MENTAWAI, (Panjimas.com) – Shalat taraweh belum lagi berakhir di Masjid Al Wahidin, ketika gempa kuat mengguncang Desa Muara Siberut, Kec Siberut Selatan, Kab Kepulauan Mentawai, Selasa (21/6) malam. Tak ayal, warga panik dan berhamburan ke luar rumah dan masjid.
Menurut Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi Tsunami BMKG, Daryono, gempa terjadi pada pukul 21:10:23 WIB dengan kekuatan 5,3 Skala Richter (SR). Pusat gempa berada di laut pada jarak 67 kilometer arah selatan Muara Siberut pada kedalaman 15 kilometer.
Walau cukup kencang, namun gempa sekitar 20 detik itu tak sampai menimbulkan tsunami maupun kerusakan.
Tapi, tetap saja warga tercekam ketakutan. Mereka masih trauma dengan gempa sebelumnya pada 2 Maret 2016.
Kala itu, menurut BMKG, gempa Maret berkekuatan 8,3 SR yang kemudian direvisi menjadi 7,8 SR. Gempa berpotensi menimbulkan tsunami, sehingga warga Muara Siberut mengungsi ke perbukitan. Termasuk keluarga Ustadz Mahmud, dai Dewan Dakwah yang bertugas di Siberut Selatan.
‘’Hampir semalaman kami mengungsi di pondok di bukit. Tidak bisa tidur karena gelap, banyak nyamuk, dan ramai orang,’’ kenang Liza Zahara, istri Ustadz Mahmud.
Untuk menghibur sebagian warga Muara Siberut, LAZIS Dewan Dakwah memberikan santunan berupa uang belanja. Bantuan diberikan oleh Ustadz Mahmud dan istri kepada sejumlah janda dhuafa.
Salah satu penerima bantuan adalah Ida Rozana, warga Dusun Bat Suddut, Muara Siberut. Wakil kepala sekolah SMPN 1 Siberut Selatan ini habis harta bendanya akibat kebakaran yang melanda rumah dinasnya.
Kebakaran yang terjadi pada Senin (20/6) malam waktu taraweh itu menghanguskan rumahnya beserta dua rumah guru lain dan satu rumah warga setempat.
Selasa (21/6), Ida Rozana yang tengah tidur di balai bambu, kaget ketika didatangi Keluarga Ustadz Mahmud yang mengantarkan rejeki yang tak disangka-sangka.
‘’Alhamdulillah, bisa beli pakaian, makan, dan pulang ke Padang Pariaman,’’ katanya surprised. [RN]