PURWAKARTA (Panjimas.com) – Relawan Infaq Dakwah Center (IDC), menjenguk penderita kanker hidung (Nasofaring), Bapak Wahyu Suprojo (33 tahun) di Purwakarta.
Siti Ngaisah (39 tahun) sang istri mengungkapkan sebenarnya suaminya sudah lama mengidap penyakit kanker hidung, namun hal itu tidak dirasakannya. Ia baru melarikan Wahyu ke rumah sakit ketika kondisinya semakin parah.
“Kata dokter sebenarnya penyakit itu sudah dua tahun tapi tidak dirasakan, lalu tahu-tahu ada benjolan,” kata Siti Ngaisah kepada relawan Infaq Dakwah Center (IDC), di Rumah Sakit Holistic, Purwakarta, pada Selasa (24/3/2015).
Namun, ketika itu kondisi penyakit kanker Wahyu Suprojo sudah mencapai stadium lanjut. Jangankan makan, berbicara pun sulit. Nafasnya sangat berat diiringi suara dahak (ngorok). Sesekali ia terlihat merintih dan mengeluarkan air liur dari mulutnya.
Kondisi Wahyu Suprojo yang begitu parah, menurut dokter di sebuah rumah sakit, sudah tidak bisa lagi dilakukan kemoterapi.
“Ini sudah jalan tiga minggu mulai sejak tanggal 5 Maret 2015. Suami saya belum sempat dikemo karena menurut dokter di rumah sakit tidak bisa dikemo karena kankernya sudah kena saraf,” ujarnya.
Siti Ngaisah mengungkapkan, semenjak Wahyu Suprojo sakit parah, ia tak lagi bekerja, demikian pula sang suami yang sebelumnya hanya menjadi petugas security (satpam) di sebuah perusahaan swasta.
Dengan demikian ia bersama sang suami tak lagi memiliki mata pencaharian, baik untuk nafkah keluarga, apalagi membayar biaya rumah sakit. Tagihan biaya berobat di rumah sakit sendiri saat itu sudah menggunung, yakni mencapai Rp 17.137.100,- (tujuh belas juta seratus tiga puluh tujuh seratus rupiah).
Melihat kondisinya yang memprihatinkan itu, relawan IDC yang menjenguk Wahyu Suprojo hanya bisa memberikan nasihat agar banyak beristighfar, banyak berdoa dan menjaga shalat fadhu
Selain itu relawan IDC juga menyalurkan bantuan tahap pertama untuk membantu biaya pengobatan kanker sebesar Rp 2.000.000,- (dua juta rupiah).
Rencananya, IDC akan melakukan penggalangan dana untuk membantu pengobatan Wahyu Suprojo dan disalurkan pada tahap berikutnya, namun ajal lebih dulu menjemputnya. Wahyu Suprojo meninggal dunia pada hari Kamis malam Jum’at (26/3/2015) pukul 19.30 WIB.
“Assalamu’alaikum, pak suami saya tadi meninggal jam 19.30. Urusan biaya rumah sakit saya serahkan kepada keluarga suami, insya Allah akan dimakamkan di Tegal, Jawa Tengah,” ujar Siti Ngaisah melalui pesan singkat (SMS) kepada relawan IDC.
Segenap pengurus dan relawan IDC mengucapkan bela sungkawa yang sedalam-dalamnya, semoga almarhum Wahyu Suprojo diampuni segala dosanya, diterima segala amal shalihnya dan dikumpulkan bersama orang-orang shalih di dalam surgaNya.
Kami berhusnuzhan semoga Almarhum Wahyu Suprojo meninggal dalam husnul khotimah. Di sisi lain seorang Muslim yang meninggal pada malam Jum’at atau hari Jum’at akan diselamatkan dari siksa kubur.
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ” مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَمُوتُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَوْ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ إِلَّا وَقَاهُ اللهُ فِتْنَةَ الْقَبْرِ “
Dari Abdullah bin Amru bin Ash radhiyallahu ‘anhuma dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “Tidak ada seorang muslim pun yang meninggal pada hari Jum’at atau malam Jum’at kecuali Allah akan menjaganya dari fitnah kubur.” (HR. Ahmad no. 6582 dan At-Tirmidzi no. 1074). [Ahmed Widad/IDC]