BATAM, (Panjimas.com) – Sebagai salah satu pintu internasional wilayah Republik Indonesia, Kota Batam sangat strategis. Ibukota Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) ini dapat menjadi mercusuar syiar dakwah Islam di kawasan perairan Malaka, atau sebaliknya menjadi pintu masuk pengaruh asing yang berdampak negatif.
‘’Karena itu, kehadiran Akademi Dakwah Indonesia (ADI) di Batam ini menjadi penting sekali,’’ tandas Ketua Umum Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia, Mohammad Siddik MA, dalam peresmian ADI di Komplek Pesantren An Ni’mah Dapur 12 Kelurahan Sei Pelunggut, Kec Sagulung, Kota Batam, Provinsi Kepri, Ahad (7/8).
Launching lembaga pendidikan kader da’i Program D2 (diploma 2 tahun) non-gelar yang diselenggarakan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, ini dihadiri Ketua Umum Dewan Da’wah, Ketua Bidang Dakwah Dewan Dakwah Dr Imam Zamroji, Ketua Dewan Dakwah Kepri terpilih Mastur Thaher, Ketua Dewan Dakwah Kota Batam Abdurrachman, Asisten III Gubernur Kepri Raja Ariza, Ketua LAZ Masjid Raya Batam Syarifudin, Ketua Yayasan An-Ni‘mah Didi Suryadi, Pimpinan Pesantren An Ni’mah Ustadz Ariyanto Rosyad, dan lain-lain.
Acara ini dihadiri pula oleh peserta didik angkatan perdana ADI Batam tahun ajaran 2016-2017 yang terdiri 19 mahasiswa dan 6 mahasiswi.
Peresmian ditandai dengan penandatanganan perjanjian kerjasama penyelenggaraan pendidikan ADI Batam oleh Ketua Dewan Dakwah Kota Batam Abdurrachman dan Pimpinan Pesantren An Ni’mah Ustadz Ariyanto Rosyad.
Imam Zamroji mengemukakan, ADI Batam merupakan akademi kedelapan yang dilahirkan Dewan Dakwah. ‘’Sebelumnya sudah hadir ADI Bandung (Jawa Barat), Sambas (Kalimantan Barat), Solo (Jawa Tengah), Metro (Lampung), Aceh (NAD), Bukittinggi (Sumbar), dan ADI Kupang (NTT),’’ papar Imam.
Keberadaan ADI semakin melengkapi lembaga pendidikan yang diselenggarakan Yayasan An Ni’mah.
Yayasan ini dirintis Ariyanto Rosyad, alumnus Lembaga Pendidikan Dakwah Islam (LPDI) Jakarta, yang kemudian ditingkatkan menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID) Mohammad Natsir.
“Awalnya wilayah ini adalah kawasan hutan, masih banyak sudut yang dikeramatkan oleh para dukun yang banyak terdapat di sini,’’ Ariyanto mengisahkan saat ia kali pertama hijrah ke Dapur 12.
‘’Makanya, waktu saya datang, para dukun itulah yang menjadi tantangan pertama saya. Banyak praktek mereka yang saya tentang, sampai akhirnya Alhamdulillah jadi kawasan pesantren sekarang ini.’’
Ariyanto yang sangat merasakan nikmat pertolongan Allah dalam perjalanan dakwahnya, kemudian menamai pesantrennya An Ni’mah. ‘’Nama pesantren ini sebagai ekspresi ayat wa’amma bini’mati rabbika fahadits,’’ katanya menyitir ujung Surah Ad Dhuha.
Pada 1995, An Ni’mah dimulai dengan pendidikan program Kuliyatul Mu’alimin al Islamiyah (KMI) dan sosial panti asuhan. Perkembangan berikutnya, hadirlah SMP An Ni’mah, yang kemudian ditabalkan sebagai SMPN 44 Batam pada 2010. Ini merupakan SMPN berbasis pesantren pertama di Kepri.
Aryanto mengungkapkan, masyarakat saat ini sangat antusias menyekolahkan anaknya di sekolah berbasis pesantren. Jumlah pendaftar tiap tahun ajaran baru selalu melebihi kuota yang tersedia.
“Tahun ajaran 2015/2016 yang daftar 700 orang padahal yang bisa masuk hanya 400 orang. Ini kan antusiasnya luar biasa terhadap sekolah berbasis pesantren seperti SMPN 44 ini,” ungkapnya.
Berikutnya diikuti dengan kehadiran Madrasah ‘Aliah Swasta (MAS) An Ni’mah, yang kini jumlah siswanya hampir 200 anak. Pada Ujian Nasional tahun 2016 ini, siswa MAS An Ni’mah meraih peringkat ketiga nasional nilai UN terbaik dengan jumlah nilai 285,61.
‘’Alhamdulillah, dengan adanya ADI Batam ini, pendidikan para santri berkelanjutan hingga menjadi kader da’i yang sangat kita butuhkan. Kelak alumni ADI Batam dapat langsung menjadi agen pengembang masyarakat atau melanjutkan ke STID Natsir dulu,’’ Ariyanto bersyukur. [RN]