DOHA (Panjimas.com) – Persatuan Internasional Cendekiawan Muslim (IUMS) mengecam keras rencana pemindahan Kedutaan AS di Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem, seperti dilansir MEMO.
“[Langkah tersebut] akan menjadi pelanggaran keras Resolusi PBB,” kata Badan Cendekiawan Muslim Dunia yang berbasis di Doha, Qatar itu dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada hari Sabtu (21/01).
Presiden AS Donald. J Trump selama masa kampanye telah berjanji untuk memindahkan Kedutaan AS dari Tel Aviv ke Yerusalem meskipun kebijakan semacam itu enggan diterapkan oleh pemerintahan Obama di masa lalu – Namun sikap politik Partai Republik dan Demokrat terkait Israel tak jauh berbeda.
Sementara itu, Israel mengklaim Al-Quds (Yerusalem) sebagai “ibu kota abadi” mereka setelah mereka menyerbu wilayah Yerusalem Timur pada masa perang Arab-Israel tahun 1967, akan tetapi masyarakat internasional tidak pernah mengakui klaim sepihak Israel itu, dan Kedutaan negara-negara asing saat ini tetap berada di Tel Aviv.
Awal bulan ini, para Senator Partai Republik memperkenalkan rancangan undang-undang untuk pemindahan Kedutaan AS dan mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel.
“Intelektual, Ulama dan Pemimpin Muslim tidak akan menerima relokasi Kedutaan besar AS ke Yerusalem,” tegas IUMS.
IUMS memperingatkan bahwa relokasi Kedutaan akan menjadi bahan bakar semangat konflik dan penghasutan, energi akan beralih ke tangan ekstremis dan menghasut kebencian terhadap pihak-pihak yang menyerang hak-hak rakyat Palestina”.
“Pembagian dan fragmentasi yang telah mempengaruhi dunia Islam, mendorong mereka [ektrimis] menunggu dalam penyergapan untuk mendapatkan keuntungan lebih, dengan mengambil keuntungan dari kesempatan momen semacam ini,” papar IUMS dalam pernyataan,
IUMS, organisasi yang dipimpin Syaikh Yusud Qardhawi ini, juga menyerukan umat Islam dan organisasi-organisasi internasional untuk terus menyuarakan dukungannya untuk melindungi hak-hak rakyat Palestina.
Trump telah menuduh pemerintahan mantan Presiden Barack Obama tidak cukup ramah dan bersahabat dengan Israel.
Obama bersikap kritis atas pembangunan pemukiman ilegal Israel di wilayah Tepi Barat dan Yerusalem Timur.
Setelah lengsernya Obama, spekulasi muncul tentang bagaimana sikap Presiden Trump akan berdampak pada hubungan antara AS dan Israel.
2 minggu sebelumnya, Trump menunjuk menantunya seorang Yahudi, Jared Kushner, sebagai penasihat senior Presiden AS, setelah sebelumnya mendaulat Kushner sebagai Utusan Khusus AS di Timur Tengah karena jejaring kuatnya ke Israel.[IZ]