JAKARTA (Panjimas.com) – Alhamdulillah, hasil penggalangan dana peduli kasih untuk muallaf Nurul Hidayati sudah disalurkan sejumlah Rp 40.143.000,-
Bantuan diserahkan dalam dua tahap. Tahap pertama diserahkan langsung ke rumah kontrakannya (14/10/2014), tahap kedua diserahkan sebulan berikutnya. Dengan bantuan dari kaum Muslimin melalui IDC itu, gadis Batak yang telah menapaki berbagai ujian menjadi muallaf itu sangat bersyukur. Ibarat bisul yang sudah pecah dan terobati, plong sudah menatap masa depan bebas hutang.
Saat Relawan IDC berkunjung ke rumah kontrakannya, Nurul dalam kondisi sehat wal afiat. Ia masih menjalankan aktivitasnya seperti sedia kala. Untuk melunasi hutang biaya kuliah yang mencapai Rp 30 juta, ia berusaha menjalankan usaha dagang kecil-kecilan. Meski menyadari bahwa secara matematika, usahanya sulit untuk bisa melunasi beban hutangnya, tapi Nurul tetap pantang menyerah, yang penting berusaha tidak malas-malasan.
“Kesibukan saya sekarang dagang kue pia kurma sama herbal,” ujarnya.
Karenanya, Nurul sangat senang tatkala relawan IDC datang membawa amanah para donatur untuk menyerahkan dana guna melunasi hutang-hutangnya.
Usai menyelesaikan prosesi dan akad serah terima dana, Nurul mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari para muhsinin.
“Terima kasih banyak Pak. Alhamdulillah, akhirnya selesai juga lunasin hutang. Buat para muhsinin, semoga apa yang telah diberikan dibalas dengan kebaikan yang berlipat ganda. Terima kasih juga buat IDC mudah-mudahan Allah memudahkan segala urusannya di dunia dan akhirat,” ungkapnya dengan penuh haru.
Usai serah terima dana, esoknya Direktur IDC menugaskan beberapa relawan IDC untuk mengantarkan Nurul melunasi hutangnya ke beberapa orang. Alhamdulillah, proses pelunasan hutang berjalan dengan baik. Beberapa hutang dibayar langsung, beberapa di antaranya ditransfer ke rekening karena orangnya sudah pindah alamat ke luar kota. Sementara ada juga muhsinin yang mengikhlaskan hutangnya sekitar 2 juta rupiah.
Dengan bantuan 40 juta rupiah itu, Nurul masih memiliki kelebihan dana 12 juta rupiah untuk modal usaha. Dengan modal usaha ini, Nurul menyampaikan ingin hijrah ke daerah yang lebih kondusif.
“Ke depan rencananya mau hijrah dari sini Pak. Selama ini belum bisa hijrah karena terganjal hutang. Kalau saya pindah alamat sebelum melunasi hutang, khawatir dikira melarikan diri dari tanggung jawab,” tuturnya. “Peluang usaha di sini kliatannya agak sulit, apalagi biaya hidup di sini lumayan tinggi,” tambahnya.
Di tempat yang baru itu, Nurul bercita-cita membuka usaha kuliner sembari menyalurkan pendidikannya untuk dakwah.
Seperti diberitakan sebelumnya, gadis Batak kelahiran 26 tahun silam di Simalungun, Sumatera Utara ini mengalami berbagai ujian keimanan setelah memutuskan hijrah memeluk Islam.
Proses ketertarikannya terhadap Islam bermula dari keraguannya terhadap ajaran Kristen. Ketika duduk di bangku SMP, ia diwajibkan mengikuti kelas Marguru Malua, yaitu program katekisasi gereja Batak untuk pendalaman doktrin Kristen. Beberapa doktrin Lutheran yang wajib dihafal dalam Kathekismus gereja tersebut antara lain: Patik ni Debata (Sepuluh Firman), Hata Haporseaon (Pengakuan Iman Rasuli), Tangiang Ale Amanami (Doa Bapa Kami), Pandidion Na Badia (Baptisan Kudus), Hasesaan Ni Dosa (Pengakuan Dosa) dan Ulaon Na Badia (Perjamuan Kudus).
…Semakin memperdalam Alkitab justru semakin membuat saya ragu selama tiga tahun saya belajar Alkitab…
Anehnya, semakin dipaksa untuk mengikuti kegiatan gereja secara rutin, ia justru semakin tidak nyaman hidup dalam iman kristiani. Semakin memperdalam Alkitab (Bibel), justru semakin banyak pertanyaan yang mengusik benaknya. Ia semakin merasakan keganjilan dengan imannya.
“Semakin memperdalam Alkitab justru semakin membuat saya ragu selama tiga tahun saya belajar Alkitab,” paparnya.
Persoalan pelik yang sulit dipecahkannya dalam studi di gereja adalah doktrin Ketuhanan Yesus. Menurutnya, semasa hidupnya Yesus belum pernah mengajarkan dirinya sebagai Tuhan yang wajib disembah dan diibadahi. Tak satu pun ayat Alkitab yang mencatat Yesus bersabda: “Wahai manusia, aku adalah Allah Tuhan pencipta alam semesta. Karena itu beribadahlah kepadaku dan sembahlah aku.”
“Orang-orang Kristen itu fokus tentang masalah ketuhanan itu di Perjanjian Baru, di saat kemunculan Yesus yang dikatakan sebagai Tuhan. Kalau memang sejak awal Yesus itu Tuhan kenapa tidak diceritakan sejak Perjanjian Lama? Di sisi lain sebenarnya dalam Perjanjian Baru pun Yesus tidak pernah mengatakan dirinya sebagai Tuhan,” bebernya.
…Yesus belum pernah mengajarkan dirinya sebagai Tuhan yang wajib disembah dan diibadahi…
Justru Yesus mengajarkan bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang benar, dan Yesus bukanlah Tuhan melainkan utusan Allah (Yohanes 17:3). Ia berdakwah mengajak para pengikutnya untuk bersama-sama menyembah Allah, Tuhan Yang EsA:
“Jawab Yesus: “Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu Esa” (Markus 12:29).
Seluruh ajaran dan teladan Yesus dalam Alkitab adalah bertuhan kepada Allah. Dalam Injil Matius 11:25 Yesus bersyukur kepada Allah. Yesus juga berdoa kepada Allah (Lukas 6:12) dan minta keselamatan kepada Allah (Yohanes 12:27). Ajaran Yesus ini sejalan dengan ajaran Perjanjian Lama, bahwa Tuhan dan Juru Selamat itu hanyalah Allah, tidak ada yang lain:
“Demikianlah firman Tuhan… Sebelum Aku tidak ada Allah dibentuk, dan sesudah Aku tidak akan ada lagi. Aku, Akulah Tuhan dan tidak ada juru selamat selain daripada-Ku” (Yesaya 43:10-11).
Sebagai remaja yang cerdas, dengan berani ia bertanya kritis tentang doktrin Ketuhanan Yesus kepada pendeta pembimbing katekisasi di Gereja. Salah satu pertanyaan yang membuatnya dihukum adalah persoalan ketuhanan Yesus dalam Injil Matius 27:46: “Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: “Eli, Eli, lama sabakhtani?” Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”
Menurut ayat ini, ketika akan menghembuskan nafas terakhirnya di tiang salib, Yesus berteriak-teriak memanggil Allah. Logikanya tidak bisa menerima doktrin ketuhanan Yesus berdasarkan ayat ini. Karena jika Yesus itu tuhan, lantas mengapa ia memanggil tuhan? Berarti Yesus bukan tuhan karena bertuhan kepada Allah.
“Sampai saat ujian pun saya pertanyakan kepada pak pendeta, termasuk ada yang ditangkan dari Jakarta. Dalam empat Injil, baik Matius, Markus, Lukas, maupun Yohanes saya baca bolak-balik tidak ada pengakuan dari Yesus bahwa dirinya adalah Tuhan. Saya tanyakan, kalau memang Yesus itu Tuhan, kenapa ketika disalib Yesus justru meminta tolong kepada Tuhan, “Eli, Eli, lama sabakhtani? Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” paparnya.
Buntut dari pertanyaan kritis itu, Indah menerima hukuman fisik dipukul dan dikurung, karena dianggap sudah melebihi batas iman. “Pak pendeta itu mengadu kepada paman saya dan saya dipukulnya, sempat dikurung,” ungkapnya.
…Usai ikrar masuk Islam, ia dipaksa pulang ke keluarga besar di Siantar Sumatera Utara untuk dibaptis ulang…
MENJADI MUALLAF, UJIAN DATANG SILIH BERGANTI
Menginjak usia SMA ia banyak berinteraksi, bertanya dan belajar kepada guru-guru yang beragama Islam. Keyakinannya kepada kebenaran Islam pun terus bertumbuh. Menginjak kelas 2 SMA, ia mengikrarkan dua kalimat syahadat.
Momen bersejarah dalam hidupnya pun terjadi tanggal 31 Mei 2005. Bakda zuhur ia lahir baru menjadi Muslimah dengan mengikrarkan dua kalimat syahadat di Masjid Al-Mukaromah Bengkalis Riau, dengan diberi nama hijrah Nurul Hidayati.
Tak disangka, berawal dari kebahagiaan sebagai muallaf itulah ujian Allah datang bertubi-tubi. Prosesi pensyahadatan itu ternyata diumumkan secara terbuka di masjid dan beritanya tersebar dari mulut ke mulut, sehingga informasinya sampai kepada keluarga. Nurul pun diseret paksa untuk dipulangkan ke rumah keluarga besarnya di Siantar, Sumatera Utara. Nurul pun dibaptis ulang di gereja setempat.
“Ayah angkat saya bersama pihak gereja menggeruduk rumah ibu guru Bahasa Inggris saya. Lalu saya diseret paksa dari kamar. Saya pun dipulangkan ke Siantar. Ibu, nenek dan keluarga saya pun kaget dengan keislaman saya. Di sana keluarga besar Hutabarat dan Marpaung memperisiapkan upacara untuk membaptis saya,” paparnya.
Peristiwa ini sangat tidak diinginkan Nurul, karena pantang kembali murtad setelah masuk Islam. Ia tidak mau berbelot murtad seperti ibarat kitab suci, “Seperti anjing kembali lagi ke muntahnya, dan babi yang mandi kembali lagi ke kubangannya.”
Alhamdulillah, pertolongan Allah datang melalui nenek yang sangat menyayangi cucunya. Hatinya luluh mendengar kisah perjuangan cucunya, meski sudah berbeda iman.
“Saya berupaya membujuk opung sampai akhirnya beliau mau mengantarkan saya pergi naik bis dan memberikan ongkos. Saya pun kembali ke Riau, pihak Muslim di sana meminta perlindungan dari aparat. Alhamdulillah selama setahun tidak terjadi apa-apa,” ungkapnya.
Setamat SMA, Nurul mendapat bantuan pendidikan dari takmir yang dulu mengislamkannya. Ia mengikuti UMPTN dan diterima di Universitas Negeri Padang (UNP).
…Perlakuan keji dialami usai menjadi muallaf. Karena mempertahankan iman dan islam, ia diculik, dipukuli, dipaksa memakan babi dan dicekoki minuman keras…
Petaka kembali datang saat Nurul kuliah di Padang. Suatu hari, usai mengantar berkas-berkas kuliah ke kampus, ia pulang ke rumahnya. Kondisi di komplek tempat tinggalnya memang agak sepi kalau habis maghrib. Nurul pulang jalan kaki, tapi terus diikuti dua orang pemuda. Karena ketakutan, ia pun berlari tapi dikejar oleh kedua pemuda itu dan tertangkap dan dipukul hingga pingsan.
“Tiba-tiba seperti ada pukulan keras di pundak, saya langsung tidak sadar. Ketika sadar saya sudah berada di dalam mobil, saya lihat ada empat orang berperawakan besar dan dua orang pemuda tadi. Saya sempat ambil HP tetapi ketahuan, mereka pukul saya berkali-kali sampai saya tidak sadarkan diri,” ungkapnya.
Ternyata motif para penculik itu memaksanya dengan berbagai cara keji agar kembali kepada agamanya yang lama. Hal ini baru diketahui ketika ia siuman dari pingsan. Ia baru sadar sekarang dirinya berada di dalam sebuah kamar penginapan dengan kondisi tubuh terikat.
“Saya kemudian baru sadar ketika sudah berada di dalam sebuah kamar, ruangannya cukup bagus seperti motel karena ada dua kasur dan ber-AC. Saya diikat, ada empat orang laki-laki berperawakan cukup besar. Dari cara bicaranya saya kira dia orang Batak semua. Saya disekap selama tiga hari, mereka intinya menginginkan saya pulang dan kembali ke agama Kristen. Saya sempat mendengar mereka telepon dengan bahasa Batak. Dia bilang di telepon, “Anaknya sudah ada di sini, paksa untuk masuk Kristen lagi, kalau tidak mau bunuh saja,” paparnya.
Tak cukup sampai di situ, perlakuan keji dan tak berperikemanusiaan dialami gadis remaja yang baru setahun menjadi muallaf itu. Karena berusaha mempertahankan iman dan islamnya, ia dipukuli, dipaksa memakan babi dan dicekoki minuman keras.
“Saya disekap dan dipukuli. Dalam kondisi mabuk mereka menyodorkan daging babi ke mulut saya dan memaksa saya memakannya, tapi saya tetap bertahan. Begitu juga air anggur dipaksa dimasukkan ke mulut saya. Dengan kondisi tangan terikat, saya tendang salah satu dari mereka sampai jatuh, mereka membalas dengan memukul dada saya, sampai akhirnya saya muntah-muntah. Alhamdulillah keluar semua makanan haram tadi saya muntahkan,” paparnya.
…..Biadabnya, gadis muallaf ini dinodai secara bergiliran oleh keempat penculik Kristen tersebut. Innalillahi wa inna ilaihi raji’un..!!
Biadabnya, gadis muallaf ini dinodai secara bergiliran oleh keempat penculik berhati iblis tersebut hingga pingsan. Innalillahi wa inna ilaihi raji’un..!!
“Waktu mereka mabuk, mereka menggilir saya…” ujarnya terbata-bata sambil menangis.
“Saya tidak bisa berbuat apa-apa. Hanya pasrah kepada Allah. Terserah mereka lakukan apapun pada saya, saya yakin waktu itu bahwa Allah tetap ada untuk saya. Karena saya pikir saya sudah tanamkan dalam diri saya, agama Islam agama yang benar,” kisahnya sambil menahan tangis.
Alhamdulillah, ia ditakdirkan Allah untuk tetap hidup. Ia baru sadar keesokan harinya, ternyata ia berada di sebuah gubuk, di belakang Universitas Jambi.
TERTATIH-TATIH MEMBIAYAI KULIAH HUTANG PUN MEMBELIT
Paska penculikan keji itu, Nurul kembali ke orang tua angkatnya di Bengkalis. Ia mengalami depresi berat, selalu mengurung diri di kamar, makan harus disuapi, mandi pun harus dimandikan, benar-benar seperti mayat hidup. Bahkan ia sempat dibawa ke psikiater karena dianggap terkena gangguan jiwa.
Salah satu gurunya menasihati, bahwa apa yang Allah ujikan itu untuk membuat imannya semakin kuat. Kesucian itu letaknya bukan di situ, tapi di mata Allah. Insya Allah, di mata Allah saya tetap sebagai gadis suci, di mata Allah saya itu suci. Teman-teman Muslim di sekitarnya begitu peduli dan senantiasa memotivasi untuk bangkit dan menjalani hidup.
Setelah kondisinya mulai membaik, orang tua angkatnya bersama tokoh Muslim sekitar yang peduli menghijrahkan Nurul ke pulau Jawa. Selain untuk melanjutkan kuliah, tujuan lainnya adalah menghindari hal-hal buruk.
Ia pun hijrah ke Jawa untuk menimba ilmu di pondok pesantren khusus akhwat (muslimah). Sambil belajar agama, ia kuliah D-1 di Pendidikan Guru Taman Kanak-Kanak (PGTK), sambil mengajar di TK. Setahun kemudian ia melanjutkan kuliah ke fakultas Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di kota yang sama.
Masa kuliah itupun tidak berjalan mulus karena kendala finansial. Dengan kondisi kekurangan, ia harus tertatih-tatih menjalani kuliah. Orang tua angkatnya mensupport bantuan pendidikan setiap bulan Rp 300 ribu, padahal biaya kontrakan saja 400 ribu. Untuk menutupi kekurangan, ia mulai berusaha mandiri mencari nafkah dengan berdagang, jualan makanan dan mengajar TK. Dari mengajar TK ia dapat tambahan pemasukan Rp 250 ribu untuk menutupi biaya harian.
Tapi untuk biaya kuliah, ia masih bergantung kepada bantuan orang tua angkatnya. Karena orang tua angkatnya tidak bisa menanggung penuh biaya kuliah, maka Nurul sempat memutuskan berhenti kuliah, karena biayanya terlalu besar. Tapi teman-temannya terus memotivasi agar ia terus berjuang menyelesaikan kuliah. Maka ia bertekad menyelesaikan kuliah.
…Untuk menutupi biaya kuliah, ia terpaksa berhutang ke sana kemari. Puncaknya ketika menyusun skripsi, PPL, KKN yang butuh biaya besar…
Untuk menutupi biaya kuliah yang makin menggunung, ia terpaksa meminta-minta dan berhutang kepada teman-teman maupun ibu-ibu pengajian yang dikenalnya di majelis taklim.
“Saya kuliah di fakultas dengan yang ditentukan oleh orang tua angkat saya. Waktu kuliah itu biayanya besar, saya kirimkan laporan ke orang tua angkat saya misalnya waktu itu ada biaya kuliah sebesar 5 juta, tetapi yang dikirim hanya 1,5 juta. Akhirnya saya kadang minta ke ibu-ibu yang pernah saya ketemu di pengajian untuk menutupi biaya kuliah. Saya pinjam ke teman-teman untuk menutupi biaya kuliah dan tugas-tugas. Puncaknya itu ketika saya nyusun skripsi, PPL, KKN yang butuh biaya besar. Sampai hutang kuliah itu mencapai sekitar 31 juta ke beberapa orang,” terangnya.
Di tengah usahanya untuk tetap kuliah yang tertatih itu, musibah pun datang lagi. Tengah malam Nurul jatuh di kamar mandi hingga tak sadarkan diri. Kepalanya terbentur ke lantai. Teman satu kontrakannya segera melarikan ke Rumah Sakit Islam, lalu dirujuk ke rumah sakit yang lebih lengkap hari itu juga.
“Dari hasil CT-Scan ternyata ada penyempitan dan pembengkakan di otak kecil di belakang kepala,” ujarnya.
Akhirnya ia berobat lagi Rumah Sakit yang memiliki dokter spesialis bedah saraf. Dokter pun menyarankan untuk dirawat inap. Dengan uang seadanya melalui bantuan salah seorang teman, ia dirawat di rumah sakit.
Walhasil, total biaya pengobatan dan perawatan itu sekitar 7 Juta lebih, belum termasuk beli obat. Setelah diopname ia masih harus rawat jalan selama beberapa bulan.
Untuk menutupi biaya ini dia dibantu teman satu kontrakannya, kembali melakukan jurus “berhutang” kepada teman dan kenalan yang ada. Padahal hutang yang lama untuk biaya kuliah belum terbayar.
“Hutang pun bertambah menjadi sekitar 37 jutaan,” tuturnya sembari menyerahkan bukti-bukti kwitansi biaya berobat.
…Usai kuliah, ia bekerja menjadi asisten pribadi salah seorang wanita pemilik tiga perusahaan. Demi menyelamatkan akidah, ia minta berhenti karena bosnya adalah aktivis Syi’ah…
Dengan modal hutang-hutang itu, Nurul Hidayati bisa lulus kuliah dengan peringkat sangat memuaskan, Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,49.
Usai kuliah, ia sempat bekerja menjadi asisten pribadi salah seorang wanita karier yang memiliki tiga perusahaan. Dari gajinya, ia bisa untuk mencicil hutang, hingga sisa hutangnya mencapai 30 jutaan. Namun tak lama ia memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya karena bosnya adalah seorang Syi’ah yang aktif. Ia tidak mau akidahnya diintervensi oleh orang-orang Syi’ah.
“Saya sempat bekerja juga di Cibubur kepada seorang ibu pimpinan tiga perusahaan, saya jadi asisten pribadi beliau. Gajinya lumayan, bisa mencicil hutang saya. Tapi belakangan ternyata ibu itu seorang Syiah, tiap shalat dia bawa batu untuk sujud. Akhirnya saya memutuskan keluar,” ungkapnya.
HUTANG LUNAS, MENATAP MASA DEPAN YANG CERAH
Alhamdulillah, dengan solidaritas para donatur IDC, kini semua hutang Nurul telah terlunasi. Bahkan ia mendapat bantuan modal usaha untuk memulai hidup baru merintis usaha, berkarya, berdakwah dan merajut masa depan sesuai dengan disiplin ilmu dan keahlian yang dimilikinya
Kini Nurul bisa hidup normal seperti muslimah lainnya. Ia hidup mulia tanpa dikejar-kejar hutang, terlepas dari sesediaan dan kehinaan.
“Berhati-hatilah dalam berhutang, sesungguhnya berhutang itu suatu kesedihan di malam hari dan kehinaan di siang hari” (HR. Baihaqi)
Sebesar apapun donasi yang diinfakkan untuk membantu muallaf Nurul Hubatabat, insya Allah menjadi hujjah di hari Akhirat bahwa mereka adalah manusia hebat yang telah membuktikan keimanannya dengan membantu sesama mukmin yang tertimpa musibah.
Perumpamaan kaum mukminin dalam cinta-mencintai, sayang-menyayangi dan bahu-membahu, seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga, dengan tidak bisa tidur dan demam” (Muttafaq ‘Alaih).
Semoga infaq itu menjadi wasilah agar mereka dicintai dan diselamatkan Allah Ta’ala di dunia dan akhirat:
“Perbuatan yang paling dicintai Allah adalah memberikan kegembiraan kepada orang lain atau menghapuskan kesusahan orang lain, atau melunasi hutang orang yang tidak mampu untuk membayarnya…” (HR Thabrani).
“Barangsiapa ingin diselamatkan oleh Allah dari kesulitan-kesulitan hari Kiamat, hendaklah ia meringankan orang yang kesulitan (membayar hutang) atau membebaskan hutangnya” (HR. Muslim, shahih).
“Barangsiapa menghilangkan kesulitan seorang mukmin di dunia, maka Allah akan melepaskan kesulitannya pada hari kiamat. Barang siapa memudahkan orang yang tengah dilanda kesulitan, maka Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat…” (HR Muslim). [Ahmed Widad]
BERITA TERKAIT: