS Dewan Dakwah dengan mitra lokal, segera mewujudkan impian warga Rambah Serit. Direkrutlah Azzam Pinem sebagai koordinator pelaksana.
Tapi itulah, awalnya warga pesimis. Tak kurang pula Ustadz Surya yang mulanya sinis. ‘’Alaaah, buat apa bikin proposal lagi. Kami sudah capek bertahun-tahun dibohongi pejabat, calon bupati, anggota dewan, LSM dan lain-lain yang menjanjikan air,’’ tuturnya.
Dengan pendekatan persuasif, Azzam berhasil menggerakkan tokoh warga untuk memulai wujudkan impian.
‘’Pekerjaan ini sebenarnya selesai dalam waktu dua minggu. Tapi, kami harus mengalah pada jadwal warga yang menunggui kebun durian mereka jelang panen,’’ ungkap Azzam sambil tersenyum.
Alhamdulillah, sekitar tiga bulan kemudian, pipanisasi air sepanjang 700 meter dengan kemiringan 40 derajat dari lereng Sungai Lae Renun ke Masjid Al Mukarramah, sukses.
Ratusan warga meresmikannya bersama Ustadz Surya dan LAZIS Dewan Dakwah pada Jumat, 3 Februari lalu.
Untuk memenuhi panggilan infak pipanisasi air di masjid-masjid pedalaman lainnya, silakan menghubungi 021-31901233 atau SMS 0858-8282-4343; Rekening Bank Muamalat Indonesia (BMI) 301-007-1846 atau Bank Syariah Mandiri 700 132 7733 atas nama LAZIS Dewan Dakwah.
‘’Siapa membangun masjid karena Allah, walau selubang sarang burung atau bahkan yang lebih kecil lagi, maka Allah bangunkan baginya (rumah) semacam itu di surga” (HR Ibnu Majah no 738). [Nurbowo]