(Panjimas.com) – Pengalaman Aksi 411, ternyata Istiqlal yang memiliki ruang besar dan parkiran luas sebagai Masjid Negara, tidak muat menampung jutaan Umat Islam dan tidak juga memiliki persediaan air yang cukup, sehingga banyak umat yang tidak bisa berwudhu dan banyak pula yang tidak bisa sujud saat Shalat.
Dan yang paling berbahaya adalah saat usai ibadah Jum’at, ratusan ribu manusia berdesakan keluar masjid melalui tangga dan pintu keluar yang menyempit, dan di luar masjid berhimpitan lagi dengan ratusan ribu manusia lainnya yang berdesakan menuju pintu gerbang, sehingga banyak jama’ah yang jatuh dan terinjak, serta ada yang terluka dan ada juga yang pingsan.
Itulah sebabnya Aksi 212 tidak lagi jadikan Istiqlal sebagai titik kumpul jutaan Umat Islam, karena bisa membahayakan keselamatan nyawa peserta Aksi.
Itu pula sebabnya GNPF MUI memutuskan Bundaran HI sebagai titik kumpul Aksi 212, karena Bundaran HI memiliki sayap jalan ke kanan dan ke kiri yang terbentang sangat luas dari Jembatan Semanggi hingga Patung Kuda. Ruangnya terbuka bebas tanpa Pintu yang menyempit, dan di setiap perempatan jalan semakin luas terbuka, sehingga jutaan Umat Islam terhindar dari desakan dan himpitan yang membahayakan nyawa.
Posisi Sudirman – HI – Thamrin juga jauh dari Lambang Negara, yaitu Istana dan DPR RI, sehingga jauh dari tuduhan provokasi makar.
Pertama, Soal Hukum Shalat Jum’at di jalan protokol ? Soal Hukum Shalat Jum’at di jalan protokol perkotaan atau pedesaan adalah boleh, bukan bid’ah dan tidak haram.
Dalam Mazhab Imam Asy-Syafi’i pendapat yang terkuat adalah boleh sebagaimana dinyatakan oleh Imam An-Nawawi dalam Kitab Al-Majmuu’ Syarhul Muhadzdzab Juz 4 halaman 51.
Dalam Sejarah Islam, pada Tahun 1453 H, Sultan Muhammad Al-Fatih saat masuk ke Kota Konstatinopel, menggelar Shalat Jum’at bersama para Ulama dan Umara serta Rakyatnya dengan panjang Shaff 4 Km terbentang dari Pantai Marmara hingga selat Golden Horn.
Kedua, Soal Provokasi ? Justru jika jutaan Umat Islam gelar sajadah dan duduk di atasnya dengan keadaan memikiki wudhu, lalu Shalat dan Baca Al-Qur’an, serta dzikir dan doa, juga mendengar khutbah dan tausiyah para Habaib dan Ulama sepanjang pagi hingga sore hari, maka akan sulit sekali diprovokasi, bahkan jika ada provokator sangat mudah terdeteksi.
Posisi duduk sambil ibadah sangat sulit diprovokasi oleh siapa pun
Ketiga, Soal Ketertiban Umum ? Ini kembali kepada kebijakan Pemerintah. Tidak sulit untuk jadikan hari Aksi 212 sebagai hari libur dan jalan protokol bisa dikosongkan dari kendaraan sebagaimana Car Free Day, kecuali untuk mobil Ambulan dan Logistik serta keamanan yang akan melayani Peserta Aksi.
Pemerintah sendiri tiap tahun selalu menggelar Peringatan Tahun Baru dengan menutup Jalan Protokol Sudirman Thamrin. Bahkan Pemerintah pernah gelar Festival Budaya dengan membuat 16 panggung musik dan hiburan sepanjang Sudirman – Thamrin.
Keempat, Soal Keamanan ? Justru di ruang terbuka sepanjang Sudirman – Thamrin lebih mudah diawasi dan dimonitor serta dikontrol, baik secara manual mau pun dengan CCTV dan Drone.
Dan tiap Gedung sepanjang jalan Sudirman – Thamrin dijaga dengan ketat tapi tetap bersahabat oleh TNI dan POLRI serta laskar.
Dengan demikian, baik Peserta Aksi mau pun Petugas, juga masyarakat merasa aman, termasuk para pemilik dan pengguna gedung-gedung perhotelan dan perkantoran sepanjang Jalan Protokol.
Kelima, Soal Kesehatan ? Justru sepanjang Sudirman – Thamrin mobil-mobil Ambulan dan Logistik serta Keamanan bisa disediakan jalur khusus, sehingga mobilisasinya dalam membantu Peserta Aksi lebih lancar.
Keenam, Soal Kenyamanan ? Tentu saat Keamanan dan Kesehatan terjamin, maka para peserta Aksi 212 akan lebih nyaman. Apalagi sepanjang Sudriman – Thamrin banyak ruas jalan menuju pemukiman, sehingga warga sekitar bisa membantu para peserta Aksi yang banyak datang dari luar daerah.
Ketujuh, Soal Petugas TNI & POLRI ? Segenap jajaran prajurit TNI dan POLRI bisa berbaur akrab dan bersahabat dengan seluruh Peserta Aksi, sehingga tetap bisa menjaga persatuan dan kesatuan, serta menjaga keamanan dan ketertiban secara bersama-sama.
Semoga semua pihak, baik Ulama mau pun Umara, bisa memahami dan memaklumi kenapa ruang terbuka Sudirman – Thamrin menjadi pilihan tepat bagi lokasi Aksi 212.
Jika Pemerintah punya inisiatif lain, mestinya Pemerintah membuka komunikasi dengan GNPF MUI untuk mencari solusi, bukan melakukan penyesatan opini dan penggembosan di sana-sini, hingga memfitnah makar.
Silakan membuka komunikasi dan duduk bersama diskusi.Jika ada pilihan lebih baik, kenapa tidak. Bagi GNPF MUI yang terpenting solusi apa pun harus mampu menjamin keselamatan jiwa para Peserta Aksi 212.
Ayoo.. Jaga aksi damai 212 agar tenang dan senang, serta aman dan nyaman.. !!!
Ayoo.. Jaga dan Selamatkan NYAWA peserta aksi 212 dari bahaya desakan dan himpitan JUTAAN umat Islam.. !!!
Ayoo.. Aksi ibadah yang damai lagi berkah.. !!!
Penulis, Habib Rizieq Shihab
Imam Besar FPI
Sumber: Habibrizieq.com