(Panjimas.com) – Kenormalan seksual adalah nikmat Allah subhanahu wa ta’ala yang besar banget buat kita. So, kita wajib mensyukurinya. Beberapa tahun terakhir ini, media massa mengenalkan kita sama istilah LGBT (Lesbian Gay Bisexual and Transgender). Kiranya udah nggak perlu dijelasin lagi deh, kita semua udah tau artinya. Dan tentunya, miris kita denger dan membacanya. LGBT adalah bencana besar generasi muda.
Sungguh kasihan banget saudara-saudara kita yang terjangkiti “penyakit” pengundang dosa ini. Apalagi yang sudah akut, berat buat kembali normal lagi. Sebenarnya jadi LGBT bukanlah pilihan mereka. Mereka jadi gitu karna ada sebab tertentu yang nggak diinginkannya. Sejumlah faktor bisa mendorong mereka terjerumus pada penyimpangan seksual tersebut.
Masalah keluarga salah satunya. Keluarga adalah lingkungan pertama yang ngebentuk kepribadian manusia. Kalo sebuah rumah tangga bermasalah, muncullah pengaruh negatif bagi tumbuh kembang anak. Contoh masalah keluarga yang bisa melatarbelakangi munculnya LGBT adalah seringnya seorang anak perempuan lihat ibunya diperlakukan kasar oleh ayahnya. Karna peristiwa itu terjadi terus-menerus dalam jangka waktu bertahun-tahun, mukin aja setelah remaja si gadis nggak tertarik sama lelaki dan malah ngerasa lebih enjoy berduaan sama perempuan. Jadilah ia seorang lesbian.
Selain ketidakharmonisan keluarga, pergaulan di luar yang nggak bener juga bisa ngebentuk seseorang jadi LGBT. Misalnya seringnya seseorang bergaul sama orang LGBT, dan nggak punya komunitas pergaulan lain selainnya. Kalo interaksi itu berlangsung lama, sementara pemahaman Din-nya masih dangkal, bisa dimungkinkan bakal “ketularan”.
Trauma masa lalu juga bisa jadi faktor penyebab seseorang jadi LGBT. Misalnya trauma perceraian, korban kekerasan seksual pasangan heteroseks (beda jenis), atau pernah jadi korban pelecehan seksual orang LGBT.
Itu cuma sedikit contoh persoalan yang melatarbelakangi manusia mengalami penyimpangan orientasi seksual. Lalu apa dampak dari adanya LGBT di dunia ini? Tentu bukan cuma dosa yang menimpa si bersangkutan aja, berbagai mudharat dalam kehidupan juga akan timbul karena tindakan asusila itu.
Hasil sebuah studi menunjukkan data kalo seorang gay bisa punya pasangan antara 20-106 orang per tahunnya. Penelitian serupa juga menemukan sekitar 43% kaum gay melakukan homoseksual sama 500 orang atau lebih, dan sekitar 28% melakukannya sama lebih dari 1000 orang. Dan ngerinya, sekitar 79% dari mereka bilang kalo pasangannya adalah orang yang sama sekali nggak dikenalnya.
Kaum homoseksual juga menduduki 33% pelaku pelecehan seksual pada anak-anak di Amerika Serikat. Padahal, populasi kaum homoseksual di negara itu cuma 2% dari seluruh penduduknya. Artinya, satu dari dua puluh bentuk aktivitas homoseksual di sana adalah pelecehan seksual pada anak-anak! La haula wa la quwwata illa billah…
Di dunia pendidikan, LGBT juga jadi persoalan yang memrihatinkan. Siswa yang berorientasi seksual sesama jenis mengalami putus sekolah lima kali lebih besar dari siswa normal. Di antara mereka ada yang dikeluarkan karna tertangkap basah saat melakukan perzinaan dan sebagian keluar sendiri karna ngerasa nggak nyaman di sekolah.
Realitas di atas tentu merupakan bencana sosial yang nggak boleh disepelekan, karena menyangkut keselamatan orang banyak di dunia maupun akhirat. So, sekali lagi, kita yang normal ini mesti bersyukur dan bersyukur. Dan sebagai wujud syukur yang nyata, kita mesti menjaga kenormalan seksual dengan sebaik-baiknya. Dan juga, terhadap mereka yang tertimpa musibah mengerikan itu, kita harus bersikap konstruktif, mendorong mereka bertobat dan pulih. Semampu kita, pakai pendekatan apa aja yang kita bisa. Kesehatan, psikologi, juga yang terpenting adalah spiritual. Atau kalau belum berani melakukannya, cukuplah kita mendoakan mereka biar diberi kemudahan oleh Allah ta’ala buat kembali ke jalan yang semestinya. Kasihan, karena perbuatan itu besar banget dosanya.
“Maka ketika keputusan Kami datang, Kami menjungkirbalikkan negeri kaum Luth, dan Kami hujani mereka bertubi-tubi dengan batu dari tanah yang terbakar, yang diberi tanda oleh Tuhanmu. Dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang yang zalim.” (Hud: 82-83).
Wallahu a’lam. [IB]