SUKOHARJO,(Panjimas.com) – Bertema “Menapaki Jalan Surga Besama Keluarga” Ustad Salim A.Fillah mengisi tabligh akbar di Pondok Pesantren Imam Syuhodo, Blimbing, Polokarto, Sukoharjo, Ium’at (15/7/2016). Beliau mengutip surat An Nisa’ ayat ke 9 sebagai pokok materi kajian malam tersebut.
“Dan hendaklah takut, orang-orang yang meninggalkan dibelakang mereka, generasi berikutnya dalam keadaan lemah dan senantiasa mereka khawatirkan keadaannya” ucap penulis buku-buku best seller Jogja tersebut.
Ustad salim A.Fillah mengatakan orang khawatir akan generasi yang lemah sangat wajar, namun Allah memiliki obat yakni bertaqwa kepada Allah dan berucap dengan perkataan yang lurus. Menurutnya ayat tersebut diapit tentang bab warisan yang kebanyakan mengira hal itu hanya berkenaan dengan harta.
“Ini adalah pemahaman keliru, ayat ini justru menunjukkan warisan harta sebanyak apapun tidak akan cukup jika orang tuanya tidak bertaqwa kepada Allah dan tidak menjaga perkataan yang lurus, perkataan yang benar didalam komunikasi keluarganya untuk mewariskan nilai-nilai kebenaran dan kebaikan” kata pemeran Kyai Gufron dalam film Ketika Mas Gagah Pergi tersebut.
Ustadz Salim A. Fillah kemudian mengisahkan jaman khalifah bani Ummayah yakni Al Walid bin Abdul Malik bin Marwan ketika akan meninggal, mewariskan pada anak-anaknya yang disebut dalam Tarikh bahwa setiap anak mendapat uang 40 juta dinnar diluar harta benda lainnya.
“Sak niki emas sak gram pinten bu? Sekarang dihitung agak pelit, jika 1 dinnar itu 2 juta maka masing-masing anak mendapatkan 80 triliyun. Yang saya ingin bandingkan adalah dengan khalifah Umar bin Abdul Aziz waktu meninggal, warisan untuk anak-anaknya adalah 8 dirham yakni sekitar 560 ribu” ujarnya.
Ustadz Salim A.Fillah melanjutkan kisah tersebut selang 20 tahun, bahwa bani Ummayah tumbang diganti bani Abbasiyah. Ketika itu anak-anak Walid bin Abdul Malik berubah menjadi gelandangan, buronan, pengemis di kota kaum muslimin. Sementara anak-anak Umar bin Abdul Aziz menjadi para pembayar zakat terbesar di jamannya.
“Maka kesimpulan para ulama, justru warisan duit tok itu yang paling miskin. Semiskin-miskinnya orang adalah orang yang tidak punya apa-apa kecuali harta. Duene ming bondho itu semiskin-miskinya orang” jelasnya.
Untuk itu Ustadz Salim A.Fillah menegaskan pentingnya kembali kepada Taqwa dan kembali kepada ucapan yang lurus sebagai orang tua. Dua hal inilah menurut beliau, yang bisa mengantarkan keluaga bersama-sama masuk surganya Allah. [SY]