(Panjimas.com) – Ada banyak ragam manusia yangg pernah ada dan mempunyai sejarah. Tetapi hanya sebagian kecil dari manusia yang memilki sejarah dan dikenal dunia, dan lebih sedikit lagi orang yang mempunyai sejarah dan dikenang dan serta kehidupannya dijadikan suri bahkan.
Ada tipe manusia yang kaya, namun tidak dimuliakan Allah azza wa Jalla, contohnya Qorun. Dia adalah satu manusia yang paling kaya bahkan paling kaya dalam sejarah umat manusia. Tetapi sama sekali tidak mulia dan tidak dimuliakan. Bahkan tidak ada orang yang mau memberikan nama putranya dengan nama Qorun, meskipun Qorun terkenal kaya raya.
Begitupun dengan Firaun. Mereka termasuk orang yang pintar, cerdas dan kaya raya. Namun juga tidak mulia dan dimuliakan bahkan kita diminta untuk menghindarinya karena sifat-sifatnya.
Hidupnya tidak dihiasi dengak akhlaq mulia. Bahkan menjadi manusia paling durjana. Dan tidak ada orang yang ingin menitipkan nama putra dan cucunya dengan nama Firaun, meskipun ketenarannya dikenal luas dikolom jagad ini.
Namun sebaliknya kita berbondong-bondong dan bangga memberikan nama tambahan kepada anak-anak dan cucu kita dengan tambahan Muhammad, contoh Muhammad Ali, Muhammad Ikhsan, Muhammad Ilyas.
Mengapa demikian, karena beliau mulia dan dimuliakan. Kemuliaan Rasulullah saw bahkan terabadikan dalam al-Qur’an surat Al Ahzab:21.
“Sungguh ada pada diri Rasulullah, Muhammad suri tauladan”.
Apa beda.
Letak perbedaan sebenarnya adalah kemampuan memosisikan diri.
Pertama, mengetahui posisi dirinya bahwa ia adalah hamba dan sadar bahwa posisinya adalah yang diciptakan serta sangat paham bahwa ada yang menciptakan, yaitu Allah subhanahu wataala sebagai penciptanya.
Sebagaiman firman Allah dalam surat adz Dzariyat:56. “Dan tidaklah kuciptakan jin dan manusia melainkan beribadah kepadaku”
Kedua, mengetahui posisi dirinya sebagai khalifah atau pemimpin. QS: Al Baqarah:30.
Selain sebagai hamba yang hanya mengabdi pada-Nya, ia pun berkewajiban menegakkan kebenaran dan keadilan serta meluruskan yang salah. Karena itulah tujuan manusia apalagi selaku khalifah agar hidupnya beruntung. Firman Allah swt dalam QS: Ali Imran:104 “Dan hendaklah ada diantara kalian yang menyeru kepada kebaikan dan mencegah kepada yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang beruntung”.
Selain mengetahui posisi dirinya sebagai hamba dan pemimpin, orang beriman pun mampu menahan nafsunya dan memfungsikan akalnya.
Orang yang mampu menahan nafsunya dari sesuatu yang dilarang agama, maka ia akan terhindar dari kejelekan dunia dan akhirat.
Ciri orang beriman akan mampu membedakan antara miliknya, milik orang lain, atau milik kantor dan perusahaan. Ia akan sekuat tenaga menahan nafsunya untuk tidak mengambil yang bukan miliknya.
Orang beriman akan selalu memfungsikan hati, pikiran dan akalnya dalam bertindak. Tidak selalu menuruti keinginan nafsu yang justru condong kepada hal yang dapat menghinakan dirinya.
Namun sebaliknya, orang yang kosong iman dalam dirinya bahkan tidak mampu melakukannya. Karena ia telah dibelenggu oleh syahwat dan nafsu. Sehingga penglihatan dan mata hatinya sudah tumpul, tidak mampu lagi membedakan antara yang dibolehkan dan yang dilarang.
Namun dengan kondisi sekarang ini, posisi orang beriman seperti orang yang memegang bara api. Semakin memeluk dan berusaha mempraktekkan ajaran agamanya, semakin dicurigai. Diintimidasi dan bahkan dijadikan bahan olok-olokan.
Orang beriman yang berusaha melaksanakan isi ajaran agamanya dalam kehidupan dianggap kuno dan ketinggalan zaman. Seperti wanita yang menutup aurat atau memakai jilbab. Pakaian atau cara berpakaiannya mereka dianggap sudah tidak relevan. Begitupun pemuda yang rajin ke masjid dan mengikuti pengajian, mereka dianggap tidak gaul bahkan ditengarai sebagai cikal bakal orang yang membahayakan karena berpotensi menjadi teroris baru.
Allah Pelindung orang beriman.
Jika orang-orang kafir bersekongkol dengan kaum munafiq dan fasiq untuk merencanakan makar dan pembunuhan kepada orang beriman, maka yakinlah bahwa makar atau siasat Allah yang perkasa pasti lebih baik dari makar buatan mereka. Meskipun mereka mempunyai fasilitas yang sangat canggih. Janji Allah pasti berlaku. Makar Allah pasti lebih baik.
“Dan mereka membuat makar atau tipu daya, dan Allah lah sebaik-baik pembuat tipu daya”. QS: Ali Imran:54.
Yakinlah, orang beriman yang berusaha memperbaiki diri dan selalu ingin dekat dengan-Nya, pasti akan mendapatkan kebahagiaan hidup.
Kebahagiaan yang dijanjikan oleh yang maha kuasa, sang pemilik langit dan bumi serta apa yang ada pada keduanya.
Jaminan orang beriman yang tidak disangsikan adalah surga. Di dalam surga adalah kenikmatan tiada banding. Dan disanalah orang beriman melanjutkan kehidupannya yang abadi.QS: Al Baqarah:25.
Penulis, Syamsul Alam