JEPARA (InfaqDakwahCenter.com) – Ustadz Iqbal Husni Al Fadhil (19), pengajar di pondok pesantren Al-Muttaqin, Jepara, Jawa Tengah alami kecelakaan tunggal, butuh bantuan.
Sejak SMP, Ustadz Iqbal telah menuntut ilmu di pesantren Al-Muttaqin. Separuh hidupnya dihabiskan di pesantren yang banyak mencetak kader para aktivis Islam itu. Setelah lulus, saat yang tepat baginya untuk bersyukur kepada Allah atas anugerah ilmu yang diberikanNya, ia berusaha mengamalkan ilmu dien yang didapatnya dengan mengajar adik-adik kelasnya di pesantren.
“Iqbal itu orangnya pendiam, pokoknya dia nggak neko-neko meskipun dia orang asli Jepara. Saya pernah jadi teman sekelasnya,” kata Muslim Cahyo, wartawan sekaligus editor video di sebuah media Islam yang saat itu menemani perjalanan relawan Infaq Dakwah Center (IDC), dari kota Solo ke Jepara, pada Rabu (13/4/2016).
Hari demi hari dilaluinya seperti biasa, aktivitasnya membina para santri dan mengajar menjadi kesibukannya. Baginya, nikmat mana lagi yang hendak didustakan, bekerja sekaligus mendapatkan investasi pahala yang mengalir, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Apabila salah seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah segala amalannya kecuali tiga perkara; sedekah jariyah, ilmu yang bermanfa’at baginya dan anak shalih yang selalu mendoakannya.” (HR Muslim).
Kota Jepara hampir setiap hari diguyur hujan deras, hujan mulai sejak siang hingga malam hari tak juga reda. Namun begitu, Ustadz Iqbal Husni Al Fadhil, bukan orang yang lemah semangat, keistiqomahannya untuk mengajar di pesantren Al-Muttaqin, tak luntur hanya dengan guyuran hujan.
Seperti hari-hari biasanya, Iqbal, sang ustadz muda nan masih lajang itu bersama rekan-rekannya suka menghadiri kegiatan kegamaan di luar pesantren.
Namun qadarullah, belum sempat ia merealisasikan niat baiknya, ujian Allah pun datang. Ketika mengendarai sepeda motor bersama salah seorang rekanya, ia mengalami kecelakaan tunggal pada Kamis (7/4/2016), ba’da shalat zhuhur sekitar pukul 13.00 WIB.
Saat itu, posisi Ustadz Iqbal berada di belakang (membonceng) rekannya yang di depan, ketika kondisi hujan lebat.
Belum lama keluar dari gerbang Pondok Pesantren Al-Muttaqin, terdengar suara cukup keras. Ternyata Ustadz Iqbal dan salah seorang rekannya terjatuh dari motor. Motor yang dikendari keduanya menghantam tumpukan sisa batu pondasi di pinggir jalan.
Helm yang di kenakan rekannya masih terpasang di kepala akan tetapi helm yang dikenakan Ustadz Iqbal terlepas dari kepalanya, ketika kepalanya membentur batu.
Para asatidz bersama warga di sekitar pesantren, terkejut melihat peristiwa itu. Mereka pun berduyun-duyung melakukan pertolongan dengan segera.
Ustadz Iqbal Husni, mengalami ciderà yang cukup menyita perhatian. Pasalnya, ketika dalam perjalanan ia sempat muntah-muntah, sesampainya di RSI Sultan Hadirin Jepara, ia langsung dirawat di UGD.
Setelah berjalannya waktu, pihak keluarga merasa tidak puas dengan hasil yang di peroleh di RSI Sultan Hadirin, karena tak mendapatkan perubahan yang signifikan. Maka keluarga sepakat untuk merujuk Ustadz Iqbal ke Rumah Sakit Kartini, Jepara.
Dokter di Rumah Sakit Kartini, menyampaikan diagnosa bahwa Ustadz Iqbal mengalami pendarahan yang sangat serius di kepala, di otak bagian kiri.
“Diagnosanya pembuluh darah di otak ada yang luka, ada pendarahan di kepala di bagian samping kiri dalam. Sekarang sudah tujuh hari dirawat di RS Kartini. Ditangani sama dokter saraf. Kata dokter harus dirawat perkiraan sampai dua minggu, lalu kontrol secara rutin selama dua bulan dan berobat jalan selama enam bulan,” kata Sugiyono (50), ayahanda Ustadz Iqbal, kepada relawan IDC di RS Kartini pada Kamis (14/4/2016).
Pihak keluarga tak ingin mengambil tindakan operasi terhadap Ustadz Iqbal, sebab menurut mereka, dikhawatirkan resiko yang lebih besar. Meskipun berhasil pasca operasi, saraf lainnya kemungkinan besar juga terganggu dan bisa menderita amnesia.
Kini Ustadz Iqbal masih tergolek lemah, menjalani perawatan intensif di RS Kartini, Ruang Dahlia Kelas Tiga.
Kondisi Ustadz Iqbal sangat memprihatinkan, ia sempat koma berhari-hari. Separuh tubuhnya bagian kanan pun tak bisa digerakkan, seperti orang yang mengalami stroke. Selain itu, Ustadz Iqbal pun tak mampu berbicara, buang air kecil pun harus menggunakan selang (kateter).
Menurut Sugiyono, pihak keluarga sangat shock, melihat kondisi Iqbal seperti ini. Sebab, anak ketiga dari enam bersaudara itu di mata keluarga merupakan anak yang sholih. Bahkan ia memiliki rencana ke depan untuk kuliah di Surabaya.
“Dia anaknya pendiam, anak paling nurut di keluarga,” ujar pria yang sehari-hari bekerja sebagai buruh meubel ini.
Hal yang sama dirasakan pula Muntabiah (43), ibunda Ustadz Iqbal. Ia sering menangis melihat kondisi putranya.
“Kalau lagi sendiri ya suka nangis, netesin air mata,” tuturnya pada kesempatan yang sama.
Pihak keluarga berharap, doa dari kaum Muslimin dan bantuan para muhsinin guna membiayai pengobatan Ustadz Iqbal.
“Mohon doanya, hanya doa orang-orang shalih yang bisa memberi keajaiban yang Allah akan berikan nanti buat kesembuhan iqbal,” inilah kata-kata yang sering disampaikan Ibu Muntabiah demi kesembuhan anaknya.
PEDULI KASIH SESAMA MUSLIM
Kabar sakitnya Ustadz Iqbal menjadi keprihatinan bagi kaum Muslimin. Untuk itulah IDC berinisiatif menggalang dana untuk biaya berobat Ustadz Iqbal selama dirawat di Rumah Sakit.
Sebab, penderitaan seorang muslim, apalagi ia seorang ustadz yang mendidik para santri di pesantren, merupakan penderitaan kita pula. Wajib bagi kaum Muslimin lainnya untuk membantu meringankan penderitaan tersebut. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ، مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى.
“Perumpamaan kaum mukminin dalam cinta-mencintai, sayang-menyayangi dan bahu-membahu, seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga, dengan tidak bisa tidur dan demam” (Muttafaq ‘Alaih).
Dengan membantu saudara kita yang tertimpa musibah, insya Allah akan mendatangkan keberkahan, kemudahan dan pertolongan Allah di dunia dan akhirat. Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُنْيَا نَفَّسَ الله عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَومَ القِيَامَةِ, و مَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ الله عَلَيهِ في الدُنيَا و الأَخِرَةٍ, و مَن سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ الله في الدُنيَا و الأَخِرَةٍ, و الله في عَونِ العَبْدِ ما كان العَبْدُ في عَونِ أَخِيهِ
“Barangsiapa menghilangkan kesulitan seorang mukmin di dunia, maka Allah akan melepaskan kesulitannya pada hari kiamat. Barang siapa memudahkan orang yang tengah dilanda kesulitan, maka Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat. Dan Allah senantiasa membantu seorang hamba selama hamba tersebut senantiasa membantu saudaranya…” (HR Muslim).
Donasi untuk membantu biaya pengobatan Ustadz Iqbal bisa disalurkan dalam program Infaq Darurat IDC:
- Bank Muamalat, No.Rek: 34.7000.3005 a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank BNI Syari’ah, No.Rek: 293.985.605 a/n: Infaq Dakwah Center.
- Bank Mandiri Syariah (BSM), No.Rek: 7050.888.422 a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank Mandiri, No.Rek: 156.000.728.728.9 a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank BRI, No.Rek: 0139.0100.1736.302 a/n: Yayasan Infak Dakwah Center.
- Bank CIMB Niaga, No.Rek: 675.0100.407.006 a.n Yayasan Infak Dakwah Center.
- Bank BCA, no.rek: 631.0230.497 a/n Budi Haryanto (Bendahara IDC).
CATATAN:
- Demi kedisiplinan amanah dan untuk memudahkan penyaluran agar tidak bercampur dengan program lainnya, tambahkan nominal Rp 3.000 (tiga ribu rupiah). Misalnya: Rp 1.003.000,- Rp 503.000,- Rp 203.000,- Rp 103.000,- 53.000,- dan seterusnya.
- Bila biaya pengobatan sudah tercukupi, maka donasi dialihkan untuk program IDC lainnya.
- Info: 08567.700020 – 08999.704050
PIN BB: 2AF8061E; BBM CHANNEL: C001F2BF0.