Keceriaan Ardias Pratama tiba-tiba sirna, saat naik sepeda di dekat rumahnya, ia tertabrak truk kontainer. Kaki kiri dan organ vitalnya remuk terlindas. Sangat memprihatinkan dan butuh bantuan cepat untuk biaya pengobatan dan alat bantu berupa kursi roda, tongkat dan kaki palsu.
CIBITUNG (Panjimas.com) – Biasanya bocah berumur 10 tahun yang duduk di kelas 5 SD ini ceria bermain dengan teman-teman sebayanya.
Ahad (18/10/2015), menjadi hari yang malang baginya. Sebuah truk kontainer menabrak Ardias yang sedang mengendarai sepeda di dekat rumahnya di daerah Cibitung, Kabupaten Bekasi. Bagian tubuhnya dari pinggul ke bawah terlindas kendaraan berat itu, kakinya remuk termasuk organ vitalnya.
Kini, Ardias harus menjalani amputasi seluruh kaki sebelah kiri dan sebagian kaki kanan sampai betis. Kemudian perbaikan dari ruptur arteri iliaka, rekonstruksi organ vital, juga pendarahan yang terjadi harus diatasi, begitu juga dengan sisa kaki kanan yang mengalami fraktur.
Kedua orang tua Ardias, Bapak Ucin Rukmana dan Nunung Nurseha begitu sedih menghadapi musibah yang dialami putra sulungnya itu.
Tak hanya itu, kondisi orang tua Ardias yang berprofesi sebagai pedagang warung kelontong, harus berpikir keras darimana ia bisa memenuhi biaya operasi anaknya. Miris, meski dalam kondisi dhuafa, ia berusaha pontang-panting, hingga biaya operasi sebesar Rp 62.000.000,- ia dapatkan dari hasil berhutang dan bantuan dari berbagai pihak.
Usai menjalani operasi, kondisi Ardias masih menjalani perawatan intensif di ruang ICU Rumah Sakit UKI, Cawang, Jakarta Pusat.
Ahad sore (25/10/2015), Relawan IDC pun menjenguk Ardias. Relawan IDC bertemu dengan kedua orang tua Ardias. Memprihatinkan, demi menjaga dan mendampingi putra tercinta yang tengah tergolek sakit, mereka hanya mampu tinggal di ruang tunggu rumah sakit yang pengap.
“Kondisi Ardias sudah dioperasi, sudah baik dan stabil,” kata Ibu Nunung kepada relawan IDC yang menjenguk.
Lebih lanjut, yang membuat keluarga salut adalah kondisi Ardias yang tetap dalam kondisi kesadaran yang baik saat kecelakaan dan paskaoperasi.
Namun di sisi lain, ia harus berupaya keras untuk memulihkan trauma, pasalnya Ardias hingga kini belum tahu/sadar jika kakinya telah diamputasi.
…Bagian tubuhnya dari pinggul ke bawah terlindas kendaraan berat itu, kakinya remuk termasuk organ vitalnya…
“Semenjak kecelakaan dan operasi dia sadar, ngga nangis, ngga apa, kuat. Paling ngadepin situasi nanti, dia kan belum tahu kondisi kakinya diamputasi karena ngga bisa ditolong, dua-duanya diamputasi,” jelasnya.
Sementara itu, Bapak Ucin mengaku tak tega melihat kondisi Ardias saat kecelakaan, lantaran begitu parahnya waktu itu.
Sebagai kepala keluarga, kini yang ia pikirkan adalah bagaimana agar anaknya mendapatkan perawatan yang maksimal dan biaya berobat selanjutnya selama di rumah sakit.
Padahal, semenjak anaknya sakit, usaha warung kelontong terpaksa tutup, karena tak ada yang menggantikannya berdagang.
“Sekarang biaya operasi sudah tertutupi, tapi biaya perawatannya, untuk beli obat dan transfusi darah. Apalagi, dokter ngga bisa nentuin kapan bisa pulang,” tuturnya lirih.
Selain itu, paska perawatan di rumah sakit, Ardias harus berdaptasi dengan kondisinya saat ini yang mengalami cacat permanen, sehingga membutuhkan alat bantu.
“Kata dokter masih bisa diusahakan pakai kaki palsu,” imbuhnya.
Saat dijenguk, Ardias terlihat lemah. Selang infus dan oksigen terpasang di tubuhnya, sementara alat pemantau denyut jantung terdengar lirih. Kakek dan nenek Ardias tak henti-hentinya mendoakan cucu tercinta. Dengan pengawasan ketat dari petugas satpam, pembesuk diatur masuk bergantian dan dilarang mengambil gambar.
Sebelum berpamitan, pada kesempatan tersebut, relawan IDC juga menyerahkan bantuan tahap awal kepada orang tua Ardias, sebesar Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah).
…Kondisi Ardias Pratama sangat memprihatinkan dan butuh bantuan cepat untuk biaya rumah sakit dan alat bantu berupa kursi roda, tongkat dan kaki palsu…
PEDULI KASIH SESAMA MUSLIM
Kondisi Ardias Pratama sangat memprihatinkan dan butuh bantuan cepat untuk biaya pengobatan/opname selama di rumah sakit dan alat bantu berupa kursi roda, tongkat dan kaki palsu.
Musibah yang dialami Ardias adalah penderitaan kita juga. Karena persaudaraan setiap Muslim ibarat satu tubuh. Jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh lainnya otomatis terganggu karena merasakan kesakitan juga.
“Perumpamaan kaum mukminin dalam cinta-mencintai, sayang-menyayangi dan bahu-membahu, seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga, dengan tidak bisa tidur dan demam” (Muttafaq ‘Alaih).
Dengan membantu saudara kita yang tertimpa musibah, insya Allah akan mendatangkan keberkahan, kemudahan dan pertolongan Allah di dunia dan akhirat. Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa menghilangkan kesulitan seorang mukmin di dunia, maka Allah akan melepaskan kesulitannya pada hari kiamat. Barang siapa memudahkan orang yang tengah dilanda kesulitan, maka Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat…” (HR Muslim).
Donasi untuk membantu ananda Ardias Pratama bisa disalurkan melalui program Infaq Darurat IDC:
- Bank Muamalat, No.Rek: 34.7000.3005 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank BNI Syariah, No.Rek: 293.985.605 a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank Mandiri Syar’iah (BSM), No.Rek: 7050.888.422 a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank Mandiri, No.Rek: 156.000.728.7289 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank BRI, No.Rek: 0139.0100.1736.302 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank CIMB Niaga, No.Rek: 675.0100.407.006 a.n Yayasan Infak Dakwah Center.
- Bank BCA, No.Rek: 631.0230.497 a.n Budi Haryanto (Bendahara IDC)
CATATAN:
- Demi kedisiplinan amanah dan untuk memudahkan penyaluran agar tidak bercampur dengan program lainnya, tambahkan nominal Rp 3.000 (tiga ribu rupiah). Misalnya: Rp 1.003.000,- Rp 503.000,- Rp 203.000,- Rp 103.000,- 53.000,- dan seterusnya.
- Bila biaya pengobatan sudah tercukupi/selesai, maka donasi dialihkan untuk program IDC lainnya.
- Info: 08567.700020 – 08999.704050
- PIN BB: 2AF8061E; BBM CHANNEL: C001F2BF0.