BOGOR (Panjimas.com) – Alhamdulillah, amanah para donatur IDC untuk membantu muallaf Ennyke Uliartha Hutajulu telah ditunaikan. Total donasi sebesar Rp 24.180.000,- (dua puluh empat juta seratus delapan puluh ribu rupiah) diserahkan kepada muallaf bermarga Batak ini untuk keluar dari keterpurukan ekonomi dan musibah.
Selain untuk modal usaha, dana tersebut dimanfaatkan untuk melunasi tunggakan biaya sekolah anak-anaknya (Rp 1.500.000), tunggakan biaya kontrakan rumah (Rp 900.000), dan biaya pengobatan Saiful Miqdar, anaknya yang mengalami patah tangan dan kaki jadi korban tabrak lari (Rp 11.780.000).
Biaya pengobatan Saiful Miqdar diserahkan langsung ke klinik Haji Ujang Budi, spesialis patah tulang yang tersohor di Cimande. Usai menjemput dari klinik tulang, Relawan IDC membelikan tongkat untuk membantu aktivitas Saiful. Selain itu, Relawan IDC juga membayar biaya kontrakan yang menunggak. IDC juga melunasi biaya ujian akhir putra sulung ibu Enny yang duduk di bangku kelas 3 SMP sebesar Rp 1.500.000,-
Sisanya, bantuan sebesar 10 juta rupiah dimanfaatkan untuk membuka usaha kuliner di pusat jajan tak jauh dari rumahnya. “Rencananya mau jualan soto sama makanan matang seperti gudeg, krecek, ikan tongkol dan lain-lain,” ujarnya.
Untuk lokasi tempat usaha, Ibu Enny akan kerjasama dengan pengelola sebuah kedai makanan Food Court (Pujasera, pusat jajan serba ada) yang menawarkan berbagai menu makanan.
“Mau jualan sama pujasera, dengan cara bagi hasil 75% untuk saya dan 25% untuk pengelola, supaya meminimalisir modal, jadi tak perlu sewa tempat. Bagi hasilnya nanti dua minggu sekali, di situ mudah-mudahan bisa lancar buka usaha. Paling kita tambah beli perabot aja sama beli bahan baku,” ujarnya.
…Saya ucapkan terima kasih, saya sudah dibantu modal usaha. Anak-anak saya juga sudah dibantu, semoga Allah membalas pahala di akhirat, dan kebaikan yang melimpah…
Ibu Ennyke, mengucapkan rasa syukur yang mendalam atas bantuan yang diterimanya, ia pun mendoakan para muhsinin kelak mendapatkan balasan kebaikan yang melimpah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
“Saya ucapkan terima kasih, saya sudah dibantu modal usaha. Anak-anak saya juga sudah dibantu, semoga Allah membalas pahala di akhirat, dan kebaikan yang melimpah,” ujarnya di rumahnya, Ciawi, Bogor.
Sang suami, Kang Asep Saifuddin tak bisa mengikuti serah terima dana, karena sedang tugas supir bus malam.
Seluruh relawan IDC juga mengucapkan terima kasih atas amanah yang dipercayakan kepada kami, semoga Allah Ta’ala senantiasa memberikan keberkahan atas amal shalih para muhsinin.
MASUK ISLAM TERSENTUH SURAT AL-FATIHAH
Seperti diberitakan sebelumnya, kondisi muallaf bermarga Batak ini begitu sulit. Ketika ekonomi terpuruk karena pekerjaan suami tak menentu, sang anak patah tangan dan kaki jadi korban tabrak lari. Ia butuh biaya pengobatan dan modal usaha. Di tengah ujian hidup yang menghimpit, ia ditawari bantuan modal usaha dengan syarat kembali memeluk agama Kristen.
Muallaf mantan jemaat Gereja HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) Cempaka Putih Jakarta ini masuk Islam bermula dari ketertarikan terhadap surat Al-Fatihah. Saat di sekolah surat Al-Fatihah yang biasa dibaca dan dihafal kawan-kawannya itu menggetarkan hatinya. Meski belum paha makna surat Al-Fatihah, Enny sangat suka mendengarkan lantunan surat Al-Fatihah.
Setiap mendengar lantunan surat Al-Fatihah, Enny merasakan ada aliran ketenangan, kebahagiaan dan kedamaian di hatinya.
“Waktu itu meskipun saya agama Kristen, tapi belum ada guru agama Kristen. Ketika pelajaran agama Islam saya ikut masuk dengarkan guru mengajar. Dari situlah saya tertarik ketika mendengar surat Al-Fatihah,” ujarnya.
Selama masa pencarian, selain bertanya kepada teman-temannya, ia juga banyak belajar Islam dari ceramah di radio. Beberapa tahun kemudian Enny mengukuhkan tekadnya, hijrah menjadi Muslimah, bermula dari ketakjubannya terhadap Al-Fatihah, surat dalam Al-Qur’an yang paling masyhur dan dikenal oleh seluruh kaum muslimin.
Surat ini juga dinamakan Ummul Qur’an (induk Al-Quran) atau Ummul Kitab (induk Al-Kitab) karena merupakan induk atau intisari dari semua kandungan Al-Quran. Allah juga menamakan surat Al-Fatihah dengan Al-Qur’an Al-Azhim, karena kandungan Al-Fatihah meliputi segala perkara yang dikandung oleh Al-Qur’an Al-Azhim secara global.
Al-Fatihah disebut dengan cahaya (nur), karena di dalamnya terdapat petunjuk bagi seorang muslim dalam segala urusan. Jika dikaji secara mendalam, maka didapatkan banyak faedah, petunjuk, mutiara hikmah, dan pelita yang menerangi kehidupan.
…Muallaf mantan jemaat Gereja HKBP ini masuk Islam karena tersentuh surat Al-Fatihah. Saat mendengar lantunan surat Al-Fatihah, Enny merasakan ada aliran kedamaian di hatinya…
Perjuangannya menggapai hidayah Ilahi tidak berhenti di pensyahadatan. Bukan perkara mudah bagi Enyke untuk berjuang mempertahankan aqidah Islam yang baru dianutnya. Sebagai seorang Kristen taat, sang ayah naik pitam, tak bisa menerima kenyataan putrinya masuk Islam. Enny pun dicoret dari anggota keluarga dan diusir dari rumah.
“Goncangan yang saya terima cukup berat, tapi inilah jalan hidup saya. Papa tidak mau terima saya sebagai anak. Saya diusir dan dicoret dari keluarga. Waktu kecelakaan papa saya dijemput kakak saya untuk nengok papa, tapi yang dikatakan papa waktu saya masuk ke ruangan rumah sakit, “Ngapain kamu ke sini? Sudah papa coret kamu dari keluarga, bukan anak papa lagi kamu.” Dan itu sikap papa sampai dia meninggal,” kenangnya.
TERJEPIT EKONOMI, DIIMING-IMINGI BANTUAN DENGAN SYARAT KEMBALI KRISTEN
Tahun 1996 Enny dipersunting Kang Asep Saifuddin, pria Sunda asal Cianjur yang berprofesi sebagai sopir angkutan. Dalam rumah tangga yang sangat sederhana di rumah kontrakan yang berpindah-pindah, Allah mengaruniakan lima anak: Glendiano Stanley (15), Saipul Mikdar (13), Annisa Lufia (11), Nabila Sabrina (8) dan Nuraini (6).
Anak kedua putus sekolah, anak pertama sekolah di SMP, anak ketiga dan keempat sekolah SD, sedangkan anak yang terakhir belum sekolah.
Belakangan, kondisi ekonomi keluarga Enny ini makin sulit. Karena orderan sopir sepi tak menentu, suaminya pun kerja serabutan sebagai buruh kasar. Kalau tidak ada pekerjaan, sering menganggur di rumah.
Untuk menutupi kebutuhan keluarga, Enny membantu mencari nafkah menjadi pedagang keliling berjalan kaki menjajakan kue dan buku-buku Islam. Selain itu, Glendiano, anak pertamanya masih duduk di bangku SMP juga mencari nafkah keluarga menjadi sopir angkot sepulang sekolah hingga jam 12 malam. Namun penghasilannya yang tidak menentu juga belum cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Kesulitan ekonomi ini diperparah setelah putra keduanya, Saiful Miqdar tertimpa musibah, jadi korban tabrak lari pada Kamis (12/2/2015). Kecelakaan ini mengakibatkan patah tangan dan kaki sehingga butuh biaya yang besar.
Setelah dilarikan ke rumah sakit Ciawi Bogor, Saiful harus dioperasi. Tapi karena ketiadaan biaya dan kendala BPJS, dua hari setelah dirawat Saiful pun dibawa pulang ke rumah. Jangankan untuk biaya berobat sang anak, untuk makan sehari-hari saja kesulitan.
…Di tengah ujian hidup yang menghimpit, Enny ditawari bantuan modal usaha dengan syarat kembali memeluk agama Kristen…
Di tengah ujian hidup yang menghimpit, salah seorang adik kandung Enyke yang beragama Kristen menawarkan bantuan modal usaha. Tapi bantuan ini tidak gratis, akidah jadi taruhannya. Enyke diminta kembali memeluk agama Kristen bila mau dibantu. Bantuan bersyarat aqidah itu pun ditolak mentah-mentah.
“Pernah adik saya memberikan bantuan etalase dan gerobak. Beberapa kali saya diberi modal. Ternyata buntutnya saya diminta balik ke agama lama. Saya tidak mau, saya sampaikan kalau mau bantu saya terima, kalau disuruh balik ke agama semula, saya lebih baik jualan keliling lagi, silahkan ambil gerobak dan etalasenya. Jadi sampai sekarang putus lagi hubungan kami. Karena saya tidak mau menuruti permintaan adik saya,” ujarnya.
PEDULI KASIH UNTUK MUALLAF
Alhamdulillah dengan bantuan kaum muslimin sebesar 24 juta rupiah yang disalurkan melalui IDC, Enny Hutajulu bisa keluar dari problem ekonomi: pengobatan anaknya sampai sembuh, biaya sekolah anak-anaknya, biaya kontrakan, dan modal usaha kuliner.
Dengan modal usaha itu, semoga muallaf ini bisa memulai hidup mandiri tanpa bergantung pada bantuan orang lain, dan tidak jadi incaran kristenisasi lagi.
Seberapapun infaq kaum muslimin, semoga berkah, berlimpah pahala, membersihkan harta, mensucikan jiwa, membuka pintu-pintu rezeki, menolak bencana, menghapus dosa, dan jadi tiket masuk surga Firdaus.
Karena para donatur sudah membuktikan keimanannya dengan kepedulian membantu sesama mukmin.
“Perumpamaan kaum mukminin dalam cinta-mencintai, sayang-menyayangi dan bahu-membahu, seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga, dengan tidak bisa tidur dan demam” (Muttafaq ‘Alaih).
“Barangsiapa menghilangkan kesulitan seorang mukmin di dunia, maka Allah akan melepaskan kesulitannya pada hari kiamat. Barang siapa memudahkan orang yang tengah dilanda kesulitan, maka Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat…” (HR Muslim). [GA/IDC]
BERITA TERKAIT: