JAKARTA (Panjimas.com) – Kepala Sub Bidang Pengawasan Rokok Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Indonesia, Lela Amelia mengkhawatirkan penggunaan rokok elektrik atau elektronik justru memicu munculnya para perokok baru.
“Kami khawatir rokok elektrik dapat meningkatkan daya tarik kepada perokok baru dari kalangan pemuda, sementara yang ingin berhenti justru semakin giat merokok,” kata Lela Amelia pada Diskusi Dampak Rokok Elektrik yang digelar Yayasan Pemerhati Kesehatan Publik (YPKP) di Jakarta, pada Selasa (3/3/2015).
Lela memaparkan data penelitian Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat (AS) yang menyebutkan bahwa para pelajar merupakan pengguna terbanyak rokok elektrik yakni 4,9 sampai 9,7 persen dari total perokok. Sementara perokok elektrik di atas 18 tahun hanya 0,6 persen dari populasi itu.
Lela mengklaim pemasaran perangkat berbasis baterai dan alat pemanas untuk menguapkan berbagai zat cair secara bebas di internet membuat pengguna usia muda terus bertumbuh. (Baca: Inilah Sejumlah Zat Berbahaya yang Terkandung dalam Rokok Elektrik)
Menurut data CDC, lanjut Lela, jumlah perokok elektrik usia SMA di Amerika pada 2012 naik hampir dua kali lipat dari tahun 2011. Rentannya usia muda menggunakan rokok elektrik juga dikhawatirkan menjadi pemicu penggunaan zat berbahaya lainnya.
“Mengutip New England Journal of Medicine 2014, rokok elektrik diperkirakan menjadi gateway drugs (pintu masuk obat-obatan), artinya pemakai rokok elektrik dapat menjadi adiksi serta berpotensi menggunakan obat lain seperti kokain, dan obat terlarang lain,” tandas Lela. [GA/Ant]