(Panjimas.com) – Ahok is a clown, di atas panggung politik. Ngepul KTP dan “Temen Ahok” is a Joke. Akting gagah-berani Ahok sering berakhir dengan ditertawai. Alhasil, alih-alih jadi pahlawan, Ahok lebih mirip badut politik.
Awalnya, dia ultimatum partai pemenang pemilu. PDI-P diberi waktu dua minggu untuk menetapkan Ahok sebagai bakal calon gubernur. Padahal, PDI-P sebagai parpol punya mekanisme formal prosedural untuk itu. Ada aturan mainnya.
Ahok ngga mau tau. Dia yakin dia hebat. Dicintai seluruh rakyat. Mau muslim, mau kafir, dukung dia. Bukan hanya penduduk Batavia, warga Medan, Singkawang, Menado, Papua dukung Ahok. Bikin gaduh medsos.
Ada serikat taipan rasis berperan sebagai backers. Ahok tau itu. Makanya dia berani atur PDI-P, cucu partai ideologisnya Sukarno. Media massa sudah dikuasai Ahok. Duit jadi alat sumpel mulut. Pengurus DPD dan kader PDI-P ketar-ketir kena sengatan ultimatum Ahok. Mereka takut ditinggalkan Ahoker dan taipan. Mereka kejang.
Kwik Kian Gie berang. Dia bilang PDI-P teruji berani lawan Orde Baru, Golkar dan Suharto. Masak hadapi bocah kemarin sore kok keder. Sontak nyali dan keberanian kader militan PDI-P hidup lagi. Belakangan, Bambang DH berseru pasang badan lawan Ahok. Saya mesti bilang, tumpas Ahok sampai ke akar-akarnya.
Medsos, ribuan akun palsu, dukungan warga kristen & tionghoa non DKI mengilusi pengurus PDI-P. Makanya mereka freak-out saat diultimatum Ahok. Sekarang terbukti, Ahok cuma kuat di medsos. Itu pun saat tim buzzer dan fans-boys TA belum disidik KPK.
PDI-P memutuskan tetap menggunakan mekanisme penjaringan klasik. Ahok ga sudi mendaftar. Dia pilih jalur independent.
Menurut pengakuan relawan Andreas, ada aliran dana 30M dari Podomoro. Tim relawan yang dibayar 2,5 juta per bulan dibentuk. Tugasnya ngepul KTP sebanyak-banyaknya. Target 1 juta lembar. Booth TA didirikan di mal-mal, umumnya milik grup Podomoro kata Adian Napitupulu.
Ahok dan relawan bayaran merilis gerakan agresif ngepul KTP. Perjuangan dimulai. Slogan dan meme diproduksi. Haji Lulung tetap dibully. Kordinator Pos (Korpos) dilantik. Printer, laptop, gadget ditebar bagai hujan badai. Alhasil dalam waktu beberapa bulan, TA mengklaim sukses kumpulkan KTP 700 ribu lembar.
Tapi eeeeh sistem politik mengharuskan Ahok punya pasangan cawagub. Di sini, penonton mulai ketawa. Ahok maen gebrak uyah. Ngabisin duit donatur. Yang untung, ya bocah-bocah relawan. Mereka mendadak tajir. Anak magang Sunny dapet mobil kata relawan Andreas.
Setelah Heru didampuk sebagai bakal calon wagub, “perjuangan” yang bikin ketawa itu dikocok ulang. Pengepulan KTP ronde kedua dimulai. Formulir baru dicetak. Tim ojek dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI) pimpinan artis Grace Natalie dibentuk. Politisi Partai Gerindra, Habiburokhman dibully secara konstans. Secara berkala, tim TA rilis angka jumlah KTP. Setiap hari angkanya naik terus. Habib diminta siap-siap terjun dari monas. Jumlah KTP terus naik lampaui angka perolehan suara partai-partai. Ahok dan temen-temennya semakin jumawa. At the end, TA mengklaim KTP tembus angka sejuta. Penonton tepuk tangan, sambil cengar-cengir.
Sebelum tirai panggung ditutup, Eeeh ….. lantas ada antiklimaks. Sejumlah relawan TA bikin konperensi pers di kafe. Mereka ngaku beli KTP di Kelurahan dan konter HP.
Suara orang ketawa pecah seantero negeri. Pendiri TA pasang aksi defensif. Tapi muka mereka pucat. Tingkah mereka dibuat-buat tenang tapi panik. Ada geram di otot mulut setiap kali mereka ngomong. Ahok rilis statemen ngga kenal sama TA. Ahok mengaku ngga tau apa benar jumlah KTP dukungan sebanyak itu. Aksi hebat Ahok mulai jadi dagelan. Lieus Sungkarisma terbuka pidato nyatakan Ahok sebagai PKI gaya baru.
Cina rasis, kristen fundamentalis dan Nusron Wahid tetep pro Ahok. Sekalipun sadar jadi bahan tertawaan publik.
Temen-Ahok tetep nekat. Mereka mengais KTP sampe batas sewa booth berakhir. Mereka nantang dan invite banyak orang untuk verifikasi bareng. Ga ada yang dateng. Alasannya, selain ternyata cuma verifikasi jumlah, TA dan Ahok sudah jadi badut. Anchor Aiman ngajak verifikasi faktual. Dua sampling KTP diambil secara random. Hasilnya: FIKTIF.
Suara orang tertawa kembali terdengar seantero negeri. Ahok dan TA tetep bikin meme dan minta Habiburokhman terjun bebas dari Monas. Ahok mulai rilis keinginan nyagub via jalur parpol. Suara orang ketawa semakin keras. Skandal korupsi pembelian lahan Cengkareng mulai merebak.
Ahok merapat ke Hanura, Nasdem dan Golkar. Dulu Ahoker ngebully Setnov secara keji. Sekarang mereka jilat Setnov. Demi Ahok. Heru dibuang. Digantikan Nurul Arifin, mantan bintang panas era jadul.
Di sisi lain, PDI-P semakin percaya diri tolak Ahok. Sekjen Hasto rilis hasil survei yang nyatakan 80% arus bawah tolak Ahok. Sebelumnya Ahok dihujani batu di Penjaringan. Sampai memasuki awal bulan Agustus, Ahok ditolak di Koja, Kalideres, Kapuk Muara, Penjaringan, Pademangan, Menteng Tenggulun, Jembatan Besi, Condet dan Cipinang.
Tanggal 7 Agustus, KPUD resmi tutup pendaftaran calon indie. Ahok ngga mendaftar. Jadi, dia resmi batal maju via jalur independent. Publik ketawa lagi. Semakin keras itu suaranya. TA ilang entah ke mana.
Habiburokhman dan Haji Lulung ternyata benar. Sudah sejak awal, Lulung memprediksi Ahok akan gunakan jalur partai. Dia berani iris kuping bila Ahok sampe maju sebagai calon-indie.
Sekarang nasib Ahok semakin rentan. Bila HANURA tarik dukungan, Ahok gak jadi ikut pilgub. Sebelumnya merebak kabar Ahok ngeyel tolak cuti kampanye. Cahyo Kumolo elus dada. Speechless. Ga tau harus ngomong apa. Ini kali pertama ada badut sok-sokan terjun di arena politik praktis.
Di saat bersamaan, ada desas-desus soal serikat taipan sedang konsolidasi untuk suap Emak Banteng. Duit triliyunan disiapkan agar PDI-P usung Ahok. Jadi, bila tiba-tiba Emak Banteng mengeluarkan veto dan usung Ahok, publik paham apa sebabnya. Dan itu bukan karena survei.
Ini saat terbaik bagi ketiga partai meres taipan backers Ahok. Naikan posisi tawar. Bargain milyaran rupee. Ancam tarik dukungan. Investasi gede serikat taipan di pasangan Jokowi-Ahok akan menguap sia-sia. Seperti keringat relawan bayaran pengepul sejuta KTP fiktif.
Ini timing bagi Jokowi menyingkirkan Ahok. Jokowi mesti merespon statemen Ahok soal dukungan pengembang. Pernyataan Ahok soal itu bikin citra Jokowi sebagai presiden humble jadi rusak. Publik sontak sadar bahwa Jokowi ternyata ada maen dengan bos-bos properti.
Jokowi bisa menginstruksikan Menkopolkam-nya yang sekaligus Ketua Partai Hanura untuk bloking ke PDI-P atau Gerindra. Bila itu terjadi, selesailah Ahok. Kegaduhan politik berhenti. Semua orang bisa kembali kerja normal membangun negeri.
Nasdem tidak bisa diharap tarik dukungan. Ini partainya James Riyadi. Si Rambo penyelamat sandera Abu Sayyaf cuma dummy.
Golkar bisa bikin taipan bangkrut. Ada banyak faksi dan klik anti Setnov. Para pemain di Golkar bisa rilis bargain lanjutan. Mereka butuh dana maintain konsolidasi para pengurus di tingkat ranting dan DPC. Bila para backers Ahok menolak beri amunisi, ya batalkan dukungan. Masih ada YIM yang sebenarnya semakin kuat di grassroot. Terutama di Utara.
So, selamet bekerja.
Penulis, Zeng Wei Jian