JAKARTA (Panjimas.com) – Kondisi muallaf bermarga Batak ini begitu sulit. Dalam kondisi ekonomi terpuruk karena pekerjaan suami tak menentu, sang anak patah tangan dan kaki jadi korban tabrak lari. Ia butuh biaya sekitar 19 juta rupiah untuk biaya pengobatan dan modal usaha. Di tengah ujian hidup yang menghimpit, ia ditawari bantuan modal usaha dengan syarat kembali memeluk agama Kristen.
Wanita bernama lengkap Ennyke Uliartha Hutajulu ini dilahirkan 42 tahun silam dari pasangan Mananga Hutajulu dan Clara Pangaribuan dalam keluarga besar Kristen Protestan yang taat. Sejak kecil, kedua orang tuanya mendidik dan membiasakan hidup religius, dengan aktif kebaktian di Gereja HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) di kawasan Cempaka Putih, Jakarta Timur.
Sedini mungkin kedua orang tuanya mendidiknya di sekolah Kristen. Usai tamat dari TK Kristen, ia melanjutkan sekolah ke SD Kristen. Karena beberapa alasan, akhirnya ia dipindahkan sekolah ke SD Negeri.
Saat duduk di bangku SD Negeri, wanita yang akrab disapa Enny ini banyak berinteraksi dengan kawan dan guru beragama Islam. Bermula dari pergaulan dan keakraban dengan para guru dan teman-teman sebayanya, ketertarikannya terhadap agama Islam pun mulai bersemi.
Ayat Al-Qur’an yang menggetarkan hatinya adalah surat Al-Fatihah yang biasa dibaca dan dihafal kawan-kawannya. Meski belum paha makna surat Al-Fatihah, Enny sangat suka mendengarkan lantunan surat Al-Fatihah.
“Waktu itu meskipun saya agama Kristen, tapi belum ada guru agama Kristen. Ketika pelajaran agama Islam saya ikut masuk dengarkan guru mengajar. Dari situlah saya tertarik ketika mendengar surat Al-Fatihah,” ujar Enny kepada relawan IDC, Senin (16/3/2015).
…Meskipun beragama Kristen, saat mendengar lantunan surat Al-Fatihah Enny tenang, damai dan bahagia…
Saat mendengar lantunan surat Al-Fatihah, Enny merasakan ada aliran ketenangan, kebahagiaan dan kedamaian di hatinya.
DIBUANG KELUARGA BESAR KRISTEN SETELAH MASUK ISLAM
Setamat SD, jatuh cinta pertamanya terhadap agama Islam itu sempat terputus, lantaran orang tuanya memasukkan Eny ke SMP dan SMA Katolik. Namun, ketika menginjak bangku kuliah, ia kembali berjumpa dengan keindahan Islam tatkala dirinya berinteraksi dengan sesama mahasiswa Muslim di kampusnya.
“Saya SMP sama papa dimasukkan ke sekolah swasta Katolik sampai SMA. Lalu saya kuliah di Akademi Maritim di daerah Kelapa Gading. Waktu itu saya juga belajar Islam dari teman-teman,” tuturnya.
Selama masa pencarian, selain bertanya kepada teman-temannya, ia juga banyak belajar Islam dari ceramah di radio. Beberapa tahun kemudian Enny mengukuhkan tekadnya, hijrah menjadi Muslimah, bermula dari ketakjubannya terhadap Al-Fatihah, surat dalam Al-Qur’an yang paling masyhur dan dikenal oleh seluruh kaum muslimin.
Surat ini juga dinamakan Ummul Qur’an (induk Al-Quran) atau Ummul Kitab (induk Al-Kitab) karena merupakan induk atau intisari dari semua kandungan Al-Quran. Allah juga menamakan surat Al-Fatihah dengan Al-Qur’an Al-Azhim, karena kandungan Al-Fatihah meliputi segala perkara yang dikandung oleh Al-Qur’an Al-Azhim secara global.
Al-Fatihah disebut dengan cahaya (nur), karena di dalamnya terdapat petunjuk bagi seorang muslim dalam segala urusan. Jika dikaji secara mendalam, maka didapatkan banyak faedah, petunjuk, mutiara hikmah, dan pelita yang menerangi kehidupan.
Perjuangannya menggapai hidayah Ilahi tidak berhenti di pensyahadatan. Bukan perkara mudah bagi Enyke untuk berjuang mempertahankan aqidah Islam yang baru dianutnya. Sebagai seorang Kristen taat, sang ayah naik pitam, tak bisa menerima kenyataan putrinya masuk Islam. Enny pun dicoret dari anggota keluarga dan diusir dari rumah.
“Goncangan yang saya terima cukup berat, tapi inilah jalan hidup saya. Papa tidak mau terima saya sebagai anak. Saya diusir dan dicoret dari keluarga. Waktu kecelakaan papa saya dijemput kakak saya untuk nengok papa, tapi yang dikatakan papa waktu saya masuk ke ruangan rumah sakit, “Ngapain kamu ke sini? Sudah papa coret kamu dari keluarga, bukan anak papa lagi kamu.” Dan itu sikap papa sampai dia meninggal,” kenangnya.
TERJEPIT EKONOMI, SANG ANAK JADI KORBAN TABRAK LARI
Tahun 1996 Enny dipersunting Kang Asep Saifuddin, pria Sunda asal Cianjur yang berprofesi sebagai sopir angkutan. Dalam rumah tangga yang sangat sederhana di rumah kontrakan yang berpindah-pindah, Allah mengaruniakan lima anak: Glendiano Stanley (15), Saipul Mikdar (13), Annisa Lufia (11), Nabila Sabrina (8) dan Nuraini (6).
Anak kedua putus sekolah, anak pertama sekolah di SMP, anak ketiga dan keempat sekolah SD, sedangkan anak yang terakhir belum sekolah.
Belakangan, kondisi ekonomi keluarga Enny ini makin sulit. Karena orderan sopir sepi tak menentu, suaminya pun kerja serabutan sebagai buruh kasar. Kalau tidak ada pekerjaan, sering menganggur di rumah.
Untuk menutupi kebutuhan keluarga, Enny membantu mencari nafkah menjadi pedagang keliling berjalan kaki menjajakan kue dan buku-buku Islam. Selain itu, Glendiano, anak pertamanya masih duduk di bangku SMP juga mencari nafkah keluarga menjadi sopir angkot sepulang sekolah hingga jam 12 malam. Namun penghasilannya yang tidak menentu juga belum cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Kesulitan ekonomi ini diperparah setelah putra keduanya, Saiful Miqdar tertimpa musibah, jadi korban tabrak lari pada Kamis (12/2/2015). Kecelakaan ini mengakibatkan patah tangan dan kaki sehingga butuh biaya yang besar.
Setelah dilarikan ke rumah sakit Ciawi Bogor, Saiful harus dioperasi. Tapi karena ketiadaan biaya dan kendala BPJS, dua hari setelah dirawat Saiful pun dibawa pulang ke rumah. Jangankan untuk biaya berobat sang anak, untuk makan sehari-hari saja kesulitan.
…Di tengah ujian hidup yang menghimpit, Enny ditawari bantuan modal usaha dengan syarat kembali memeluk agama Kristen…
Untuk mengobati patah tulangnya, dipilihlah terapi tradisional sangkal putung di Cimande. “Kondisi ekonomi saya memang sulit, apalagi ketika anak saya kecelakaan, saya sudah beberapa minggu tidak bisa mencari nafkah. Di Rumah Sakit Ciawi, kata diagnosa dokter anak saya harus dioperasi matanya, lalu harus rontgent karena kaki dan tangannya patah. Tapi karena saya tidak punya biaya, maka anak saya dibawa ke tukang patah tulang di Cimande,” ucapnya.
Di rumah pengobatan tradisional ini pun tidak gratis. Saat ini tagihan biaya selama 6 pekan sudah mencapai 9 juta rupiah (biaya pengobatan rawat inap perpekan Rp 1.500.000). Padahal proses pengobatan masih beberapa minggu lagi.
DIIMING-IMINGI BANTUAN DENGAN SYARAT KEMBALI KRISTEN
Di tengah ujian hidup yang menghimpit, salah seorang adik kandung Enyke yang beragama Kristen menawarkan bantuan modal usaha. Tapi bantuan ini tidak gratis, akidah jadi taruhannya. Enyke diminta kembali memeluk agama Kristen bila mau dibantu. Bantuan bersyarat aqidah itu pun ditolak mentah-mentah.
“Pernah adik saya memberikan bantuan etalase dan gerobak. Beberapa kali saya diberi modal. Ternyata buntutnya saya diminta balik ke agama lama. Saya tidak mau, saya sampaikan kalau mau bantu saya terima, kalau disuruh balik ke agama semula, saya lebih baik jualan keliling lagi, silahkan ambil gerobak dan etalasenya. Jadi sampai sekarang putus lagi hubungan kami. Karena saya tidak mau menuruti permintaan adik saya,” ujarnya.
Karena tidak punya modal awal, sampai sekarang etalase itu mangkrak di rumah kontrakannya. Padahal ia memiliki semangat juang yang besar untuk mandiri dan berwirausaha.
Untuk hidup mandiri yang lebih baik dan demi masa depan pendidikan anak-anaknya, rencananya setelah pengobatan anaknya selesai, Enny akan membuka usaha kuliner bakso atau makanan siap saji. Tapi ia terkendali dana untuk modal usaha sekitar 10 juta rupiah.
“Saya ingin usaha, saya ingin jualan bakso dan makanan matang. Sayang soalnya gerobak dan etalasenya jika tidak dimanfaatkan. Hanya saya tidak ada dana untuk modal dan sewa tempat. Suami saya kadang tidak bekerja, kalaupun kerja tidak mencukupi, mau tak mau saya harus berusaha cari nafkah,” tuturnya.
PEDULI KASIH UNTUK MUALLAF
Menurut Relawan IDC yang melakukan survey ke Bogor, dalam kondisi yang serba sulit saat butuh biaya pengobatan, Enny Hutajulu susah bangkit dari keterpurukan jika tidak ada suntikan dana.
Beban berat yang harus dipikul Enny Hutajulu adalah beban kita juga. Karena persaudaraan setiap Muslim ibarat satu tubuh. Jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh lainnya otomatis terganggu karena merasakan kesakitan juga.
“Perumpamaan kaum mukminin dalam cinta-mencintai, sayang-menyayangi dan bahu-membahu, seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga, dengan tidak bisa tidur dan demam” (Muttafaq ‘Alaih).
Infaq untuk membantu meringankan beban muallaf ini insya Allah akan mengantarkan menjadi pribadi beruntung yang berhak mendapat kemudahan dan pertolongan Allah Ta’ala. Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa menghilangkan kesulitan seorang mukmin di dunia, maka Allah akan melepaskan kesulitannya pada hari kiamat. Barang siapa memudahkan orang yang tengah dilanda kesulitan, maka Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat…” (HR Muslim).
Donasi yang diinfakkan untuk keluarga Enny Hutajulu dan keluarganya sangat diharapkan. Selain membantu dua orang muallaf, juga membantu masa depan lima generasi anak-anak sang muallaf.
Infaq untuk membantu muallaf Enny Hutajulu bisa disalurkan dalam program Infaq Produktif IDC:
- Bank Muamalat, No.Rek: 34.7000.3005 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank BNI Syariah, No.Rek: 293.985.605 a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank Mandiri Syar’iah (BSM), No.Rek: 7050.888.422 a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank Mandiri, No.Rek: 156.000.728.7289 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank BRI, No.Rek: 0139.0100.1736.302 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank CIMB Niaga, No.Rek: 675.0100.407.006 a.n Yayasan Infak Dakwah Center.
- Bank BCA, No.Rek: 631.0230.497 a.n Budi Haryanto (Bendahara IDC)
CATATAN:
- Demi kedisiplinan amanah dan untuk memudahkan penyaluran agar tidak bercampur dengan program lainnya, tambahkan nominal Rp 5.000 (lima ribu rupiah). Misalnya: Rp 1.005.000,- Rp 505.000,- Rp 205.000,- Rp 105.000,- 55.000,- dan seterusnya.
- Laporan penyaluran dana akan disampaikan secara online di: infaqdakwahcenter.com.
- Bila biaya program ini sudah tercukupi/selesai, maka donasi dialihkan untuk program IDC lainnya.
- Info: 08999.704050, 08567.700020; PIN BB: 2AF8061E; BBM CHANNEL: C001F2BF0