Systematic Delegitimation
Oleh Ali Alatas, SH
(Ketua Umum Front Mahasiswa Islam)
PANJIMAS.COM – Kesuksesan Aksi Bela Islam atau ABI 1, 2 dan 3 merupakan rahmat dan anugerah Allah SWT. Tidak ada kekuatan yang mampu menyatukan jutaan umat Islam dalam satu barisan, tanpa melihat suku ras dan madzhab, kecuali merupakan kehendak dan atas izin Allah SWT. Gerakan ABI yang berfokus dalam membela Al Qur’an dari penistaan yang dilakukan Ahok, benar-benar merupakan panggilan iman yang tidak bisa dibendung walaupun dihalang-halangi bahkan diblokade dengan berbagai ancaman mulai dari ancaman pencabutan izin trayek sampai ancaman penghilangan nyawa.
Dalam proses ABI tersebut bisa sampai sukses, tidak terlepas pula dari usaha dari tokoh-tokoh yang tergabung dalam Gerakan Nasional Pengawal Fatwa atau GNPF MUI. Tokoh-tokoh tersebut antara lain Al Habib Muhammad Rizieq Shihab, Imam Besar FPI sebagai Ketua Pembina GNPF MUI yang juga merupakan tokoh sentral gerakan, KH Bachtiar Nasir sebagai ketua GNPF MUI, KH Zaitun Rasmin dan Syekh Misbahul Anam selaku wakil ketua, KH Muhammad Al Khattat selaku Sekretaris, H Lutfie Hakim, SH sebagai bendahara dan tidak lupa H Munarman, SH sebagai Panglima Aksi.
Usaha mereka tentunya banyak menuai banyak pujian dari publik, tapi ternyata masih ada saja yang mencemooh mereka, diserang karakternya dengan tuduhan-tuduhan yang aneh. Mungkin biasa saja kalau seorang tokoh itu ada yang memuji ada juga yang mencela, biasanya kita akan sebut terhinggap “Nyinyirisme”, namun yang membuat akhirnya penulis memutuskan untuk menulis tentang masalah ini adalah karena penulis melihat ada semacam pattern atau pola dalam melakukan serangan atau bahkan upaya pembunuhan karakter secara sistematis yang ditujukan pada tokoh-tokoh GNPF MUI. Upaya ini dilakukan disaat ketika tokoh-tokoh tersebut sedang menuai pujian maka dilakukanlah delegitimasi agar simpati masyarakat terhadap GNPF MUI mengecil atau setidak-tidaknya tidak bertambah.
Kalau membaca buku berjudul Civil Democratic Islam: Partners, Resources, And Strategy yang ditulis oleh Cheryl Bernard yang merupakan peneliti dari Rand Corporation, suatu lembaga think-tank dan konsultan militer Amerika Serikat, pada halaman 63-64 akan ditemukan pola sistematis delegitimasi terhadap kelompok-kelompok yang mereka tuduh sebagai fundamentalis. Sebelum beranjak lebih jauh ada baiknya kita pahami terlebih dahulu apa dan siapa yang dimaksudkan sebagai fundamentalis oleh Bernard. Fundamentalisme menurut Bernard tergambarkan dalam perkataannya “…but fundamentalism as a whole is incompatible with the values of civil society and the Western vision of civilization, political order, and society.” (Cheryl Bernard, Civil Democratic Islam, hlm. 4).
Pada intinya fundamentalis atau orang yang terhinggapi fundamentalisme dicirikan oleh Bernard adalah mereka yang menolak nilai peradaban, kebudayaan, sistem politik dan sistem sosial yang berasal dari Barat, karena bertentangan dengan dasar (fundament/fondasi) utama tata nilai dalam Islam yaitu Al Qur’an dan Sunnah. Dari sini jelas, bahwa bila ada seseorang atau kelompok melakukan gerakan perjuangan menegakan Syari’at Islam, niscaya orang tersebut mendapat label sebagai fundamentalis walaupun perjuangan tersebut dilakukan dengan cara yang paling konstitusional sekalipun.
Bernard menyarankan untuk melawan kelompok fundamentalis perlu dilakukan serangan terhadap individu atau karakter dari tokoh-tokohnya, secara jelas Bernard mengusulkan “Delegitimize individuals and positions associated with extremist Islam.” upaya ini dilakukan agar meminimalisir dukungan publik terhadap tokoh-tokoh (yang dituduh) fundamentalis tersebut. Inilah yang sekarang dilanda tokoh-tokoh dari GNPF MUI, Pribadi mereka diserang, karakter mereka difitnah dengan berbagai fitnah di media sosial oleh para Buzzer musuh Islam.
Lebih lanjut Bernard juga mengatakan harus dilakukan “challenging and exposing the inaccuracies in their views on questions of Islamic interpretation” seperti contoh apa yang terjadi sekarang ini ketika Habib Rizieq menjelaskan keharaman mengangkat pemimpin kafir dengan dalil antara lain Al Maidah 51, yang mana kata awliya jamak dari wali ditafsirkan sebagai pemimpin, musuh Islam mengadu (challenging) tafsiran tersebut dengan berbagai tafsiran, dimunculkanlah tokoh-tokoh yang sependapat dengan maunya musuh Islam, sehingga seolah-olah Habib Rizieq salah menafsirkan dan mengangkat pemimpin kafir adalah halal.
Selanjutnya terdapat pula saran Bernard yang mengatakan lakukan “exposing their relationships with illegal groups and activities.” Kalau kita masih ingat sempat santer kabar bahwa Front Pembela Islam khususnya Habib Rizieq mendukung ISIS, begitu juga H Munarman disebut telah berbaiat kepada ISIS. Bahkan akhir-akhir ini sedang ramai diisukan Ustadz Bachtiar Nasir memberikan bantuan kepada kelompok “teroris” di Syiria. Ini semua memperlihatkan adanya usaha untuk mengaitkan mereka dengan kelompok yang sudah kadung dicap teroris, tujuannya apa? tidak lain supaya bisa diberikan label “teroris” agar dijauhi masyarakat.
Terdapat pula saran yang berbunyi “encouraging journalists to investigate issues of corruption, hypocrisy, and immorality in fundamentalist and terrorist circles.” ini yang paling konyol, media didorong untuk mencari-cari kesalahan dan kelemahan para tokoh yang dituduh fundamentalis seperti korupsinya, kemunafikannya dan tindakan-tindakan tidak bermoral lainnya. salah satu contohnya ketika kita sedang fokus persiapan aksi 411 untuk tangkap ahok, justru yang diramaikan beberapa media adalah soal mobil Habib Rizieq yang tidak ada sangkut pautnya denga perkara yang sedang diributkan.
Ada pula foto beredar H Munarman sedang memberikan uang dari amplop, yang sesungguhnya untuk mereka dari luar kota yang tertinggal dari rombongan dan bingung mau kemana, tapi dituduh sedang bagi-bagi duit untuk ongkos peserta aksi demo bayaran. Yang lebih jahat lagi kalau seandainya tidak ada celah untuk mengopinikan perbuatan tercela, maka dibuatlah sendiri oleh mereka musuh Islam. Ini terbukti dari tayangan acara TV One yang berjudul Benang Merah dengan tema “Siasat Penyebar Info Sesat” pada tanggal 24 November 2016, bagaimana ada orang yang dibayar supaya aksi 411 dapat diopinikan dengan opini “Demo Bayaran”. Tidak sampai disitu, dimunculkan gambar Habib Rizieq dengan istri dan 5 putrinya, tapi diberikan fitnah keji bahwa Habib Rizieq bersama 6 orang istrinya.
Ini semuanya dilakukan agar agar terbangun opini yang mebuat publik melihat para tokoh GNPF MUI adalah orang-orang dengan pribadi yang tercela, sebagaimana saran Bernard diatas. sebenarnya masih ada beberapa saran dari Cheryl Bernard namun setidaknya beberapa contoh diatas sudah dapaty memperlihatkan adanya usaha yang sistematis dari musuh Islam untuk melakukan delegitimasi terhadap tokoh GNPF MUI, menyerang sebisa mungkin kredibiltas mereka, walaupun harus dengan memfitnah dengan berbagai berita hoax, karena itu tulisan ini diberikan judul Systematic Delegitimation.
Sebagai penutup ada saran Cheryl Bernard yang berbunyi “…casting them as disturbed andcowardly rather than evil heroes” ini bersesuaian dengan apa yang sedang dilakukan oleh Ahok dengan menyebut mereka yang menjadikan Al Maidah 51 sebagai dalil keharaman mengangkat pemimpin kafir adalah pengecut (coward), apakah Ahok sedang menggunakan saran Cheryl Bernard? jawabnya Wallahu a’lam bishawab. [AW/FPI]