JAKARTA (Panjimas.com) – Sungguh berat derita Ummu Fatimah Az-Zahra. Ujian lahir dan batin datang bertubi-tubi, silih berganti. Ketika sedang bertarung mati-matian melawan kanker ganas yang bersarang di mulutnya, ibu muda berusia 30 tahun ini diceraikan sang suami, lalu berpisah dengan kedua buah hatinya.
Mulanya ibu muda bernama asli Inggita Marini ini hidup normal dalam rumah tangga yang sangat bahagia. Setelah dikaruniai dua anak: Fauzan Faturrahman (7) dan Fatimah Azzahra (6), makin lengkaplah kebahagiaan dalam hidupnya.
Namun sejak dua tahun lalu, keadaannya berubah total. Bagaikan roda yang berputar, dulu di atas, sekarang berada di batas paling bawah akibat ujian penyakit kanker mulut menimpanya.
Petaka bermula ketika tiba-tiba tumbuh benjolan di dagu sebelah kiri yang disangka bisul biasa. Namun lama-kelamaan benjolan itu membesar dan pecah, lalu menyisakan lubang di dagunya. Setelah diperiksakan ke rumah sakit, ternyata benjolan itu bukan bisul biasa, tapi kanker ganas.
Dalam waktu singkat, kankernya tumbuh merajalela. Bagian bawah dagu Ummu Fatimah membusuk, sementara bagian wajah; mulut, hidung, telinga dan matanya membengkak.
Tak mau menyerah, ia pontang-panting berikhtiar mengupayakan pengobatan berbagai macam terapi baik medis modern maupun herbal, tetapi kian hari justru kian parah. Sampai kanker mulutnya divonis sudah akut oleh dokter.
…Di tengah perjuangan melawan kanker mulut, ia dicerai sang suaminya, lalu harus berpisah dengan kedua anaknya. Lengkap sudah derita Ummu Fatimah…
DICERAIKAN SUAMI, DAN BERPISAH DENGAN KEDUA BUAH HATINYA
Derita datang bertubi-tubi, di tengah perjuangan melawan sejuta rasa sakit di bagian mulut, ujian yang lebih berat pun datang. Ia diceraikan suaminya yang selama ini menjadi tumpuan hidupnya dalam berumah tangga. Kedua anaknya yang merupakan penghias pandangan mata, tak lagi bisa dijumpainya karena harus berpisah, ikut dengan mantan suaminya. Lengkap sudah derita Ummu Fatimah, sakit lahir batin dirasakan begitu pedih. Tak ada lagi hiburan dalam hidupnya, selain mengadukan deritanya kepada Allah Ta’ala melalui shalat yang dilakukan di atas pembaringan.
Saat dibezuk Relawan IDC, kondisi Ummu Fatimah sangat memprihatinkan. Ia tinggal di sebuah kamar sempit yang sebenarnya tidak layak bagi orang sedang sakit parah seperti dirinya. Mulutnya disesaki perban dan selang untuk memasukkan makanan, matanya pun membengkak, kepalanya botak akibat efek dari kemoterapi. Ia sudah tak bisa lagi berbicara lagi, bahkan mendengar pun sulit karena pertumbuhan kanker sudah menyebar ke telinganya.
Beruntung, Ummu Fatimah masih memiliki saudara yang berhati emas. Kedua kakaknya, Pritta dan Irma Marina, selalu setia merawatnya dan memberikan dorongan motivasi agar tetap sabar dan tawakkal menerima takdir Ilahi. Mereka selalu mendampingi sang adik bolak-balik melakukan terapi pengobatan.
Akibat digerogoti kanker ganas, berat badan Ummu Fatimah turun drastis dari 120 kg menjadi 45 Kg. Saat berita ini diturunkan, kondisi badannya terus melemah dan kanker mulutnya sudah mulai dihinggapi belatung. Ia pun dilarikan ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta.
“Sekarang ini kembali masuk ke RSCM, kondisi kanker mulutnya terus memburuk. Dia masuk RSCM karena sudah mulai ada belatung di kanker mulut yang dideritanya. Badannya kini melemah, sudah tidak bisa lagi menopang tubuhnya untuk mandi. Buang air pun sudah tidak bisa lagi. Kateternya sekarang sudah dicopot dan tidak digunakan lagi karena menambah infeksi,” jelas Irma kepada Relawan IDC, Jum’at (23/1/2015).
Sebelumnya, Ummu Fatimah sudah berikhtiar segala macam pengobatan yang syar’i. “Sudah herbal, bekam dan kemo sampai 3 siklus, radiasi 40 kali dan lain-lain,” ujar Pritta.
…Ketika rasa sakit kanker mulut makin hebat, ia makin rajin berdzikir. Baginya, dzikir adalah penawar dan penenang diri ketika obat-obatan tak bisa lagi meredakan rasa sakitnya….
MENGUSIR RASA SAKIT DENGAN DZIKIR
Dalam kondisi sakit yang tiada tara, Ummu Fatimah masih tetap optimis sembuh, karena ingin menjadi muslimah yang bermanfaat untuk umat. Saat Relawan IDC mencoba berinteraksi dengan Ummu Fatimah, ia tak berkata apapun, hanya menjawab dengan tulisan di secarik kertas.
“Rasanya semakin hari semakin sakit, rasanya Gita lelah menahan sakit. Gita mohon didoakan agar bisa diangkat penyakitnya sama Allah, karena sekarang hanya Allah yang bisa menyembuhkan dan Maha Menyembuhkan. Gita nggak ingin terus-terusan jadi beban bagi orang lain yang harus ngejagain Gita. Gita ingin sehat lagi, ingin menjadi manfaat dan membahagiakan orang lain terutama yang Gita sayangi,” ujar Ummu Fatimah melalui tulisan tangannya.
Allahu Akbar!! Meski begitu berat menahan sakit kanker mulut, namun ia tetap rajin beribadah, shalat fardhu dan berdzikir semampunya. Baginya, dzikir kepada Allah adalah penawar dan penenang dirinya ketika semua obat-obatan tak lagi bisa meredakan rasa sakitnya.
“Shalat masih sambil duduk, karena kondisinya yang lemah sekali. Alhamdulillah dzikir nggak pernah lepas dari mulut Gita seperti yang selalu dipesan oleh kakak dan ibu. Apalagi kalau rasa sakit Gita lagi kumat, obat-obatan juga sudah tidak mempan, jadi hanya dengan berdzikir Gita bisa tenang. Astaghfirullahal’azhim, laa ilaaha illallah, Subhanallah wa bihamdih,” jelas Irma.
Untuk melengkapi ikhtiar pengobatan Ummu Fatimah, sesuai harapan pihak keluarga, secara berkala Tim Ruqyah IDC melakukan terapi ruqyah di rumah sakit. Ruqyah perdana dimulai pada Kamis siang (29/1/2015), didampingi Irma, kakaknya.
Karena Ummu Fatimah sudah tidak bisa bicara dan mendengar, maka komunikasi dilakukan melalui tulisan.
Prosesi ruqyah dimulai dengan taushiyah untuk mendekatkan diri dan berdoa kepada Allah Ta’ala, sabar dan ikhlas dengan apapun yang terjadi agar jiwa dipenuhi ketenangan. Tim Ruqyah IDC juga mengajak Ummu Fatimah untuk memaafkan orang-orang yang telah berbuat salah kepadanya dan meminta maaf kepada orang yang telah disakiti, agar dadanya lapang tak ada lagi beban dan ganjalan.
“Bu mari beristigfar mohon ampun kepada Allah dari lubuk hati yang paling dalam, minta kepada Allah atas keinginan Ibu,” ujar Tim Ruqyah melalui tulisan di layar ponsel.
Membaca tulisan ini, Ummu Fatimah meneteskan air mata. Setelah situasi sudah tenang, Tim Ruqyah IDC minta ijin untuk mendoakan menggunakan ayat-ayat penyembuhan (syifa’).
Usai melakukan prosesi ruqyah sekitar satu jam, Tim Ruqyah IDC berpamitan karena masih ada tugas di tempat lain.
“Saya senang sekali adik saya telah diruqyah, semoga ada ketenangan jiwa dan kepasrahan diri pada adik saya, selain berusaha untuk kesembuhannya,” ujar Irma.
…Sakit lahir batin dirasakan begitu pedih. Tak ada lagi hiburan dalam hidupnya, selain mengadukan deritanya kepada Allah Ta’ala melalui shalat yang dilakukan di atas pembaringan…
PEDULI KASIH SESAMA MUKMIN
Meski dapat fasilitas BPJS, tapi tidak semua biaya pengobatan ditanggung oleh BPJS, karena obat-obatan yang cukup mahal harus ditebus dengan biaya sendiri. Total biaya yang harus dikeluarkan setiap bulan untuk perawatan Ummu Fatimah adalah sekitar tujuh juta rupiah. Biaya ini meliputi obat-obatan yang harus ditebus di luar, madu, pampers dewasa, peralatan medis pembersih luka dan lain-lain.
“Sekedar gambaran kebutuhan Inggita setiap bulan diantaranya; pampers dewasa 12 bungkus, tisu 12 bungkus besar, madu 800ml sebanyak 8 botol, penjaga atau pembantu untuk mengurus Inggita dan biaya obat-obatan tak terduga lainnya yang di luar BPJS. Biaya setiap bulan sekitar tujuh juta rupiah,” ungkap Irma.
Musibah yang dialami Ummu Fatimah adalah penderitaan kita juga. Karena persaudaraan setiap Muslim ibarat satu tubuh. Jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh lainnya otomatis terganggu karena merasakan kesakitan juga.
“Perumpamaan kaum mukminin dalam cinta-mencintai, sayang-menyayangi dan bahu-membahu, seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga, dengan tidak bisa tidur dan demam” (Muttafaq ‘Alaih).
Dengan membantu saudara kita yang tertimpa musibah, insya Allah akan mendatangkan keberkahan, kemudahan dan pertolongan Allah di dunia dan akhirat. Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa menghilangkan kesulitan seorang mukmin di dunia, maka Allah akan melepaskan kesulitannya pada hari kiamat. Barang siapa memudahkan orang yang tengah dilanda kesulitan, maka Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat…” (HR Muslim).
Bagi kaum Muslimin yang terpanggil untuk membantu meringankan biaya pengobatan kanker Ummu Fatimah bisa mengirimkan donasi ke program Dana Infaq Darurat (DINAR) IDC:
- Bank Muamalat, No.Rek: 34.7000.3005 a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank BNI Syari’ah, No.Rek: 293.985.605 a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank Mandiri Syariah (BSM), No.Rek: 7050.888.422 a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank Mandiri, No.Rek: 156.000.728.728.9 a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank BRI, No.Rek: 0139.0100.1736.302 a/n: Yayasan Infak Dakwah Center.
- Bank CIMB Niaga, No.Rek: 675.0100.407.006 a.n Yayasan Infak Dakwah Center.
- Bank BCA, no.rek: 631.0230.497 a/n Budi Haryanto (Bendahara IDC).
CATATAN:
- Demi kedisiplinan amanah dan untuk memudahkan penyaluran agar tidak bercampur dengan program lainnya, tambahkan nominal Rp 3.000 (tiga ribu rupiah). Misalnya: Rp 1.003.000,- Rp 503.000,- Rp 203.000,- Rp 103.000,- 53.000,- dan seterusnya.
- Laporan penyaluran dana akan disampaikan secara online di: infaqdakwahcenter.com.
- Bila biaya pengobatan Ummu Fatimah tercukupi/selesai, maka donasi dialihkan untuk program IDC lainnya.
- Info: 08567.700020 – 08999.704050
- PIN BB: 2AF8061E; BBM CHANNEL: C001F2BF0.