(Panjimas.com) – Assalamu’alaikum, Sobat Panjimas yang selalu ceria… Hehehe… masa, sih, selalu ceria? Semoga yaa…
Tapi kayaknya hari ini emang lagi pada ceria deh, karena sebentar lagi insya Allah kita bakal ketemu sama hari raya Idul Adha. Nah, artinya kita bakal makan sate berjamaah nih. Asyik deh ngebayanginnya…
Tapi… apa keren kalo di momen Idul Adha yang nempel di benak kita cuma sate dan gulai aja? Ya nggak bangetlah. Emang kita remaja macem apa?
Nah, kalo gitu hal apa lagi yang mesti kita dapati dari hari raya ini? Adalah spirit qurban. Ya, itulah hal amat sangat penting yang mesti kita dapet, jiwai, dan ekspresikan di dalam kehidupan. Siap?!
Oke. Mari kita coba kuak ada spirit apa di balik ibadah qurban.
Qurban adalah ritus penyembelihan binatang ternak sebagai bentuk ibadah kepada Allah SWT. Ibadah ini dilakukan pada tanggal 10 (hari nahar) atau tanggal 11 sampai 13 (hari tasyrik) bulan Dzulhijjah di tiap tahunnya.
Secara historis, pada masa lampau pernah ada peristiwa qurban sebagaimana disebut di dalam Al-Qur’an. Yakni oleh Habil dan Qabil, putra Nabi Adam AS, serta Nabi Ibrahim AS terhadap putranya, Ismail AS, atas perintah Allah SWT. Peristiwa inilah yang melatar-belakangi Allah SWT mensyariatkan ibadah qurban bagi umat Islam.
Kisah Habil dan Qabil diabadikan oleh Allah SWT dalam QS. Al-Maaidah: 27. Sedang kisah Ibrahim-Ismail di dalam QS. Ash-Shaaffaat: 102-107.
“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, ‘Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu?!’ Ia menjawab, ‘Wahai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.’ Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya), dan Kami panggillah dia, ‘Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu. Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata, dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (QS. Ash-Shaaffaat: 102-107)
Coba kita resapi ayat-ayat di atas. Mengharukan banget, bukan? Lalu apa kita cuma akan bersenang-senang aja saat Idul Adha? Ah, apa kita nggak punya rasa, nggak punya hati? Enggaklah, karena Sobat Panjimas bukan generasi muda bahlul.
Spirit dari kisah itu adalah kesabaran dosis tinggi dalam menaati perintah Allah SWT, seberat apa pun perintah itu.
Kita saksikan di sana, betapa pedih, betapa nyeseknya dada manusia bila dikasih perintah seperti itu. Nabi Ibrahim AS yang dalam usia lanjut, yang telah lama sekali menanti kelahiran buah hati, di saat si penyejuk pandangan itu tumbuh beranjak remaja, harus dibunuh dengan cara disembelihnya sendiri. Sungguh nggak kebayang gimana rasanya kalo kita yang mengalami. Iya, kan, Sob?
Dan coba kita bayangin kalo kita berposisi sebagai Ismail AS. Gimana rasanya coba? Apa nggak ngeri banget tuh? Jadi ABG kan asyik-asyiknya menikmati hidup, saat segar-segarnya merancang cita-cita dan berupaya menggapainya. Tapi di masa kayak gini malah diminta harus mati. Coba bayangin…!
Tapi tengoklah apa respon Ismail? Remaja hebat itu dengan begitu lapang dada siap merelakan nyawanya dan masa depan dunianya karena sadar kalo ini perintah Allah SWT. Dan pastinya karena yakin kalo setelah mati bakal ada kehidupan lagi, akhirat yang kekal abadi.
Lalu coba sekarang kita pandang diri kita. Apa yang Allah SWT perintahkan pada kita, yang Allah SWT amanahkan pada kita, yang Allah SWT larang atas kita? Adakah yang seper sepuluh aja dari beratnya beban yang ditimpakan kepada Ismail dan sang ayah? Nggak ada deehhh…!
Kita hanya diamanahi untuk berbuat baik kepada ortu, belajar dengan sungguh-sungguh, berdisiplin waktu (nggak memakai waktu belajar buat main dan malas-malasan), pakai jilbab bagi yang putri, nggak merokok karena itu dzalim, nggak makan minum yang mengandung zat-zat beracun meski enak dan bermerk, dan lain sebagainya. Kita cuma diperintah untuk menahan diri dari apa-apa yang bisa merugikan diri di masa depan. Kita cuma diperintah agar melaksanakan apa-apa yang itu bakal menjadikan diri kita baik dan memeroleh kenikmatan di hari depan. Itu aja! Nggak aneh-aneh perintah Allah SWT buat kita saat ini.
Tapi coba kita ngaca diri. Gimana respon kita terhadap perintah Allah SWT yang jauh banget lebih ringannya ketimbang yang Allah SWT bebankan kepada Nabi Ibrahim dan Ismail AS? Kayak apa respon kita? Mari kita jawab jujur, lalu tertawalah, tawailah diri kita yang nggak tau diri ini…!
Yah, kalo udah, maka ayo dalam momen Idul Adha tahun ini kita coba bareng-bareng menggali makna, mengambil spirit ketaatan atas perintah Allah SWT kepada hamba-hamba pilihanNya, Ibrahim dan Ismail AS. Juga mari sadar dan yakinkan diri, bahwa kalo kita taat, merespon cobaan yang Allah hadapkan dengan baik, maka balasan yang kita tuai bakal luar biasa nikmatnya. Sungguh melegakan dan nggak kita sangka sebelumnya. Sebagaimana pada akhirnya Allah SWT mengganti qurban Ismail dengan seekor domba yang besar. Itulah bukti yang nggak bisa kita ingkari. Ketaatan, pasti membawa kita kepada kelegaan dan kenikmatan.
Wallahu a’lam bishshawwab. Selamat berjuang! Wassalamu ‘alaikum. [IB]