CIBINONG, (Panjimas.com) – Sudah dua pekan Muhammad Yahya dirawat di klinik spesialis patah tulang Cimande, Bogor, Jawa Barat. Muallaf keturunan Tionghoa bernama asli Wong Wee Han ini dirawat intensif karena mengalami patah tulang akibat kecelakaan kerja, pertengahan Januari 2016 lalu.
Saat mengabdi di sebuah pesantren di kawasan Cibinong, Yahya mengganti bola lampu pesantren yang rusak dengan menaiki tangga. Naasnya, tangga itu terpeleset dan ia pun terjatuh dengan posisi jatuh paha kiri duluan. Akibatnya ia tak bisa berjalan maupun berdiri.
Ia pun segera dilarikan ke RSUD Cibinong. Dokter yang memeriksa menyatakan Yahya patah tulang di paha kaki kirinya, dan disarankan untuk ditangani di bagian ortopedi. Namun karena kendala biaya, Yahya memilih dirawat di rumah dengan terapi tukang urut tradisional terdekat.
Namun setelah satu bulan berlalu tidak banyak perubahan malahan paha kiri makin kelihatan bengkak. Setelah mencari-cari klinik patah tulang di internet, ia memutuskan untuk berobat rawat inap ke klinik Haji Ujang Budi Sobandi, spesialis pengobatan tulang patah dan syaraf kejepit di Talang 2, Cimande Bogor Jawa Barat.
Alhamdulillah ia mengalami kemajuan yang signifikan. Tapi ia bingung dengan pembiayaan pengobatan sebesar Rp 1.300.000 perpekan. Untuk pengobatan hingga sembuh, ia perlu terapi beberapa pekan dan perlu biaya sekitar enam juta rupiah. Dari mana ia mendapatkan dana sebesar itu?
Saat dibesuk Relawan IDC, Yahya yang sedang tergeletak di salah satu kamar pasien klinik tulang Haji Ujang Budi. Pemuda kelahiran Bireun 27 Juli 1988 itu kaget dan sangat senang dikunjungi Relawan IDC. Ia menceritakan asal-muasal pertemuannya via online dengan IDC.
“Waktu itu saya tidak bisa tidur mas. Saya harus gimana lagi bingung bagaimana membayar biaya pengobatan di sini. Saya masuk ke sini dengan bekal uang cuma 300 ribu. Ssaya ingat pernah baca di internet tentang IDC dan program muallafnya. Sebelum subuh, sekitar jam 4 pagi saya hubungi saja nomor kontak IDC dan langsung direspon,” kenangnya.
Usai menerima pengaduan dengan data-data yang lengkap, pagi itu juga Direktur IDC menugaskan relawan untuk segera melakukan pengecekan ke lokasi.
Memburu Hidayah Sejak Kelas 1 SMA
Keinginan Muhammad Yahya Wong Wee Han untuk masuk Islam, mulai tumbuh sejak kelas 1 SMA Lhokseumawe, Aceh. Meski ayahnya, The Yen Sung mendidiknya dalam ajaran Budha, tapi di sekolah Yahya berinteraksi dengan teman-teman yang mayoritas muslim.
Lingkungan sekolah yang kental keislaman ini dimanfaatkan sebaik mungkin untuk banyak belajar, bertanya, dan mengikuti perkembangan berita Islam. Pencerahan imannya dalam Islam semakin subur bila ia mendengar lantunan azan shubuh yang dikumandangkan di Masjid Agung tak jauh dari rumahnya.
Ketika keyakinannya sudah mantap, ia pun mengikrarkan dua kalimat syahadat dibimbing Tengku H Syech Muhajir di Masjid Agung Peukan Langsa Aceh, (8/10/2010. Tak lama setelah bersyahadat, berita keislaman Yahya dipublis di koran lokal Serambi Indonesia.
“Mendengar azan subuh di masjid Agung, hati saya terasa damai. Sudah tidak tahan saya langsung menyatakan kepada ustadz setempat ingin mengucapkan syahadat. Dengan perasaan haru dan hati terasa sejuk setelah saya resmi menjadi muslim,” paparnya kepada Relawan IDC yang membesuknya.
Peduli Kasih untuk Muallaf
Beban musibah yang dipikul muallaf Yahya Wong Wee Han adalah beban kita semua, karena persaudaraan setiap Muslim ibarat satu tubuh. Jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh lainnya otomatis terganggu karena merasakan kesakitan juga. Terlebih, dengan status muallaf, dia menjadi salah satu asnaf yang berhak menerima zakat (At-Taubah 60).
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
“Perumpamaan kaum mukminin dalam cinta-mencintai, sayang-menyayangi dan bahu-membahu, seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga, dengan tidak bisa tidur dan demam” (Muttafaq ‘Alaih).
Infaq untuk membantu meringankan beban muallaf ini insya Allah akan mengantarkan menjadi pribadi beruntung yang berhak mendapat kemudahan dan pertolongan Allah Ta’ala. Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ نَـفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُـرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا، نَـفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُـرْبَةً مِنْ كُـرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَـى مُـعْسِرٍ، يَسَّـرَ اللهُ عَلَيْهِ فِـي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ
“Barangsiapa menghilangkan kesulitan seorang mukmin di dunia, maka Allah akan melepaskan kesulitannya pada hari kiamat. Barang siapa memudahkan orang yang tengah dilanda kesulitan, maka Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat…” (HR Muslim).
Infaq untuk membantu biaya pengobatan muallaf ini bisa disalurkan dalam program Peduli Kasih Muallaf:
- Bank Muamalat, No.Rek: 34.7000.3005 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank BNI Syariah, No.Rek: 293.985.605 a.n: Infaq Dakwah Center.
- Bank Mandiri Syar’iah (BSM), No.Rek: 7050.888.422 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank Mandiri, No.Rek: 156.000.728.7289 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank BRI, No.Rek: 0139.0100.1736.302 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank CIMB Niaga, No.Rek: 675.0100.407.006 a.n Yayasan Infak Dakwah Center.
- Bank BCA, No.Rek: 631.0230.497 a.n Budi Haryanto (Bendahara IDC)
CATATAN:
- Demi kedisiplinan amanah dan untuk memudahkan penyaluran agar tidak bercampur dengan program lainnya, tambahkan nominal Rp 9.000 (sembilan ribu rupiah). Misalnya: Rp 1.009.000,- Rp 509.000,- Rp 209.000,- Rp 109.000,- 59.000,- dan seterusnya.
- Laporan penyaluran dana akan disampaikan secara online di: infaqdakwahcenter.com.
- Bila biaya pengobatan sudah tercukupi/selesai, maka donasi dialihkan untuk program IDC lainnya.
- Info: 08999.704050, 08567.700020; PIN BB: 2AF8061E; BBM CHANNEL: C001F2BF0