(Panjimas.com) – Majunya Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) menjadi salah satu kandidat Gubernur DKI Jakarta tahun 2017 menuai kontra di kalangan umat Islam. Bagaimana tidak?! Mayoritas penduduk Indonesia (termasuk Jakarta) adalah muslim. Maka sangat tidak tepat jika pemimpinnya adalah nonmuslim. Lebih dari itu, Allah juga dengan tegas mengharamkan umat Islam mengambil orang kafir sebagai pemimpin.
Ketika seorang mukmin mengucapkan syahadat, maka haruslah dia benar-benar menghayati arti dari syahadat tersebut. Bila seorang muslim sudah benar-benar menghayatinya, tentu dia tidak akan sulit dalam menjalani kehidupan ini. Terlebih, dalam urusan memilih seorang pemimpin. Karena itu, dia tahu benar bahwa Islam telah mengatur cara memilih pemimpin dan juga memberikan kriteria pemimpin yang boleh dipilih. Kriteria pemimpin yang telah ditetapkan dalam Islam adalah muslim, laki-laki, merdeka, berakal, adil, dan mampu. Syarat pemimpin muslim ini sudah ketetapan Allah SWTberdasarkan firman-Nya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ أَتُرِيدُونَ أَنْ تَجْعَلُوا لِلَّهِ عَلَيْكُمْ سُلْطَانًا مُبِينًا
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali (pemimpin/pelindung) dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu) ?” (QS. 4. An-Nisaa’ : 144).
Jadi sudah jelas, berkaitan dengan pilkada DKI Jakarta yang segera diselenggarakan, memilih calon pemimpin nonmuslim bagi masyarakat tidak diperbolehkan oleh Allah SWT. Apalagi sudah jelas pula kedzaliman yang telah dilakukannya selama memimpin Jakarta. Baik diskriminasi terhadap masyarakat muslim, maupun kedzaliman masyarakat Indonesia seluruhnya (terkhusus warga DKI Jakarta). Mengapa umat Islam masih menawar-nawar aturan yang Allah berikan? Hanya demi memuaskan keegoisan sebagai manusia yang hanya menuruti hawa nafsu dan perasaan. Apakah kita hendak menentang firman Allah SWT dalam QS al-Ahzab ayat 36?
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلالا مُبِينًا
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.”
Sungguh bila terbersit sedikit saja keraguan di hati kita terhadap ayat tersebut, maka keislaman kita dengan mengucapkan kalimah syahadat perlu dipertanyakan. Bagi seorang muslim, hukum Allah dan Rasul-Nya adalah di atas segalanya. Menjadikan hukum Allah sebagai pedoman dan petunjuk hidupnya dalam seluruh sesi kehidupannya baik dalam masalah akidah, syari’ah, hukum-hukum negara, ekonomi, sosial budaya, akhlak dan hukum mu’amalah sehari-hari. Bukankah tujuan kita memilih pemimpin adalah untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh umat, maka janganlah kita bergabung bersama nonmuslim dalam penyusunan kekuatan, membuat program untuk menjauhkan kaum muslimin dari Islam, terlebih mengangkat mereka sebagai pemimpin.
Mengesampingkan orang-orang Islam, dan lebih mengutamakan bahkan tunduk terhadap nonmuslim; menganggap bahwa mereka lebih baik dan lebih maju; merasa senang tinggal bersama mereka; berjuang atas nama partai (kelompok yang tidak memiliki tujuan menegakkan syariat Islam); bahkan malu menunjukkan identitas keislamannya dan menganggap bahwa hukum islam tidak akan memberikan kemaslahatan bagi manusia, sikap demikian semestinya tidak ada pada diri kaum muslimin. Namun, jutstru itulah yang sedang terjadi pada kaum muslimin saat ini. terlebih di Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim, ini adalah salah satu bukti dari rusaknya keimanan kaum muslimin.
Kerusakan ini terjadi karena sistem yang ada pada saat ini bisa merusak keimanan seseorang. Demokrasi yang memberikan kebebasan kepada semua orang atas nama hak asasi dan toleransi beragama mengakibatkan semua ini terjadi. Ditambah lagi, tidak ada kontrol di dalam lingkup keluarga, masyarakat, pemerintah. Inilah yang terjadi sekarang di negeri Indonesia tercinta. Marilah kita menjadi pribadi yang dicintai Allah SWT. Dengan menegakkan syariat-Nya. dan ini akan terjadi bila ada seorang khalifah yang akan mengembalikan kehidupan Islam yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Dan inilah salah satu bukti keimanan dan ketakwaan kita dalam memilih pemimpin. Wallahu ‘alam bi showab.
Oleh: Asri Wahyuniati
Ibu Rumah Tangga di Bago Tulungagung