SUKOHARJO, (Panjimas.com) – Keluarga dhuafa ibu Tina Mudia Winati (40) memohon pinjaman ke IDC Solo untuk membeli beras. Melalui pesan whatapps (WA), keluarga asal Tasikmalaya ini mengaku tidak bisa memasak lantaran tak punya uang dan berniat mengembalikan pinjaman tersebut jika sudah memiliki uang.
Mendengar cerita singkat itu, Kang Sedyo, Relawan IDC segera menyiapkan sembako dan santunan uang untuk segera diserahkan kepada keluarga yang pernah menjadi korban keganasan Tsunami Pangandaran pada tahun 2006 silam. Berada di rumah kontrak yang belum bisa ia bayar itu, Ibu Mudia menceritakan kondisi ekonomi keluarganya.
“Kebetulan suami saya (Asep Suryaman) tadi diminta betulin TV ke perumahan jadi baru nanti mungkin jam 5 pulangnya. Sekarang dia serabutan karena sudah nganggur, setelah tiga bulan lalu keluar dari perusahaan textil. Dulu dibagian pencampur obat pewarna textil, karena nggak kuat jadi sakit dan memutuskan untuk keluar,” katanya, Selasa (5/2/2019).
Ibu Mudia tinggal dirumah kontrak yang digratiskan oleh pemiliknya. Usai pemilik kontrakan meninggal, oleh anaknya diminta untuk membayar sewa sebesar Rp 2.500.000,-. Padahal, Ibu Mudia tidak punya uang, dan sewaktu-waktu diusir ia siap pergi meski nggak punya tujuan dimana harus tinggal. Jangankan bayar kontrak rumah, untuk makan saja ia harus menjual tenaganya pada tetangga, cuci baju, membersihkan kamar mandi atau menyetrika. Dari situlah ia bisa membayar hutang untuk beli beras.
“Kalau nggak ada beras, saya minta dulu ke warung nanti saya tawarkan tenaga saya untuk nyuci baju, nyetrika atau bersihkan kamar mandi ke tetangga, saya nggak malu. Punyanya tenaga kan halal, yang penting saya nggak mencuri. Meski saya dulu pernah ngajar guru bantu karena lulusan saya D3,” tuturnya.
Aktifitas itu tidak setiap hari ada orang yang membutuhkan jasa tenaga Ibu Mudia. Dan ia harus menyertakan anak ketiganya Salma Adriani (3) karena harus menjaganya.
ANAK TERPAKSA JUAL CILOK UNTUK KEBUTUHAN SEKOLAH
Anak pertama Ibu Mudia, Nira Rahmadya (17) saat ini sekolah di SMK Marta Abadi kelas 2. Alhamdulillah sekolah gratis itu meringankan keluarga dhuafa Ibu Mudia. Tapi manakala ada kebutuhan mendadak seperti beli buku, baju olahraga dan alat tulis lainnya, Nira harus memutar otak untuk membantu ibunya. Tanpa malu, ia membuat cilok dan dijual ke sekolah. Teman-temannya banyak yang suka cilok bikinan Nira. Dari situlah ia dapatkan rupiah untuk mencukupi kebutuhan sekolahnya.
Anak ke dua, Nurma Rahmadya (8) juga sedang bersekolah di SD kelas 2 yang gratis. Anak-anak yang pengertian dengan kondisi orang tua tidak menuntut banyak kebutuhan. Nurma pun berjualan pembatas buku kepada temannya untuk memgumpulkan ratusan rupiah dan disimpan.
“Nira sendiri yang ingin berjualan, ia bikin cilok dan dibawa ke sekolah. Nanti hasil uang jualannya dikurangi untuk beli bahan lagi dan sisa keuntungan untuk mencicil uang seragam olahraga. Harganya kan lumayan mahal Rp 150.000,- dan baru dibayar separonya,” ungkap Ibu Mudia.
DIHANTAM TSUNAMI PANGANDARAN, ORANG TUA & ANAK KE 2 MENINGGAL
Tsunami yang menerjang pantai Pangandaran pada tahun 2006 silam menyisakan duka mendalam keluarga dhuafa Ibu Mudia. Lantaran menjadi tempat kemaksiyatan, Allah turunkan bencana dasyat hingga tercatat jumlah korban jiwa saat itu mencapai 668 orang, 65 orang dinyatakan hilang dan korban luka mencapai 9.299 orang.
Menurut Ibu Mudia, tempat elok pesisir pantai Pangandaran mulai berubah jadi tempat maksiyat. Muncul tempat penginapan, dan hotel-hotel membuat masyarakat jauh dari ajaran Islam. Sudah tidak ada suara anak mengaji yang ada malah setiap malam dijadikan tempat pacaran. Cafe dan hingar bingar musik direstoran membuat Ibu Mudia menjadi kenangan buruk.
“Waktu Tsunami itu saya sedang menyapa tetangga yang nyadap pohon kelapa untuk bikin gula. Dia diatas pohon memberitahu saya kok air laut surut. Saya lihat ke laut itu, air cepat sekali surut dan tak lama terlihat ombat pertama setinggi pohon kelapa disusul ombak kedua. Saya sama anak kedua lari, bapaknya sama anak pertama juga lari kearah bukit. Tapi anak saya namanya Putri Rahmadiya, waktu itu umurnya 3 tahun lepas dari tangan saya dan ditemukan keesokan hari sudah meninggal. Pokoknya ngeri saya alami langsung sendiri, saya masih trauma makanya saya diajak suami merantau ke Sukoharjo juga mau,” kenangnya dengan mata berkaca-kaca.
Usai reda terjangan tsunami, tim evakuasi menemukan ratusan jenazah termasuk kedua orang tua Ibu Mudia dan anak ke 2 nya. Kini Ibu Mudia melalui IDC berharap ada donatur yang meringankan beban kebutuhan hidup keluarganya. Atas santunan dan sembako, ia mengaku sangat berterima kasih sebanyak-banyaknya. Baginya hanya Allah yang bisa membalas amal kebaikan ini.
“Terima kasih atas bantuannya, saya nggak bisa bales kecuali dari Allah yang bisa bales semuanya. Semoga Allah bales lebih, lebih dan lebih atas segalanya,” ucapnya sambil menangis.
PEDULI KASIH SESAMA MUSLIM
Kepada para donatur yang telah memberikan bantuan, doa dan harta yang diinfakkan untuk membantu meringankan beban keluarga Yatim dan Dhuafa, kami sampaikan ribuan terima kasih.
Jazakumullah khairan. Semoga berkah, rizki melimpah, membersihkan harta, mensucikan jiwa, menolak bencana, menghapus dosa, melapangkan jalan ke surga; dan Allah senantiasa memberikan pertolongan di dunia dan akhirat, karena sudah meringankan kesulitan sesama mukmin.
مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُنْيَا نَفَّسَ الله عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَومَ القِيَامَةِ و مَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ الله عَلَيهِ في الدُنيَا و الأَخِرَةٍ و مَن سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ الله في الدُنيَا و الأَخِرَةٍ و الله في عَونِ العَبْدِ ما كان العَبْدُ في عَونِ أَخِيهِ
“Barangsiapa menghilangkan kesulitan seorang mukmin di dunia, maka Allah akan melepaskan kesulitannya pada hari kiamat. Barangsiapa memudahkan orang yang tengah dilanda kesulitan, maka Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat. Dan Allah senantiasa membantu seorang hamba selama hamba tersebut senantiasa membantu saudaranya…” (HR Muslim).
Mari bantu mengentaskan ekonomi keluarga yatim & dhuafa. Donasi untuk membantu program yatim dan dhuafa bisa dikirim melalui rekening :
1⃣ Bank BNI Syariah
No.Rek: 293.985.605
a.n: Infaq Dakwah Center.
2⃣ Bank Muamalat
No.Rek: 34.7000.3005
a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
3⃣ Bank Mandiri Syar’iah (BSM)
No.Rek: 7050.888.422
a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
4⃣ Bank Bukopin Syariah
No.Rek: 880.218.4108
a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
5⃣ Bank BTN Syariah
No.Rek: 712.307.1539
a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
6⃣ Bank Mega Syariah
No.Rek: 1000.154.176
a.n: Yayasan Infak Dakwah Center.
7⃣ Bank Mandiri
No.Rek: 156.000.728.7289
a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
8⃣ Bank BRI
No.Rek: 0139.0100.1736.302
a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
9⃣ Bank CIMB Niaga
No.Rek: 675.0100.407.006
a.n: Yayasan Infak Dakwah Center.
Bank BCA
No.Rek: 631.0230.497
a.n: Budi Haryanto (Bendahara IDC)
Info: 08122700020 (SMS/WA)
0812.8070050 (SMS/WA)