(Panjimas.com) – Darah muda tuh nggak peduli hari tua. Yang penting sekarang, soal nanti urusan belakang. Gitulah kata orang. Dan gitu jugakah kaum muda Muslim seharusnya?
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (al-Hasyr: 18).
Allah subhanahu wa ta’ala mengingatkan kita untuk nggak kayak kata orang tadi. Kita mesti jadi pemuda yang sadar akan tugas dan tanggung jawab sebagai manusia.
Manusia berbeda dengan binatang, setiap gerak langkahnya mengandung pertanggungjawaban. Setiap perbuatannya akan menghadirkan balasan. Maka itu, kita harus berorientasi masa depan.
“Orang yang pandai adalah orang yang mengintrospeksi dirinya dan beramal untuk setelah kematian. Sedang orang yang lemah adalah orang yang jiwanya selalu tunduk pada nafsunya dan mengharap pada Allah dengan berbagai angan-angan.” (Hr. Ahmad dan Tirmidzi).
Lima hal yang diwanti-wantikan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam salah satunya adalah pendayagunaan masa muda sebelum tiba hari tua. Anak muda punya kelebihan. Secara fisik bisa berbuat lebih dari anak-anak dan orang tua. Kekuatan itu adalah nikmat Allah sunbhanahu wa ta’ala yang mesti dijawab dengan syukur yang nyata.
Dewasa ini, teknologi informasi berkembang kian pesatnya. Informasi dari belahan bumi lain bisa nyebar dan ditangkap dengan secepat kilat. Kabar gembira dan duka datang silih berganti. Kaum mudalah kalangan yang paling sigap menangkap.
Berita duka, musibah yang menimpa saudara-saudara kita nun jauh di sana, adalah cobaan perasaan kita. Rasa yang muncul di dada jadi penggerak anggota badan melakukan tindakan. Bantuan, apa pun bentuknya. Itulah salah satu cara mensyukuri masa muda. Jadi, bukan yang penting sekarang, tapi darah muda yang menyimpan iman bilang kalo sekarang adalah ladang amal untuk masa depan.
Wallahu a’lam. [IB]