(Panjimas.com) – Pada era digital, informasi dari berbagai penjuru dunia bisa kita tangkap dengan mudah dan cepat. Dalam hitungan detik, kabar terkini dari benua lain bisa dibaca. Situasi sosial berbagai bangsa bisa dipantau setiap saat. Realita bilang, bahwa berbagai bentuk musibah terjadi silih berganti di sana-sini, dari bencana alam sampai bencana perang.
Sementara itu, di saat berbarengan, media massa berlomba-lomba menampilkan kabar dan tayangan gaya hidup yang menggiurkan. Produk-produk fesyen dan gawai teranyar diekspos dengan rayuan, seolah memilikinya bagi anak muda adalah kewajiban. Siapa nggak punya, ia kampungan dan ketinggalan zaman.
Hidup di tengah dua kutub yang berlawanan, anak muda Muslim mendapat ujian iman. Memilih peduli sesama tapi harus jadi “anak muda kampungan”, atau nggak usah peduli nasib saudaranya yang penting bisa menikmati gaya hidup trendi dan bakal jadi pusat perhatian?
Menghadapi iklim kehidupan kayak gini, nih, kemantaban ruhiyah anak muda Muslim sangat-sangat diperlukan sekali. Gempuran propaganda yang mengajak bergaya hidup trendi mesti kita mafhumi bahwa sebagai cara kaum materialis mencari pundi-pundi dunia sebanyak-banyaknya. Iming-iming gaya hidup trendi sejatinya tipudaya yang tujuannya menggiring masyarakat dunia membeli produk dan komoditas mereka. Mereka mengampanyekan hedonisme yang sangat berlawanan arah dengan aqidah Islam. Anak muda Muslim harus melawan!
Hedonisme adalah ajaran bahwa kesenangan duniawi merupakan tujuan segala aktivitas dan tujuan hidup manusia. Hedonisme menjadikan materi dunia sebagai tujuan hidup. Hidup untuk berpesta pora.
Hedonisme mengajarkan hidup untuk makan-makan. Sementara Islam mengajarkan makan secukupnya buat mencukupi energi untuk beribadah. Hidup adalah semata untuk beribadah Sang Khaliq guna memeroleh hak sebagai makhlukNya.
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu. Aku tidak menghendaki rezeki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan.” (az-Zariyat: 56-57).
Hedonisme hanyalah tipuan setan belaka. Melimpahnya materi dan popularitas nggak menjamin kebahagiaan hidup di dunia, apalagi akhirat. Sebenarnya juga udah jelas contoh riilnya. Para selebritis papan atas yang dijadikan maskot gaya hidup trendi, pada kenyataannya banyak yang mengalami masalah pelik dalam kehidupan mereka. Perceraian, konflik keluarga, perebutan harta, hingga narkoba dan zina. Pada saat jutaan anak muda menggandrunginya, mereka sendiri sedang tersiksa batinnya. Andaipun keluasan materi dan popularitas di dunia bisa mendatangkan kebahagiaan, tetap aja kebahagiaan itu sangat nggak ada apa-apanya dibanding kenikmatan jannah yang dijanjikan Allah subhanahu wa ta’ala.
“…. Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit.” (at-Taubah: 38).
Kaum hedonis yang mengerahkan seluruh energinya buat menumpuk kekayaan materi dan menikmatinya, banyak yang diumbar oleh Allah ta’ala. Diberi keleluasaan memuaskan syahwat di dunia. Tapi, karena hidup mereka nggak dilandasi iman dan taqwa, setelah mati yang didapati cuma penyesalan semata. Harta benda dan popularitas mereka sama sekali nggak berguna.
“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat kecuali neraka. Dan lenyaplah di akhirat apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.” (Hud: 15-16)
Tertarik pada gemerlap dunia itu manusiawi. Tapi, orang beriman yakin kalo gerlap itu sangat sementara, dan kesempatan menikmatinya pun ada batasnya.
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita; anak-anak; harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (Ali Imran: 14).
Dan sekali lagi, betapa pun megahnya pundi-pundi dunia, tetap aja nggak ada apa-apanya dibanding kenikmatan hakiki di jannahNya nanti.
“Demi Allah, tidaklah dunia dibanding akhirat melainkan seperti jari salah seorang dari kalian yang dicelup di lautan, maka perhatikanlah apa yang dibawa.” (Hr. Muslim).
So, yuk mari jadi anak muda Muslim yang memilih peduli sesama ketimbang ikut-ikutan gaya hidup trendi yang ditawarkan di sana-sini. Karena gaya hidup trendi hanyalah jebakan setan agar kita menganut fahan hedonisme yang merupakan jalan yang sesat, jalan kaum kafir.
“Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.” (al-A’la: 16-17),
“Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu, dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami, mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan.” (Yunus: 7-8).
Anak muda Muslim mesti punya sikap hidup yang sejalan dengan tujuan penciptaan dirinya, yakni beribadah kepada Allah ta’ala. Islam bisa diibaratkan pohon buah. Akarnya adalah aqidah, batangnya adalah syariah, daunnya adalah ibadan, dan akhlaqnya adalah buah manis. Buah manis itu salah satunya adalah kepedulian kepada sesama. Cuekin gaya hidup trendi, pilih gaya hidup peduli!
Wallahu a’lam. [IB]