(Panjimas.com) – Dalam momen Lebaran sekaligus libur panjang kayak gini nih, biasanya banyak yang ngadain rihlah. Apa sih, rihlah? Kata Rihlah berasal dari Bahasa Arab yang maknanya berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya untuk mencapai suatu tujuan. Dan gerakan yang dilakukan selama rihlah, dalam Bahasa Arab disebut safar.
Muslim di Indonesia biasa pakai istilah rihlah buat kegiatan piknik, piknik yang Islami tentunya. Anak muda Muslim biasa mengadakan rihlah sebagai refresing sekaligus syiar Islam.
Di masa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam, aktivitas rihlah juga udah jadi kebiasaan. Bangsa Arab biasa menempuh perjalanan jarak jauh dalam berbagai keperluan. Berdagang, nyari ilmu, berdakwah, maupun berperang.
“Karena kebiasaan orang-orang Quraisy, yaitu kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas.” (al-Quraisy: 1-2).
Bahkan dalam sejarah Islam pernah terjadi peristiwa perjalanan pindah tempat secara massal yang disebut hijrah. Dan waktu itu rupanya sebagian pelaku hijrah melaksanakannya dengan niat yang nggak semestinya. Idealnya, para pengikut Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam melakukannya demi memeroleh ridha Allah ta’ala, karena didorong oleh seruan spiritual. Tapi ternyata sebagian Muslim Makkah punya maksud lain yang bersifat pragmatis materialistis. Melihat kenyataan ini, Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam ngasih pencerahan ke para shahabat. Pencerahan ini kemudian juga menjadi pegangan kaum Muslim sepanjang zaman.
“Segala amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Maka barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan RasulNya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan RasulNya. Barang siapa yang hijrahnya itu Karena kesenangan dunia atau karena seorang wanita yang akan dikawininya, maka hijrahnya itu kepada apa yang ditujunya.” (Hr. Bukhari dan Muslim).
Nah, artinya, Islam mengajarkan agar setiap perbuatan kita hendaknya dilakukan dengan niat kebaikan dan keikhlasan, ridha Allah yang jadi tujuan intinya.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam pun menjelaskan pula kalo dengan niat yang lurus, Mukmin yang melakukan perjalanan bakal dapat bimbingan dan ganjaran.
“Tidaklah seseorang keluar meninggalkan rumahnya kecuali di pintu rumahnya ada panji. Satu di tangan malaikat dan satunya lagi di tengan setan. Kalau tujuannya kepada apa yang diridhai Allah azza wa jalla, maka dia diikuti malaikat dengan panjinya sampai dia pulang ke rumahnya. Kalau tujuannya adalah hal yang dimurkai Allah, maka setan dengan panjinya mengikutinya sampai dia pulang ke rumahnya.” (Hr. Ahmad).
Sejatinya aktivitas rihlah tuh punya faedah yang melimpah. Imam al-Ghazali rahimahullah bilang, “Bersafarlah, sesungguhnya dalam safar memiliki beragam keuntungan.”
Terus apa aja faedah rihlah? Banyak sih. Di antaranya adalah sebagai penyegaran (refresing), meluaskan wawasan dan cakrawala berpikir, menguatkan ukhuwah, meluaskan jaringan persahabatan dan kemitraan, serta juga memupuk kearifan lingkungan. Dan dari semuanya itu, kita jadi bisa makin yakin akan kemahahebatan Allah ta’ala dalam mencipta alam semesta.
Yuk kita kupas faedah rihlah satu per satu…
1. Penyegaran
Aktivitas harian, baik belajar ataupun kerja, wajar bila dilakukan terus-menerus bakal bikin kita penat. Islam sebagai agama yang realistis, memahami banget sifat fitrah manusia yang butuh rehat.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam setelah memuji Allah dan menyanjungNya, bersabda, “Tetapi aku shalat dan tidur, berpuasa dan berbuka, serta mengawini perempuan. Barangsiapa membenci sunnahku, ia tidak termasuk umatku.” (Hr. Bukhari dan Muslim).
Sebagai langkah penyegaran kembali, rihlah dalam artian piknik islami, bisa jadi pilihan. Dan rupanya masyarakat kita udah melazimi hal ini. Setiap liburan kenaikan kelas, hampir setiap sekolah ngadain piknik.
2. Meluaskan Wawasan
Selain mengobati kepenatan, rihlah juga bikin wawasan kita nambah, baik wawasan georafis, sosial-budaya, maupun iptek dan lingkungan.
Dengan menempuh perjalanan di rute yang belum pernah atau baru beberapa kali dilewati, menginjakkan kaki di tempat yang belum pernah dikunjungi, bakal bikin pengalaman geografis kita nambah. Kekayaan pengalaman geografis berguna buat diri sendiri dan orang lain. Kita jadi lebih gampang nemu alamat dan nunjukin ke orang lain arah menuju tempat tertentu pada saat diperlukan.
Rihlah juga mengenalkan kita pada corak masyarakat di setiap daerah yang punya kekhasan masing-masing. Allah subhanahu wa ta’ala sengaja mencipta keragaman itu biar kita punya kedewasaan sosial-budaya.
“…. kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antaramu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.” (al-Hujurat: 13).
Dengan memahami aneka budaya masyarakat lain, kita bakal bisa lebih bijak dalam berinteraksi dengan mereka. Bisa menempatkan diri dengan tepat dan melakukan pendekatan sosial-psikologis yang cerdas dalam menebar nilai-nilai Islam.
3. Menguatkan Ukhuwah dan Membangun Jaringan
Rihlah juga bisa meningkatkan keakraban dengan teman seperjalanan atau satu rombongan. Kalo dilakukan sama keluarga, ia bisa nambah kehangatan dan keharmonisan rumah tangga. Menumbuh-suburkan kasih sayang antar sesama Mukmin adalah agenda penting kaum Muslim, karena ia jadi salah satu tanda iman.
“Demi Allah yang jiwa Muhammad berada di tanganNya, tidak akan beriman seorang dari kalian hingga dia mencintai sesuatu bagi saudaranya (yang beriman) sebagaimana apa yang dicintai untuk dirinya sendiri.” (Hr. Bukhari dan Muslim).
Kenalan baru pun bisa kita dapetin dari rihlah. Jaringan persahabatan pun jadi tambah luas. Sangat mingkin kita kenal orang-orang baru dari daerah yang berbeda, dari latar belakang keluarga dan pendidikan yang berbeda. Semua itu bakal meluaskan cakrawala berpikir dan ilmu pengetahuan kita. Kalo suatu saat kita butuh ilmu tertentu, kita bisa merujuk ke mereka yang berkompeten di bidangnya. Ini penting buat kemajuan peradaban Islam.
4. Memupuk Kearifan Lingkungan
Nggak melulu di ranah sosial, rihlah juga bisa bikin kita lebih mengenal lingkungan hidup dan masalah-masalahnya.
“Katakanlah (Muhammad), ‘Jelajahilah bumi, kemudian perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan itu.” (al-An’am: 11),
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (ar-Ruum: 41).
Menyaksikan bentang alam yang masih perawan yang telah Allah karuniakan, dan di tempat lain mendapati betapa teknologi telah mengubah alam sedemikian rupa ke arah yang positif maupun sebaliknya, bakal memantik etos pikir kita dalam mengagungkan kemahapenciptaan Allah dan mensyukurinya. Sekaligus kita bakal ingat untuk nggak mengkufurinya dengan berlaku sewenang-wenang terhadap alam, merusak lingkungan.
Mantab, kan, faedah rihlah itu? Tapi… itu cuma bisa kita gapai kalo hati dan akal kita aktif. Kalo rihlah cuma buat nyantai, memanjakan diri, dan bermalas-malasan, jangan nyesel kalo yang didapet cuma pemborosan yang dibenci banget oleh Islam. So, selamat menikmati rileks dalam rihlahmu, tapi jangan lupa tetap mengaktifkan akal dan hatimu. Dan, selamat menggapai berkah-berkah rihlah! Wallahu a’lam. [IB]