JAKARTA (Panjimas.com) – Perhelatan Muktamar III Wahdah Islamiyah (WI) kali ini dipusatkan di ibukota Jakarta dan dibuka di Masjid Istiqlal, Jakarta, Ahad (17/7). Acara pembukaan muktamar sendiri, dirangkaikan dengan wisuda penghafal al-Qur’an oleh Imam Masjidil Haram, Syekh. Dr. Hasan Abdul Hamid Bukhari. Acara wisuda ini merupakan bagian tak terpisahkan dari salah satu program unggulan Wahdah Islamiyah, Satu Rumah Satu Hafizh.
Program Satu Rumah Satu Hafizh ini diluncurkan pertama kali tahun 2010, dan ini kali pertama para peserta diwisuda. Diantara peserta program yang turut diwisuda adalah Muhammad Fahrun Syihab (19), yang bukan hanya menyelesaikan hafalan Al-Qurannya 30 Juz, bahkan menoreh prestasi di kancah Internasional. Ananda Fahrun berhasil menjuarai Musabaqah Tahfizh Al-Quran tingkat Internasional dalam arena Kompetisi Al-Quran Internasional Taj al-Waqar di Malaysia (2016). Peserta yang lain adalah Usamah bin Saiful Yusuf (14) yang mewakili Wahdah Islamiyah Cabang Riyadh, dan menjuarai kompetisi Musabaqah Ahsan at-Tilawah di Riyadh, Saudi Arabia.
Dan program unggulan ini, merupakan bagian dari upaya Wahdah Islamiyah mewujudkan cita-cita besar mereka yang tertera dalam tema muktamar kali ini, “Mewujudkan Indonesia Damai dan Berperadaban dengan Islam yang Wasathiyah.” Wasathiyah adalah serapan dari Bahasa Arab, yang berarti pertengahan. Konsep ‘pertengahan’ ini, dalam kacamata Wahdah Islamiyah, sangat penting dalam mewujudkan tatanan masyarakat sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah.
Diantara contoh terbaik wasathiyah itu, ketika tiga orang sahabat Rasul, ada diantara mereka yang tidak mau menikah, tidak mau berbuka (puasa), dan tidak mau beristirahat semalam suntuk. Mereka hanya memiliki keinginan baik yang ‘polos’: beribadah (mahdhah/vertikal) saja. Maka Rasulullah meluruskan konsep itu, dan mengenalkan konsep yang wasathiyah (pertengahan) terkait ibadah tersebut.
Karena itu, wasathiyah hakikatnya bukan pertengahan antara baik dan buruk, atau antara salah dan benar. Tapi wasathiyah adalah pertengahan antara dua sikap, perilaku, dan atau pemahaman ekstrim yang keduanya keliru dan bermasalah. Wasathiyah juga pertengahan antara perilaku yang berlebih-lebihan dan perilaku memudah-memudahkan.
Melalui muktamar ini pula, Wahdah Islamiyah bertekad menjadi ormas Islam nasional yang tersebar di seluruh tanah air, yang turut memberi kontribusi secara maksimal dalam penyelesaian sejumlah masalah nasional, berupa ide-ide dan konsep yang sangat dibutuhkan umat dan bangsa, serta turut andil dan berperan serta dalam berbagai aktivitas sosial, ekonomi, politik, pendidikan, dan kemanusiaan.
Muktamar Wahdah Islamiyah kali ini dihadiri sekira 2500 peserta, yang berasal dari 131 DPD Wahdah Islamiyah yang tersebar di seluruh propinsi se-Indonesia. Momentum muktamar ini juga dirangkaikan dengan sejumlah agenda lainnya, seperti Daurah Nasional serta kegiatan Bazaar dan Pameran. [AW]