(Panjimas.com) – Seluruh dunia gaduh dengan berita terpilihnya Trump sebagai presiden Amerika Serikat (AS) ke-45.Terpilihnya Trump menjadi pukulan keras terhadap pasar finansial di Eropa, Asia dan Amerika. Angela Merkel, kanselir Jerman mengungkapkan kewaspadaannya atas terpilihnya Trump.Ia mensyaratkan agar Trump menghormati doktrin-doktrin dan nilai-nilai demokrasi bagi kelangsungan kerjasama dengan Jerman. Presiden Prancis mewaspadai pernyataan-pernyataan Trump yang menyalahi nilai-nilai bersama.Ia menyeru para menteri luar negeri Eropa untuk menggelar pertemuan guna membahas dampak-dampak terpilihnya Trump.
Menteri Keuangan Indonesia, Sri Mulyani Indrawati pada jumpa pers di Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis, 10 November 2016 mengatakan akan terus memantau kondisi pasar global setelah Donald Trump terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat. Menurut Sri Mulyani ada beberapa hal yang perlu diperhatikan: Pertama, Amerika merupakan pasar terbesar ekonomi dunia. Kebijakan yang diambil akan mempengaruhi hubungan negara dari sisi perdagangan dan investasi. Kedua, Kebijakan lain yang perlu diperhatikan ialah terkait dengan isu perubahan iklim. Selama masa kampanye, Trump tidak menyertakan isu lingkungan dalam visi-misinya.Di bawah kepemimpinannya, Amerika bisa saja menghentikan rencana membiayai program perubahan iklim.(Tempo.com)
Sementara itu, Donald Trump mengklaim posisinya sebagai presiden AS ke-45 sebuah kemenangan yang menakjubkan bagi pengusaha selebriti dan politisi pemula yang mengkapitalisasi kegelisahan pemilih mengenai ekonomi, memanfaatkan ketegangan rasial dan menghindari serangkaian tuduhan serangan seksual dalam perjalanannya menuju Gedung Putih. Kandidat republic ini mendobrak dinding demokrat yang telah berdiri sejak lama, meraih suara di Pennsylvania dan Wisconsin yang merupakan negara-negara bagian yang tidak memilih kandidat presiden Partai Republik sejak 1980-an. Ia memerlukan kemenangan di hampir semua negara yang diperebutkan dan ia melakukannya, mengklaim suara mayoritas di Florida, Ohio, North Carolina dan yang lainnya. ( voaindonesia.com).
Trump dan pengaruhnya ke dunia Islam
Adapun bila dicermati apa arti terpilihnya Trump untuk kaum Muslim? Sesungguhnya tidak akan ada sesuatu yang baru dalam tungku permusuhan gembong kekafiran, Amerika, terhadap Islam dan kaum Muslim. Ketika Obama yang demokrat terpilih menjadi presiden AS tahun 2008, berbagai harapan semu dilambungkan dunia Islam hanya karena ayahnya seorang muslim dan masa kecilnya di Indonesia yang mayoritas muslim.
Obama, berusaha memperdaya kaum Muslim dengan pidatonya yang bombastik di Ankara dan Kairo (2009) dan Jakarta (2010).Namun semua harapan musnah, karena Obama dengan jelas dan tegas mendukung aksi teror Israel di Palestina dan membangun koalisi politik dengan negara–negara barat untuk mencengkram kekuasaannya di dunia Islam. Obama juga mendukung mutlak kepada diktator Assad di Damaskus dalam upaya membungkam revolusi Syam. Meski dia telah mengkritik George Bush yang menggunakan drone, ketika Obama ada di barisan oposisi (kampanye pilpres), namun setelah dia menjadi penguasa, dia menaikkan tensi serangan pesawat drone ini menyebarkan ketakutan, pembunuhan dan penghancuran di berbagai penjuru negeri kaum Musim, mulai dari Afganistan dan Pakistan ke Irak, Yaman, Somalia, Suriah …
Atau pendahulunya yang republikan, George Bush Jr. Apakah juga merupakan teman untuk kaum Muslim? Ternyata tidak. George Bush telah mendeklarasikan perang salib terhadap kaum Muslim ketika melancarkan serangannya terhadap umat Islam di Afganistan. Perangnya di Irak telah menyingkap tekadnya untuk menghancurkan Irak.
Dalam kebijakan politik, dibawah kepemimpinan Trump, pemerintah AS juga tidak akan keluar dari khittah politik luar negeri. Mereka akan tetap menjaga dominasinya atas berbagai wilayah didunia ini untuk kepentingan politik dan ekonomi AS. Jadi Trump tidak akan berbeda dengan presiden sebelumnya. Pemerintah AS selalu berupaya melebarkan sayap mereka ke Negara-negara lain. Negara AS selalumencari cara untuk mempertahankan dominasi di dunia dan terus melanjutkan agenda eksploitasi kaptalisnya.
Cacatnya demokrasi di negara pengusungnya
Donald Trump dalam kampanye pilpres AS selalu mengusung slogan Make America Great Again (Buat Amerika menjadi Hebat Lagi). Slogan ini dirasakan oleh rakyat Amerika mempunyai tujuan yang lebih kuat dan jelas dibandingkan Hillary yang mengusung slogan Stronger Together (Kuat Bersama). Bila dilihat dari kaca mata politik di Amerika ini adalah hal yang wajar, karena partai Demokrat sudah delapan tahun berkuasa, namun kondisi ekonomi dan social AS tetap tidak menentu dan kini masyarakat Amerika menginginkan perubahan. Dalam pidato kemenangannya Trump mengajak seluruh potensi rakyat Amerika untuk mewujudkan “American Dream”. Trump berkata,”Saya melihat jutaan pria dan wanita dari berbagai latar belakang yang memiliki potensi luar biasa untuk menjadikan Amerika tidak tersaingi,” bahkan ia berjanji membangun ekonomi AS, mewujudkan pembangunan jalan, jembatan, sekolah dan infrastruktur lainnya. Janji – janji Trump segera disambut riuh oleh pendukunnya.
Hal yang berbeda justru terjadi di jalanan AS. Timbul berbagai demonstrasi anti-Trump besar–besaran di sejumlah kota besar di AS. Seperti di New York, Atlanta, San Diego, Miami, San Fransisco, Philadelphia, dan Portland. Sebagian demonstrasi berlangsung damai, tapi di beberapa tempat terjadi aksi serang antara pendemo dengan polisi. Secara umum para pendemo memang menyuarakan ketidaksukaan mereka dengan hasil pilpres yang memenangkan Trump. Ini merupakan pemandangan yang tidak biasa, karena dalam sejarah politik demokrasi AS selama 200 tahun terakhir tidak pernah ada gejolak penolakan dari rakyat AS pasca terpilihnya presiden baru. Demonstrasi tersebut bisa menjadi catatan tersendiri yang menunjukkan cacat di dalam sistem demokrasi AS. Karena selama ini AS menjadi rujukan dunia internasional dalam hal berdemokrasi dan AS aktif mengajari dunia internasional untuk kehidupan demokratis.
Seperti dilansir CNN 13/11/2016 ada beberapa tuntutan kunci yang disampaikan para demonstran, salah satunya adalah dump Trump (singkirkan Trump), menunjukkan gambaran kemarahan massa terhadap presiden terpilih. Ada juga yang menandatangani petisi online dan menuliskan surat kepada electoral college meminta mereka untuk tidak memberikan suara kepada Trump. Hal ini belum pernah terjadi di Amerika dan akan memerlukan perubahan mendadak serta perubahan drastisdalam tradisi politik Paman Sam. Meski pemungutan suara 8 november lalu sudah bisa diketahui hasilnya, namun itu belumlah menjadi hasil resmi. Electoral collegebaru akan mengumumkan hasil resmi pada Desember mendatang.
Pihak electoral college sendiri menjadi salah satu focus pengunjuk rasa mengingat fakta bahwa Hillary memenangkan popular vote namun gagal mendapatkan electoral vote yang cukup untuk melenggang ke Gedung Putih. Dalam Pilpres AS presiden tidak dipilih secara langsung oleh rakyat melainkan lembaga bernama electoral college yang terdapat di setiap Negara bagian AS. Jumlah anggota electoral college berbeda-beda tergantung pada populasi Negara bagian tersebut. Suara electoral college atau disebut electoral vote inilah yang menjadi penentu kemenagan capres. Hasil penghitungan Electoral Votes menunjukkan Donald Trump meraih 290 suara sementara lawannya, Hillary Clinton hanya mengantongi 228 suara. Untuk bisa memenangi pilpres, capres AS harus mendapat 270 electoral votes. (liputan6.com).
Sangatlah “aneh” dalam negara Amerika,yang menganut paham demokrasi bahwa suara rakyat suara Tuhan, namun rakyat tidak menerima hasil pemilihan yang demokratis. Itu menunjukkan adanya protes terhadap “suara Tuhan” dan ini menjadi catatan tersendiri akan adanya cacat dari demokrasi Amerika yang terkenal sebagai Negara kampiun demokrasi. Negara yang selama ini aktif mengajari dunia internasional untuk kehidupan yang demokratis. Demokrasi diyakini sebagai momentum bagi partisipasi rakyat untuk memilih pemimpin terbaik.
Demokrasi versi AS yang selalu digembar-gemborkan adalah bentuk pemerintahan yang kedaulatannya terletak di tangan rakyat. Presiden AS Abraham Lincoln (1860 – 1865) mengatakan demokrasi adalah ,”from the people, by the people, and for the people” (dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat). Namun, hanya sebelas tahun kemudian, setelah Lincoln meninggal, presiden AS berikutnya Rutherford B. Hayes, pada tahun 1876 mengatakan bahwa kondisi demokrasi telah berubah menjadi ,”from company, by company, and for company (dari perusahaan, oleh perusahaan, dan untuk perusahaan).
Inilah demokrasi yang kemudian terus berkembang hingga masa sekarang. Kedaulatan dalam demokrasi sebenarnya hanya berada di tangan segelintir rakyat (pemilik modal yang memiliki uang). Dengan kekuasaan uang itulah para pemilik modal menempatkan para wakil rakyat di parlemen yang kemudian mengeluarkan berbagai kebijakan politik yang menguntungkan pemilik modal.Thomas Jefferson, pendiri Negara Amerika Serikat sejak awal telah menyangsikan demokrasi berpihak kepada rakyat. Ia malah menyebut demokrasi sebagai mob rule (aturan mafia). “a democracy is nothing more than mob rule, where fifty-one percent of the people may take away the rights of the other forty-nine”.
Terbukti, bahwa demokrasi hanyalah ilusi,sekalipun di negara kampium demokrasi. Maka sungguh aneh jika muslim yang dikaruniai wahyu oleh Allah SWT dan dibekali petunjuk oleh Rasulullah saw untuk mengatur jalan pemerintahan, meniru mentah-mentah konsep demokrasi bathil ini. System yang hanya melahirkan kericuhan dan timbunan problem atas dunia.
Khilafah Sistem Terbaik dari Yang Maha Baik
Kekuasaan dalam nnegara Khilafah berbeda dengan kekuasaan dalam system lain, khilafah tidak mengenal pembagian kekuasaan (sparating of power) sebagaimana yang dikenalkan oleh Montesque dalam system Negara Demokrasi. Meski demikian kekuasaan dalam system Khilafah tetap di tangan rakyat. Khalifah yang berkuasa juga tidak akan bisa berkuasa, jika tidak mendapatkan mandat dari rakyat.
Hanya saja meski Khalifah memerintah karena mandat dari rakyat, yang diperoleh melalui baiat in’iqad yang diberikan kepadanya, namun rakyat bukan majikan Khalifah ataupun sebaliknya. Sebab, akad antara rakyat dengan Khalifah bukanlah akad ijarah, melainkan akad untuk memerintah rakyat dengan hukum Allah SWT. Karena kedaulatan di tangan Syara’ , artinya aturan yang berhak mengatur manusia adalah aturan dari Al Khaliq. Oleh karena itu, selama Khalifah tidak melakukan penyimpangan terhadap hukum syara’ maka dia tidak boleh diberhentikan. Kalaupun melakukan penyimpangan, yang berhak memberhentikan adalah mahkamah madzalim.
Dalam system pemerintahan Islam (Khilafah), ada Majelis Umat yang merupakan representatif perwakilan dari rakyat dalam konteks syura (memberi masukan) bagi anggota yang muslim dan syakwa (complain) bagi anggota yang non muslim. Majelis Umat tidak mempunyai hak untuk memberhentikan khalifah, juga tidak mempunyai hak legislasi seperti dalam system Demokrasi. karena kekuasaan dalam Islam sepenuhnya di tangan Khalifah.
Pemilihan khalifah dalam khilafah diawali dengan penyeleksian nama-nama calon Khalifah oleh Mahkamah Madzalim, layak jika memenuhi 7 syaratyaitu laki-laki, muslim, baligh, berakal, adil, merdeka dan mampu.hasil seleksi diserahkan ke majelis umat. Kamudian majelis Umat menentukan dari sejumlah nama tersebut untuk ditetapkan sebagai calon khalifah, dibatasi berjumlah enam kemudian digodok lagi hingga menjadi dua orang. Karena pengangkatan khalifah adalah fardhu kifayah, sehingga tidak mestidipilih langsung oleh rakyat. Jika kemudian ditetapkan bahwa majelis umat yang akan memilih dan mengangkat khalifah, maka kifayah ini terpenuhi.jika kifayah ini dianggap terpenuhi, maka Khalifah bisa dibaiat dengan bai’at in’iqad. Setelah itu baru seluruh rakyat wajib membaiatnya dengan bai’at tha’ah.
Khatimah
﴿وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا فِي كُلِّ قَرْيَةٍ أَكَابِرَ مُجْرِمِيْهَا لِيَمْكُرُواْ فِيْهَا وَمَا يَمْكُرُوْنَ إِلاَّ بِأَنفُسِهِمْ وَمَا يَشْعُرُوْنَ﴾
“Dan demikianlah Kami adakan pada tiap-tiap negeri penjahat-penjahat yang terbesar agar mereka melakukan tipu daya dalam negeri itu.Dan mereka tidak memperdayakan melainkan dirinya sendiri, sedang mereka tidak menyadarinya.”(TQS al-An’am [6]: 123)
Trump yang Kontroversial bisa membawa kepada kehancuran AS sendiri. Sikapnya yang anti muslim dan menebar kebencian terhadap muslim, menurut Dr.Zakir Naik akan membawa kepada kebangkitan Islam. Semakin Islam dimusuhi, semakin banyak orang yang ingin tahu tentang Islam. Buktinya, setelah 911 di AS dalam 9 bulan saja 34 ribu orang masuk Islam. Kemenangan Trump juga akan membawa kehancuran bagi negara kampiun demokrasi ini, karena rakyat AS sendiri sudah menolak system ini. Demo wallstreet sudah membuktikan rakyat AS muak dengan demokrasi yang berpihak kepada segelintir pengusaha.
Tinggal menunggu waktu, demokrasi yang diusung AS akan segera berakhir. Kebatilan pasti lenyap.Dan hari-hari itu dipergilirkan diantara manusia. Selama kaum Muslim berpegang teguh dengan keimanan mereka kepada Rabb mereka dan mengedepankan ridha Allah atas dunia yang fana, mereka menolong Allah dengan berjuang untuk menerapkan syariah-Nya, maka niscaya mereka mampu membebaskan umat manusia dari bencana Amerika dan mengeluarkan umat manusia dari kegelapan kekufuran ke cahaya Islam, dari kezaliman peradaban kepitalisme menuju keadilan Islam, dan dari kesempitan dunia menuju keluasan dunia dan akhirat. Dan ini adalah janji Allah dan janji-Nya adalah benar.Dan mudah-mudahan hal itu terealisir dalam waktu dekat.
﴿وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُم فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّن بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْناً يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئاً﴾
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku.”(QS an-Nur [24]: 55). [RN]
Penulis, Ari Susanti, S.TP
Pendiri Sekolah Alam Mutiara Umat Tulungagung