JAKARTA, (Panjimas.com) – Infeksi saluran pernafasan akut, batuk, infeksi kulit, gatal-gatal, sesak nafas… demikianlah sederet penyakit yang umumnya diderita warga Kampung Sawah, Jakarta Utara.
Hal ini terungkap dalam pengobatan massal gratis yang diikuti 125 pasien di aula Masjid Nurul Hidayah Kelurahan Semper Timur, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara, 20 Juli lalu.
‘’Maklumlah, mereka kan tinggal bersebelahan dengan Tempat Pembuangan Akhir Sampah,’’ terang Dokter Khusnul Khuluq, Kepala Rumah Sehat Dewan Dakwah (RSDD), yang memimpin Tim Layanan Kesehatan LAZIS Dewan Dakwah itu.
Pelaksanaan program pengobatan massal ini dibantu Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Nurul Hidayah, Ikatan Remaja Masjid Nurul Hidayah (Irman) Kampung Sawah, serta relawan setempat.
Ny Lela Nurlela, pensiunan perawat Puskesmas, menyatakan puas dengan layanan kesehatan yang diberikan RSDD. “Saya puas, kualitas obat yang diberikan bagus banget, walaupun ini pengobatan gratis. Kualitas obatnya lebih baik dari puskesmas,” ujar relawan yang membantu pengecekan tensi darah pasien ini.
Pengurus DKM Nurul Hidayah, Naim Yusuf, sangat berterima kasih atas layanan pengobatan gratis yang dihadirkan LAZIS Dewan Dakwah ini.
‘’Kegiatan semacam ini sangat penting bagi kami untuk menunjang dakwah di sini,’’ katanya.
Dewan Dakwah memang memberi perhatian khusus pada Kampung Sawah. Di antaranya dengan menempatkan mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah M Natsir (STID Natsir) untuk membina warga setempat, yakni Eko Saputro dan Kurniawan.
Mereka didukung oleh LAZIS Dewan Dakwah, misalnya dalam bentuk layanan kesehatan gratis secara berkala.
M Said dari LAZIS Dewan Dakwah menjelaskan, persoalan warga Kampung Sawah bukan sekadar masalah kesehatan.
Kampung Sawah Cilincing, memang bukan Kampung Sawah Bekasi yang terkenal sebagai Kampung Kristen Betawi. Namun, warga Kampung Sawah Cilincing menjadi ajang aktivitas kemanusiaan maupun misionarisme dari berbagai kalangan.
Salah satu lembaga yang eksis di Kampung Sawah adalah Yayasan Relada Kasih, yang sejak tahun 1999 merintis pembangunan Balai Impian. Balai ini didirkian oleh Dalhing Hutasoit dan istrinya Lendi Nurhayati. Dengan menggandeng lembaga Pengembangan Kesehatan Masyarakat (PKM), alumnus IKIP Medan itu mula-mula memberikan penyuluhan kesehatan dan pengobatan gratis.
Kini, ratusan anak usia TK-SD Kampung Sawah digarap Balai Impian. Atas referensi Yayasan Relada Kasih, sudah lebih dari 100 anak menjadi anak asuh Harvest dan GBI Kampung Cacing, yang selama ini sangat aktif menyokong kegiatan Dalhing.
Kemudian ada juga Sekolah Ketrampilan Cilincing (SKC), yang didirikan pada 5 Desember 2003.
“Dari tahun 2003 sampai 2012, sudah seribu lebih orang yang lulus. Hampir seluruhnya diterima kerja di Garment,” terang Rith Rusdiana, guru bidang kerohanian di SKC, sebagaimana dikutip media nasrani.
Sekolah rakyat ini berawal dari kerinduan sekelompok orang yang tergabung dalam Persekutuan Doa (PD) Agape, di Plaza Bapindo, Sudirman, Jakarta Selatan.
Pengurus PD Agape kemudian bekerjasama dengan Ny Baker yang telah melayani dalam wadah Yayasan Berkat Kasih Imanuel (YBKI), di Kampung Sawah, Cilincing, Jakarta Utara, yang bergerak dalam bidang pendidikan dari TK sampai SMP.
Dari kunjungan ke YBKI, pengurus melihat ada sekelompok besar orang yang belum tersentuh oleh pelayanan. Mereka adalah orang atau anak putus sekolah yang tidak jelas nasibnya. Dari sinilah terselenggara SKC.
Selain gerakan misionaris Nasrani, relawan Budha Suci juga menyambangi warga Kampung Sawah.
Oleh karena itu, Dewan Dakwah menggelar program dakwah khusus Kampung Sawah Cilincing melalui dakwah bil hal. Hal ini sesuai amanat Pak Natsir: ‘’Jangan gusar kalau kolam kita dipancingi orang lain, sementara kita tidak memagarinya’’.
Selain layanan kesehatan, pada hari yang sama LAZIS Dewan Dakwah juga memberikan bantuan sembako. Bekerjasama dengan relawan lokal, juga menggelar pelatihan ketrampilan pengolahan sampah yang diikuti puluhan ibu setempat.
Sembako diberikan kepada jamaah Masjid Al Huda Kampung Seberang, yang kondisinya lebih memiriskan dari Kampung Sawah. Inilah yang disebut kampung pemulung, yang penuh tebaran sampah, karat, dan lalat yang bebas beterbangan mengitari gunung sampah.
Pembagian sembako didahului dengan siramah spiritual yang disampaikan Ustadz Robbyansyah Alfaisal. Kajian ditutup dengan doa yang dibawakan Ustadz Mahmud Faaz, lalu jamaah menerima bingkisan.
Ny Mia, salah satu penerima bantuan sembako, tampak sangat terharu. ‘’Terima kasih banyak, saya masih diperhatikan,’’ katanya lirih.
Ia lalu bercerita, anaknya yang masih kecil belum lama meninggal bermain di kolong truk besar pengangkut sampah. Si bocah tewas terlindas roda-roda truk tersebut.
Di sesi akhir, ibu-ibu mengikuti pelatihan pengelolaan sampah. Acara ini dipimpin Raudhatul Jannah, salah seorang aktivis Masjid Semper Timur.
Peserta senang, setelah kemudian mampu menganyam bahan-bahan buangan menjadi produk kreatif seperti tas, dompet, bahkan juga karpet. [RN]