(Panjimas.com) – “In syaa Allaah saya mengurus mama saja di rumah… Ini juga jihad, berbakti sama mama”, saya menjawab pertanyaan mama sore ini 1/12/2016 tentang apakah besok berangkat untuk aksi super damai 212, setelah beliau melihat bagaimana saya dan tim dakwah terjun pada aksi damai bela Islam 411.
Mama tahu, selalu jadi yang paling tahu, bagaimana saya menjalani hari-hari dalam hidup saya 3 tahun terakhir setelah Allaah izinkan berhijrah, mama selalu ada untuk mendoakan dan mendorong hijrah saya.
Beliau selalu menyemangati dan menguatkan hari-hari saya yang di uji Allaah dengan agenda dakwah maraton, dalam dan luar negeri. “Jaga kesehatan. Tunaikan amanah. Hati-hati dengan riya, dan awas neng, dakwah jangan jadi komersil”, pesannya pada saya.
Mama juga terus mengingatkan agar pantang mundur dalam usaha semampu daya menjadikan Islam sebagai the only nilai-nilai kehidupan yang saya anut. “Jangan ngaku Islam kalau ngga nurut sama Allaah cari yang halal dan menolak yang haram, yang lalu biar lewat, perbaiki ke depan, mumpung masih di kasih umur sama Allaah”, kata mama tiap waktu.
Mama yang senantiasa turut mengantar dan menjemput ke bandara dalam setiap safar saya keluar negeri, dengan misi ibadah (seperti mendampingi jamaah umroh), dakwah, sosial, kemanusiaan, yang Allaah izinkan ke belasan negara berbagai benua dalam tahun singkat hijrah saya, dan mama tak pernah absen satu kali-pun urusan bandara. Padahal ada beberapa negara yang saya sering mondar mandir kesana… “Ini mama bawakan bekal barangkali kamu tiba-tiba lapar atau haus”. Selalu beliau menyiapkan penganan dan minuman, dengan tangannya yang mulai keriput jelang usia kepala 7, dan dimasukan ke tas jinjing yang setia dalam peluknya, tiap-tiap antar jemput saya ke bandara. “Kalau masih kuat, pinginnya mama antar jemput juga sehari-hari perjalanan kamu di dalam negeri”. Beliau sadar keterbatasan kekuatannya dalam usia yang makin senja.
Dan bila saya boleh bersaksi…mama tak lepas menunaikan ibadah-ibadahnya pada Allaah. Salat wajib dan sunnah yang terjaga, dzikir, salawat, doa, shaum, sedekah, dan yang sehari-hari jadi rutinitas dalam puluhan tahun saya menjadi anaknya, adalah baca al Qur’an.
Mama.Ya, mama.
Kemudian.. kami sedang menerima hadiah-hadiah dari Allaah, satu bulan terakhir ini.
Nenek baru saja wafat. Satu-satunya yang tersisa dari seluruh jajaran sesepuh jalur kiri dan kanan dari ayah dan mama. The last one. Dan nenek wafat setelah menerima ketentuan Allaah merasakan “dahsyat-nya” penyakit kanker. Ini membuat ayah , mama , kami , juga anak-menantu-cucu lainnya bersama merawat, mengurus, menemani, menjenguk, mendoakan, dan runutan proses panjang lainnya, yang secara jujur harus saya katakan, menguras pikiran, perasaan, dan energi. Alhamdulillah. Kami bersyukur, atas izin Allaah, satu keluarga besar anak beranak berkesempatan menunaikan pendampingan pada nenek sampai wafatnya. Utamanya para orang tua kami. Termasuk ayah dan mama yang bergantian mengurus nenek, dengan oom dan tante.
Selepas kewafatan nenek, ayah dan mama memasuki fase “lelah”. Bukan mereka yang mengatakan, tapi tubuh mereka. Ayah drop. Tekanan darah-nya tinggi, suhu tubuh juga demikian. Flu super berat membuat ayah mesti bed rest. (ketika saya menulis ini, ayah sudah getting better. Alhamdulillah)
Bersamaan dengan itu, mama mengalami hal yang hampir sama, ditambah bonus hadiah dari Allaah yaitu batuk berat, asma yang akut, lalu otot pinggangnya robek, sebab banyak bergerak dan angkat-angkat yang berat, mungkin juga selama merawat nenek. Dua kondisi berlawanan ada pada mama. Batuk dan asma membuat kelelahan karena terus mengguncang-guncang tubuhnya, sementara otot pinggang yang robek membuat mama harus diam, relax, jangan banyak bergerak.
Mama menjadi sangat lemah. Dan tak bisa bergerak. Kesakitan yang beliau alami membuat saya sangat ingin menggantikan mama jadi si sakit. Tapi mana boleh begitu?Allaah memberi ketentuan-Nya pada tiap-tiap kita. Iman membuat kita semua berjuang untuk ridha pada segala ketentuan-Nya pada masing-masing diri. Allaah Zat Maha Baik. Segala dari Allaah adalah kebaikan. Semuanya. Ini kebaikan dari Allaah untuk mama, untuk kami. Ini jalan untuk bersabar. Kalau ditempuh, maka kata al-Qur’an surah Az Zumar ayat 10, balasannya adalah pahala yang disempurnakan tanpa batas. Aamiin.
Mama tak mau bed rest di rumah sakit. Ingin di rumah saya saja. Anak mama hanya dua. Satu perempuan, satu laki-laki. Beliau ingin di tempat anak perempuannya. Alhamdulillah diberi hadiah (lagi) yang luar biasa dari Allaah. Merawat ibu!! Haru menyelinap tiap-tiap tangan ini masih bisa mengurus dan melayani beliau dalam keadaannya yang lemah itu.
Saya mulai berjibaku dengan amanah harian. Jika dalam satu hari mesti penuhi beberapa amanah jadwal, maka di ikhtiarkan jam-jam diatur ulang, agar saya bisa bolak balik ke rumah. Jika malam tiba, saya siapkan diri stand by untuk mama. Jika mesti keluar kota, diusahakan pulang hari alias tidak menginap dan/atau adik aplus sementara jaga mama. Allaah, nikmat-Mu yang mana lagi yang aku dustai…. Rejeki ini luarrr biasa. Masha Allaah. Merawat ibu. Saya merasa terikat pada segala detil urusan perawatan mama.
Maka hari-hari jelang 212, saya banyak memohon ampun kepada Allaah. Sungguh ingin terus turut berjuang bersama saudara-saudara muslim lain demi tegaknya keadilan di negeri ini. Agar penista agama bisa mendapat hukuman sesuai dengan perbuatan. Dan tanggal 2.12.2016 pun telah saya ikhtiarkan tak terisi agenda demi ikut serta perjuangan di lapangan. Namun, tak sanggup hati meninggalkan mama. Membayangkannya pun tidak tega. Apalagi adik laki-laki ingin turut tunaikan salat Jumat di aksi 212. Sudah, saya jaga mama saja. Semoga engkau ridha ya Allaah… Berkaca-kaca mata ini. Teringat pesan Ustadz Bakhtiar Natsir, nasihat beliau untuk yang tidak ke lokasi, agar baca al-Qur’an, doa, salawat… Bismillah, saya akan lakukan pesan ulama sambil berada di sisi mama saya.
Tibalah waktu dialog sore ini terjadi…
Sudah saya jawab pertanyaan mama tadi. Saya merawat mama saja di rumah. Tidak berangkat aksi. Dan jawaban itu membuat mama tercenung.. Diam. Sebelum beliau menarik nafas dan berkata..
“Neng, baca al-Qur’an adalah salah satu amalan yang mama hampir tidak pernah tinggalkannya, semampu mama. Kamu lihat kan, bagaimana dalam masa sakit ini mama minta terus sama kamu membawakan al Qur’an untuk mama baca”
“Ya ma…”, saya memperhatikannya
“Jadi, mama itu, sudah ngga terhitung berapa banyak, selama hidup, baca al Maidah ayat 51”
“Ya ma…”
“Tapi soal Qur’an bukan cuma soal baca, juga soal pengamalan. Ini makna turunnya al- Qur’an. Ujung-ujungnya mesti diamalkan, neng…itu juga yang mama selalu doa dan harapkan dari anak-anak mama”.
“Ya ma…”, sambil mulai mengurusi keperluan mama di kamar.
“Nah, ini waktunya, ini penting, jutaan kaum muslim bergerak untuk menyuarakan tegaknya hukum di negeri ini karena al Qur’an dihinakan. Memperjuangkan tegaknya hukum itu sesuai dengan perintah al -Qur’an. Amanah, jujur, adil. Ini kan penting, neng. Buat apa mama baca al Qur’an sepanjang hidup kalau tidak mengamalkannya. Ini jihad mama! Anak-anak mama mesti ikut membela Islam. Membela agama Allah. Jadi, kita berserah pada Allah. Mama akan baik-baik di rumah. Besok kamu mesti berangkat. Lakukan apa yang kamu bisa lakukan. Sekali lagi, ini jihad mama, mengirim anak-anak mama ikut aksi bela agama Allah”
Mata mulai kabur. Airmata brebes mili… Dan cuma satu kalimat pendek keluar, ” ya ma..besok saya berangkat”
Mulailah 1/12/2016 malam saya berkoordinasi dengan kawan-kawan para pejuang agama Allah yang tengah bersiap. Saya tak ingin merepotkan guru-guru yang sedang maraton memimpin persiapan. Aksi sebelumnya, saya selalu berusaha koordinasi pada para guru. Kali ini, tinggal jam-jam terakhir, maka saya cukupkan mengontak kawan-kawan.
“Mas, maduuu siapkan yuk. Seperti aksi 411. Kita bantu suply energi jamaah dengan madu” saya bicara dengan mitra dakwah yang senantiasa bersama dalam aktivitas sosial. Beliau sampaikan, madu sudah 3 hari maraton disiapkan. Menunggu komando saja. Alhamdulillah!! Beliau Pak Faisal, mitra usaha saya dalam menggiatkan produk dan klinik herbal, Waroeng Sehat, yang beliau juga pengelola yayasan Sahabat Surga.
Saya sampaikan. Jangan lupa 554 botol madu, sesuai angka surah Al Maidah ayat 54, petunjuk al – Qur’an tentang generasi pembela al-Qur’an, sejumlah itu secara khusus kita distribusi pada kafilah Ciamis yang menggelorakan perjuangan dengan long march ke Jakarta. Masha Allaah tengah malam memasuki hari 212, tunai madu tersebut untuk kafilah Ciamis yang sudah tiba di masjid At Tin!! Masha Allaah!
Terus dan terus berkoordinasi, Qodarullah, kawan-kawan DPU Daruut Tauhid yang dalam 4 bulan terakhir sedang berkolaborasi dengan gerakan dakwah dan sosial kemanusiaan yang saya kelola (Urban Syiar Project), mereka menyampaikan, teteh Peggy di tunggu dengan hati dan pintu terbuka untuk kolaborasi di posko DPU Daruut Tauhid 212. Allahu Akbar! Bergabunglah kami. Yayasan Sahabat Surga, Urban Syiar Project, di dalam komando Daruut Tauhid. Bismillah.
Mama, saya pamit berangkat.
Tanggal 212 Pukul 3 dini hari menembus malam dengan Basmalah, tahlil, tahmid, takbir, demi menunaikan pesan mama. Jika ada pahala dari Allaah, ini pahala untuk mama. Ini jihad mama, mengirim anak-anaknya ke medan juang mengikut nasihat para ulama.
kami sudah bersiap mama… 5554 botol madu kami sedekahkan kepada saudara-saudara para kafilah 212. Semoga Allaah sehatkan kami lahir dan batin!!
Pimpin kami, wahai guru-guru yang kami muliakan dan hormati. Jadikan kami pemuda pemudi Islam yang bekerja dengan iman untuk terus mengawal perbaikan bagi bangsa dan negara Indonesia tercinta. Bismillah. Penista agama kan diadili. Hukum tegak se-adil-adilnya.
Sukron para jamaah yang sudah sedekah via kolaborasi Yayasan Sahabat Surga dan Urban Syiar Project!!
212 Super Damai!! In Sya Allah!
Bismillahi Allahu Akbar!!!
Penulis, Peggy Melati Sukma