TASIKMALAYA, (Panjimas.com) – Memasuki pekan ketiga, semangat para tukang yang mengawal pembangunan rumah ini masih menggelora. Jika siang hari turun hujan, tak jarang mereka melembur pembangunan pada malam hari. Semua dilakukan dengan suka cita demi masa depan pengajian anak-anak warga sekitar.
“Saya ingin rumah ustadz Wahyudin segera terwujud agar anak-anak kampung sini kembali mengaji,” tutur Kang Topa, salah seorang tukang bangunan yang juga mantan santri pengajian ustadz Wahyudin. “Insya Allah bangunan ini sudah mencapai 75 persen, semoga segera selesai dalam waktu dekat ini,” tambahnya.
Saat ini, pembangunan yang dimulai sejak Selasa, (20/11/2018) sudah merampingkan tembok dinding permanen, plaster dinding luar dalam bangunan, pemasangan keramik, kusen pintu dan jendela.
Pembangunan rumah ini berjalan dengan baik di bawah pengawasan Haji I’ing, tokoh masyarakat yang menjabat sebagai ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Al Huda Jalan Raya Cipatujah.
Masih banyak barang-barang material yang harus siap segera disediakan, di antaranya; keramik, pintu, jendela, kaca, cat, semen 10 karung, dan plafon. Diperlukan dana sekitar 14 juta rupiah untuk merampingkan pembangunan sampai finish 100 persen.
Kang Edi Sudiatman, penanggungjawab program Peduli Bencana IDC Pusat merinci bahwa donasi untuk pembangunan bedah rumah ustadz Wahyudin ini sudah disalurkan sebesar 36 juta rupiah. Ia berharap, semoga sesuai dengan apa yang sudah dianggarkan hingga finishing.
TAKLIM SANTRI TERHENTI, MARKAS PENGAJIAN BELUM RAMPUNG
Seperti diberitakan sebelumnya, rumah Ustadz Wahyudin yang sekaligus markas majelis taklim roboh rata dengan tanah diterjang banjir bandang Tasikmalaya pada Selasa (6/11/2018). Pengajian terpaksa diliburkan, membuat puluhan santri kalangan anak-anak dan remaja berduka. Mereka tak bisa lagi menimba ilmu agama, ibadah, aqidah, tajwid, tahfizh, akhlaq dan fiqih.
Selama ini, sudah puluhan tahun Ustadz Wahyudin (46) menjadi guru mengaji di Kampung Jajaway Cipatujah, Tasikmalaya, Jawa Barat. Dengan sepenuh pengabdian untuk melestarikan dakwah Islam, ia dibantu sang istri, Ustadzah Ecih Sukmaesih dalam mengajarkan Al-Qur’an kepada anak-anak di kampungnya.
Pasangan suami istri juru dakwah ini semangat berdakwah menjadi guru mengaji di pelosok desa itu, lantaran tak ada lagi tenaga dai yang mau membina anak-anak di kampungnya.
Untuk menafkahi keluarganya, Ustadz Wahyudin bekerja sebagai petani dan penjual kelapa. Dari penghasilan profesi petani yang pas-pasan, ia tidak mengharapkan honor dakwah dan guru mengaji.
USTADZ WAHYUDIN GURU MENGAJI ASET ISLAM
Di mata warga kampung Jajaway, Ustadz Wahyudin adalah sosok guru ngaji yang tulus berdakwah, bersahaja, sabar, penuh tanggung jawab, memiliki jiwa sosial dan kepedulian yang tinggi terhadap dakwah.
Menurut Haji I’ing, tokoh masyarakat Jajaway, Ustadz Wahyudin adalah guru agama yang memiliki jiwa sosial dan kepedulian yang tinggi. Ketika mushalla tempat mengajar anak-anak sudah tak lagi memadai, ia merelakan rumahnya digunakan untuk majelis taklim.
“Kegiatan rutinnya waktu malam dia mendidik anak-anak kami di masjid, karena di masjid tidak cukup tempat sehingga anak-anak yang kecilnya dibawa ke rumah. Kemudian siang harinya, dia juga mengajar di madrasah, mendidik anak-anak kami juga,” ungkapnya.
Sementara itu, Bambang Wahyu, Kepala Dusun Jajaway, memuji kegigihan dakwah Ustadz Wahyudin di kampungnya. “Selain aktif sebagai DKM Al-Ikhlas, Uwa Uyu juga mengajar anak-anak Kampung Jajaway. Bahkan rumahnya dijadikan tempat mengaji anak-anak di kampung ini,” ujarnya.
Bambang menambahkan, ketika insiden banjir bandang, rumah Ustadz Wahyudin adalah korban yang pertama kali diterjang banjir. “Rumah beliau itu rumah paling pertama yang diterjang luapan air sungai Cipatujah. Rumah beliau ambruk pada saat datang air bah tersebut,” terangnya.
Karenanya, ia mendukung program IDC untuk membangun kembali rumah Ustadz Wahyudin yang ambruk pasca banjir.
“Saya sebagai kepala Dusun, sangat berharap sekali kepada para relawan IDC, untuk segera membangunkan rumah Bapak Wahyudin agar aktivitas keseharian beliau tidak terganggu dan anak-anak di sekitar sini bisa kembali mengaji,” pintanya.
Wawan Suwandi Ramitani, tokoh pemuda setempat juga mendukung program IDC yang berencana akan membangun kembali rumah Ustadz Wahyudin.
“Saya sangat bangga ketika ada rekan-rekan yang akan melakukan bedah rumah dan kami siap membantu, tenaga, pikiran, agar ini terealisasi secepatnya. Kita siap berapa orang yang dibutuhkan, mau sebanyak-banyaknya pun boleh. Yang penting, apalagi ini rumah pak ustadz yang selama ini banyak berjasa ke warga di sini, kita sangat mendukung dan ingin agar secepatnya terbangun,” tegasnya.
Untuk membangun kembali rumah Ustadz Wahyudin dengan bangunan tembok permanen, menurut penghitungan tukang bangunan setempat, diperlukan dana sekitar 60 juta rupiah.
PEDULI BENCANA, AYO BANGUN RUMAH PENGAJIAN USTADZ WAHYUDIN
Beban musibah yang menimpa Ustadz Wahyudin dan para santrinya adalah beban kita juga. Karena persaudaraan setiap Muslim ibarat satu tubuh. Jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh lainnya otomatis terganggu karena merasakan kesakitan juga.
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ، مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى.
“Perumpamaan kaum mukminin dalam cinta-mencintai, sayang-menyayangi dan bahu-membahu, seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga, dengan tidak bisa tidur dan demam” (Muttafaq ‘Alaih).
مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُنْيَا نَفَّسَ الله عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَومَ القِيَامَةِ و مَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ الله عَلَيهِ في الدُنيَا و الأَخِرَةٍ و مَن سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ الله في الدُنيَا و الأَخِرَةٍ و الله في عَونِ العَبْدِ ما كان العَبْدُ في عَونِ أَخِيهِ
“Barangsiapa menghilangkan kesulitan seorang mukmin di dunia, maka Allah akan melepaskan kesulitannya pada hari kiamat. Barangsiapa memudahkan orang yang tengah dilanda kesulitan, maka Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat. Dan Allah senantiasa membantu seorang hamba selama hamba tersebut senantiasa membantu saudaranya…” (HR Muslim).
Seberapa pun infaq yang diberikan untuk membangun rumah taklim Ustadz Wahyudin, semoga para donatur akan mendapat pahala 700 kali lipat (Al-Baqarah 261), diganjar dengan 700 onta pada hari kiamat (HR Muslim no 1892), dan membuka peluang masuk surga dari pintu sedekah (HR Bukhari no 1897 & Muslim no 1027).
Semoga dari setiap aktivitas dakwah dan majelis ilmu di rumah tersebut, pahalanya selalu mengalir kepada para donatur, sepadan dengan pahala orang yang mengajarkan ilmu yang didapat.
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
“Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya” (HR Muslim no. 1893).
Bunga-bunga kasih kepedulian kaum Muslimin sangat dibutuhkan untuk membantu pembangunan rumah dan majelis taklim Ustadz Wahyudin. Rumah ini sangat dibutuhkan warga setempat, agar kelak tumbuh menjadi generasi dakwah Islam.
Donasi program Bedah Rumah Ustadz Korban Banjir bisa disalurkan ke rekening IDC:
- Bank Muamalat, No.Rek: 34.7000.3005 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank BNI Syariah, No.Rek: 293.985.605 a.n: Infaq Dakwah Center.
- Bank Mandiri Syari’ah (BSM), No.Rek: 7050.888.422 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank Bukopin Syariah, No.Rek: 880.218.4108 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank BTN Syariah, No.Rek: 712.307.1539 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank Mega Syariah, No.Rek: 1000.154.176 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank Mandiri, No.Rek: 156.000.728.7289 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank BRI, No.Rek: 0139.0100.1736.302 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank CIMB Niaga, No.Rek: 80011.6699.300 a.n Yayasan Infak Dakwah Center.
- Bank BCA, No.Rek: 631.0230.497 a.n Budi Haryanto (Bendahara IDC).