(Panjimas.com) – Masih belum lepas keprihatinan kita atas terjadinya kasus penganiayaan yang menimpa salah seorang Guru di SMAN 1 Torjun, Sampang, Jawa Timur, penganiayaan yang menyebabkan meninggalnya seorang Guru tersebut seketika gempar di negeri yang mayoritas penduduknya muslim ini. Hal tersebut merupakan bencana besar di dunia pendidikan kita. Mengingat, saat ini banyak pihak yang telah menganiaya guru, baik secara fisik maupun mental. Sudah berapa banyak, para guru yang dilaporkan ke polisi hanya karena orang tua tak terima anaknya di tegur oleh guru tersebut.
Perilaku buruk generasi negeri ini semakin tak bisa dihindari, lemahnya iman membuat para remaja bebas melakukan apa saja yang mereka kehendaki, hingga prilaku mereka pun jauh dari nilai-nilai islam.
Sistem Pendidikan Sekuler yang diterapkan di negeri ini telah meletakkan pemahaman bahwa dalam kehidupan, manusia bebas melakukan apa saja yang dikehendakinya dan tidak perlu terikat dengan ajaran agama (islam). Remaja diberi ruang sebebas bebasnya dalam bertingkah laku, tidak perlu bawa-bawa agama. Tak heran jika kerusakan perilaku remaja semakin memprihatinkan wajah dunia Pendidikan, sehingga output sistem Pendidikan ini tidak lagi bisa diharapkan menuju peradaban cemerlang dimasa depan, selagi sistem sekuler bercokol di negeri ini.
Kondisi ini sangat jauh berbeda bila dibandingkan dengan sistem pendidikan di masa lalu. Para pemuda di era khilafah, Seperti Atab bin Usaid, diangkat oleh Rasulullah SAW sebagai gubernur Mekkah pada usia 18 tahun. Zaid bin Tsabit diusia 13 tahun menjadi penulis wahyu, dalam 17 malam mampu menguasai bahasa suryani sehingga menjadi penerjemah Rasulullah saw. Hafal kitabullah dan ikut serta kodifikasi Al-Qur’an. Dan banyak lagi diantara para pemuda yang memiliki kontribusi besar bagi peradaban yang gemilang. Betapa matangnya mereka diusia yang masih rata-rata belasan tahun. Kepribadian mereka yang tangguh dan menjadi pejuang serta pembela islam sangat menakjubkan di usia yang relatif masih belia.
Karena itu para pemuda Islam haruslah mempersiapkan diri dengan pemahaman Islam yang jernih dan mendalam serta membuang pemahaman sekuler yang tengah bercokol dalam benak mereka. Karena umat membutuhkan dan merindukan pemuda yang bangkit yang siap memimpin peradaban gemilang dimasa mendatang. [RN]
Penulis, Yurfiah Imamah
Guru Home schooling Tahfidz Mutiara Umat, Kalisat-Jember, Jawa Timur