(Panjimas.com) – Tahun ajaran baru menyapa… So, inilah saatnya kaum muda Muslim merefresh ghirah thalabul ‘ilminya. Agenda thalabul ‘ilmi, nggak mungkin nggak, pasti mengharuskan adanya aktivitas berfikir. Iyalah, mana ada orang belajar tanpa mikir? Hehe… So, kali ini kita bakal mencoba merenungi betapa pentingnya berfikir itu.
Allah subhanahu wa ta’ala menurunkan wahyu kepada Rasul-rasulNya untuk dipelajari, diselami kandungannya, diungkap nilai-nilai yang ada di dalamnya. Itu harus, karna kalo enggak, nggak bakalan bisa diejawantahkan dalam kehidupan. Padahal Dia menurunkan wahyu sebagai tata aturan kehidupan. So, setiap Muslim wajib memelajari al-Qur’an yang merupakan wahyu Allah untuk umat akhir zaman, termasuk kita-kita ini.
“Kitab (al-Qur’an) yang Kami turunkan kepadamu penuh berkah agar mereka menghayati ayat-ayatnya dan agar orang-orang yang berakal sehat mendapat pelajaran.” (Shad: 29).
Nggak cuma berupa Kitab Suci, ayat-ayat Allah ta’ala juga ditebarNya di seluruh penjuru jagad raya berupa ciptaanNya. Ayat-ayat itu adalah realitas yang harus kita pahami biar bisa didayagunakan secara proporsional demi terciptanya harmoni kehidupan dunia yang ideal yang diridhaiNya.
“Penciptaan langit dan bumi, peredaran malam dan siang, sungguh merupakan bukti-bukti kebenaran adanya Allah bagi ulul albaab, orang yang mau memikirkan kehidupan akhirat. Yaitu orang-orang yang mau mengingat Allah ketika berdiri, duduk, atau berbaring, dan mau memikirkan penciptaan langit dan bumi. Mereka berdoa, ‘Wahai Tuhan kami, semua ini Engkau ciptakan dengan tidak sia-sia. Mahasuci Engkau dari berbuat sia-sia, karena itu selamatkanlah kami dari adzab neraka.'” (Ali Imran: 190-191).
Firman Allah maupun alam semesta ciptaanNya, pun termasuk diri kita ini, adalah nikmat Allah ta’ala yang wajib disyukuri dengan cara digunakan sepenuh tanggung jawab. So, kita mesti memahami hakikat dari itu semua.
“Wahai manusia, Allah adalah Tuhan yang telah menciptakan Adam dari tanah. Kemudian Allah menciptakan kalian dari setetes air mani, kemudian menjadi segumpal darah. Kemudian Allah keluarkan kalian sebagai bayi. Kemudian kalian dijadikan dewasa. Kemudian sebagian dipanjangkan umurnya sampai tua. Di antara kalian ada yang dimatikan pada usia baya. Agar kalian mencapi umur yang ditentukan. Semoga kalian mau berpikir dengan benar.” (al-Mukmin: 67),
“Wahai Muhammad, katakanlah kepada semua manusia, ‘Apa pendapat kalian sekiranya Allah menjadikan malam terus-menerus sampai hari kiamat? Adakah tuhan selain Allah yang dapat menciptakan siang bagi kalian? Mengapa kalian tidak mendengar seruanku?’ Wahai Muhammad, katakanlah kepada semua manusia, ‘Apa pendapat kalian sekiranya Allah menjadikan siang terus-menerus sampai hari kiamat? Adakah tuhan selain Allah yang dapat menciptkan malam bagi kalian untuk beristirahat? Mengapa kalian tidak mau memikirkan kebenaran seruanku?’ Hanya karena rahmat Tuhanmu, Allah menjadikan malam dan siang bagi kalian agar dapat beristirahat dan mencari karuniaNya, dan kalian memergunakan nikmatNya pada jalan yang diridhaiNya.” (al-Qashash: 71-73).
Harus diingat, kita cuma boleh mikir apa aja yang disa dijangkau akal manusia, dan nggak boleh mikir apa-apa yang di luar kemampuannya. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam udah mewanti-wanti akan hal ini. Kenapa harus gitu? Yah, karna mikir yang di luar kemampuan akal adalah perbuatan sia-sia nggak berguna, buang-buang waktu dan energi tanpa mendapat hasil apa-apa.
“Berpikirlah tentang nikmat-nikmat Allah dan jangan berpikir tentang Allah.” (Hr. Thabrani).
Dengan mengeksplor ayat-ayat Allah dalam firmanNya maupun yang ditebarNya di alam raya, kita bakalan ngerti akan hakikat kehidupan ini.
“Demikian Allah menjelaskan tentang ayat-ayatNya dengan rinci kepada kalian, supaya kalian mau memikirkan hakikat (kebahagiaan) di dunia dan akhirat.” (al-Baqarah: 219-220),
“Negeri akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa kepada Allah dan bertauhid. Tetapi mengapa kalian tidak mau memikirkan dengan baik?” (al-A’raf: 169),
“Kehidupan dunia ini bagi orang-orang kafir hanyalah bersenang-senang dan hiburan. Padahal kehidupan akhirat jauh lebih baik bagi orang-orang yang takut akan siksa Allah. Wahai manusia, mengapa kalian tidak mau menggunakan akal kalian untuk memahami betapa pentingnya menyiapkan bekal kehidupan akhirat?” (al-An’am: 32),
Nah, dengan begitu kita bakal terdorong untuk berinstrospeksi, apakah gerak-gerik kita sehari-hari udah mengarah ke masa depan yang kekal atau baru “lari-lari di tempat” dalam kefanaan belaka?
“Wahai orang-orang beriman, bertaqwalah kepada Allah. Dan hendaklah setiap orang menyiapkan diri untuk hari esok. Bertaqwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Mengethaui apa saja yang kalian lakukan.” (al-Hasyr: 18),
“Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir. Dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? Maka rasakanlah (azab Kami), dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolong pun.” (Fahtir: 37).
Kalo kita bisa merenungi hakikat kehidupan dengan khusyuk, bakalan nangis deh karna ingat betapa masih bopengnya “wajah” kita. Ingat betapa kita harus terus berbenah dan berbenah.
“Orang yang berzikir (ingat) kepada Allah dalam keadaan sendirian lalu air matanya bercucuran.” (Hr. Bukhari dan Muslim).
Kalo kita udah paham dan sadar gimana seharusnya, apa aja yang mesti dilakukan, diperbaiki, ditingkatkan, dlsb, kita bakal termotivasi untuk take action. Gitulah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam ngasih teladan. Kita kasih satu contoh kasusnya, deh. Suatu malam beliau nangis sesenggukan. Setelah ditanya, ternyata Allah ta’ala baru aja ngasih wahyu.
“Telah turun satu ayat kepadaku malam ini, celakalah orang yang membacanya tapi tidak memikirkannya: ‘Penciptaan langit dan bumi, peredaran malam dan siang, sungguh merupakan bukti-bukti kebenaran adanya Allah bagi ulul albaab, orang yang mau memikirkan kehidupan akhirat.’ (Ali Imran: 190). Dulu aku pernah melarang kalian untuk berziarah kubur, namun telah diperkenankan bagi Muhammad untuk berziarah kubur ibunya. Maka berziarahlah ke kubur, sebab ziarah kubur itu mengingatkan kalian pada akhirat.” (Hr. Muslim dan Tirmidzi).
Tuh, kan, setelah Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam diingatkan oleh Allah ta’ala betapa pentingnya ingat mati dan pertanggungjawaban di akhirat nanti, serta-merta beliau ngajak para shahabat take action, yakni berziarah kubur.
Udah cukup jelas, bukan? Yup, begitulah pentingnya aktivitas berfikir bagi Mukmin. Semoga dengan merenungi tulisan ini, kita kaum muda Muslim jadi termotivasi untuk lebih giat dalam menjalani perjuangan hidup berupa thalabul ‘ilmi. Yah, karna emang di tangan kitalah amanah dan tanggung jawab memajukan peradaban Islam yang Rabbani diletakkan. Dan satu hal lagi perlu diingat, thalabul ‘ilmi bisa dilakukan kapan dan di mana aja, nggak cuman di sekolah, pesantren, dan perguruan tinggi. Wallahu a’lam. [IB]