YOGYAKARTA, (Panjimas.com) – Kajian rutin malam Kamis di Teras Dakwah (TD), Nitikan, Yogyakarta diisi oleh ustadz Faturrahman Kamal, Majelis Tabligh PP Muhammadiyah Yogya, Rabu (25/08).
Kali ini, TD membahas tentang Wasathiyah atau umat pertengahan guna mengetahui kondisi umat Islam saat ini. Berlebihan dalam beragama, kaku dalam berpendapat, fanatik pada satu pendapat dan hanya memikirkan hubungan dengan Allah namun tidak memikirkan hubungan antar manusia, dikupas ustad Faturrahman malam itu.
“Jadi kita ini akan menjadi umat yang berada di pertengahan, Wasathiyah, umat yang memiliki karakteristik ditengah-tengah, tidak berlebihan dan tidak lemah,” ucap ustadz Faturrahman.
Beliau menukil surat Al Baqoroh pada ayat 143 yang ditafsirkan Sayyid Quthub dalam kitab Tafsir fi Zhilalil Qur’an. “Dan demikianlah, telah Kami jadikan kamusuatu ummat yang di tengah, supaya kamu menjadi saksi-saksi atas manusia, dan adalah Rosul menjadi saksi pula atas kamu. Dan tidaklah Kami jadikan kiblat yang telah ada engkau atasnya, melainkan supaya Kami ketahui siapa yang mengikuti Rosul dari siapa yang berpaling atas dua tumitnya. Dan memanglah berat itu kecuali atas orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Dan tidaklah Allah akan menyia-nyiakan iman kamu. Sesungguhnya Allah terhadap manusia adalah Maha penyantun ladi Maha Penyayang.(QS. Al Baqoroh: 143),” bacanya.
Ustadz Faturrahman menceritakan bahwa dalam berdakwah hendaklah seperti Rosulullah yang tidak berlebihan. Dirinya prihatin dakwah di Indonesia mengalami dinamika umat. Kesan miring terhadap umat Islam selalu dimunculkan.
“Saya sering keliling Indonesia ini, prihatin kita, tapi kita mengalami dinamika umat. Kita ingin menjalankan sunnah Rosul, lihat antum itu berjenggot, kita malah ditangkepin pak Polsek, kenapa yang berjenggot, malah disebut Radikal. Ini ndak mudah, ndak mudah” katanya.
Kajian malam tersebut diikuti hampir 150 orang, tidak lupa TD juga menyediakan makan malam berupa nasi macan, yakni nasi dengan sambal dan tempe mendoan dengan porsi yang besar. (SY)